Seide.id. Sejumlah mahasiswi universitas di Afghanistan menolak aturan pemerintahan baru Taliban, agar perempuan memakai niqab atau penutup wajah. Jika Taliban tetap kaku menerapkan aturan itu, sejumlah universitas mengancam akan menutup kampus-kampus.
Sejak awal September lalu, Taliban telah mengirim maklumat yang disebar di berbagai universitas agar mahasiswa mengikuti aturan Islam, yakni menutup wajahh mereka dengan niqab.
Kemarin, sejumlah pimpinan universitas melakukan rapat dan akan menolak aturan Taliban. Sudah saatnya semua mahasiswa berpikir merdeka dan berpakaian bebas. Islam sendiri tidak kaku, kecuali Islam berdasar tafsisran Taliban, ujar mereka.
Salah satu universitas yang menolak aturan itu adalah Universitas Gharjistan, di Kabul. Direktur Universitas Gharjistan, Noor Ali Rahmani, keberatan dengan aturan wajib niqab bagi mahasiswinya. “ Mahasiswi kami tidak bisa menerima itu dan akan akan menutup universitas ini, jika pihak Taliban memaksa.
Ditambahkan, mahasiswa tidak keberatan memakai hijab, namun masih dengan wajah terbuka. Bukan seluruh tubuh tertutup. Bagaimana mereka bisa berkomunikasi jika semua memakai niqab, seru para mahasiswi. Itu merupakan kerangkeng modern, sergah mereka.
“ Kami tidak bsia menerima ini semua. Ini bukan Islam yang sesungguhnya. Ini bukan cara yang diajarkan Islam di Al Quran,” ujar mahasiswi.
Niqab adalah penutup wajah yang hanya tampak mata. Sebagian besar tertutup dengan tirai atau semacam kain transparan untuk melihat ke depan. Sedangkan hijab merupakan penutup kepala dengan wajah masih bisa tampak bebas, termasuk senyum mereka.
Kampus-kampus menjamur ketika Taliban dulu pergi dari Afghanistan. Di bawah Amerika, para mahasiswi benar-benar menikmati kebebasan dan kemerdekaan perempuan di kampus. Kini, Taliban kembali ke Afghanistan dan kebebasan itu terancam. Mereka juga khawatir jika tetap masuk, Taliban akan memeriksa ponsel mereka dan kebebasan mereka sungguh terancam. (ms/*)