Seide.id –Ngabuburit berasal dari kata bahasa Sunda: burit yang artinya sore atau menjelang senja. Tapi kenapa ngabuburit begitu sering kita dengar dan berkumandang ‘hanya’ di bulan puasa?.
Yaa, karena banyak orang ‘menunggu’ senja, menunggu maghrib.
Kenapa maghrib ditunggu-tunggu, padahal seandainya tak ditunggu pun maghrib tetap juga akan datang. Azan maghrib di bulan puasa begitu didamba, sehingga banyak ungkapan, idiom atau pun gurauan, seolah-olah azan maghrib adalah tanda berbuka puasa. Padahal azan adalah panggilan untuk orang mengerjakan shalat, bukan panggilan untuk makan, minum.
Dari beberapa grup WA yang saya kuti, baik yang sengaja atau tak sengaja, selalu ada yang berusaha bergurau tentang puasa. Masuk grup dengan sengaja maksudnya, saya memang ‘dengan sadar’ masuk grup WA itu. Mulai dari grup reuni sekolah, grup reuni teman sepermainan, grup reuni masa kecil, grup reuni kantor dan grup WA keluarga. Yang tak sengaja maksudnya, tak merasa minta dimasukkan ke sebuah grup, misalnya tapi ujug-ujug tanpa sepengetahuan kita, nama kita sudah ada di grup.
“Kok bisa?” tanya saya yang gaptek ini kepada anak
“Yaa,…bisa!” jawabnya. Lalu dia menjelaskan secara teknis kenapa nama bisa masuk tanpa sepengetahuan saya. Tapi tetap saja gak mudheng mendengar penjelasannya…
Gurauan yang kerap terdengar (terbaca maksudnya) di bulan puasa selalu bercerita seputar makanan. Seolah-olah puasa adalah melulu soal menahan haus dan lapar, seperti umumnya anak kecil yang sedang belajar berpuasa.
Jika orang dewasa berpuasa, tentu masalah menahan haus dan lapar adalah masalah kecil atau bukan masalah benar.
Banyak masalah di luar makan dan minum yang jauh lebih berat yang bisa menggedor pertahanan iman orang dewasa yang sdg berpuasa.
Yang sering kita lihat (dulu?) adalah: perilaku marah-marah terhadap warung-warung makanan yang masih berdagang seperti biasa, sehingga warung-warung makanan memerlu-merlukan untuk ‘menutup separuh’ warungnya.
Marah dan tergoda melihat orang lain makan ketika kita sedang berpuasa, apa boleh buat, bisa dikatakan itu adalah perilaku anak kecil yang sedang belajar berpuasa.
Kembali ke ngabuburit.
Kegiatan itu sebetulnya bisa terjadi kapan saja. Tak cuma di bulan puasa. Menghabiskan waktu (hehe, emang bisa habis?) dari sore selepas ashar hingga senja itu bisa melakukan hal-hal positif, tapi bisa juga melakukan hal-hal negatif. Tapi karena ngabuburit itu seperti menemukan momentum di bulan puasa, maka ngabuburit berkonotasi positif.
Semoga pelaku ngabuburit selalu melakukan kegiatan menghabiskan waktu itu, mengisinya dengan melakukan hal-hal positif.
Kenapa istilah ngabuburit yang berasal dari bahasa Sunda itu seperti sudah disepakati oleh khalayak sebagai bahasa yang disepakati dan dimengerti bersama?
Boleh jadi ini adalah peran penting media, tetutama televisi. Telivisilah yang paling gencar ‘mengakui’ bahwa kegiatan positif di sore hari sambil menunggu azan magrib itu adalah ngabuburit. Mungkin ada bahkan boleh jadi banyak di antara pembawa acara, mbak-mbak cantik atau mas-mas ganteng orang televisi itu tak mengerti atau tak peduli bahwa ngabuburit itu berasal dari dialeg Sunda.
Lucunya atau ironisnya atau,…wah apanya, ya…ngabuburit tak ada dalam KBBI. Burit dalam KBBI, berarti: bagian belakang. Istilah itu berasal dari dialeg Melayu. Burit mengacu kepada istilah biduk, perahu atau sampan yang mendominasi budaya Melayu.
Burit berasal dari kata buritan yang berarti bagian belakang. Lawan katanya adalah haluan yang berarti: bagian depan.
Meski dipaksa, ditarik-tarik atau diuthak-athik-gathuk, tak ada sedikit pun kemiripan bunyi yang mengindikasikan bahwa burit berarti sore. Dalam dialeg Palembang, Baturaja, Oki-oku, Prabumulih atau Sumsel pada umumnya, burit, ‘dipersempit’ lagi artinya menjadi (ma’af): bokong.
Orang Sumsel punya istilah yang mirip dengan ngabuburit, yaitu sanjo-sanjo. Sanjo-sanjo dengan mudah kita duga berasal dari kata: senja. Betul, sanjo-sanjo memang berasal dari kata: senja. Tapi sanjo-sanjo bisa berarti lebih luas daripada sekadar ‘menghabiskan waktu’ sore.
Sanjo-sanjo bisa berarti: menghabiskan waktu, mengisi waktu dengan bersantai atau bersenang-senang. Dan itu bisa dilakukan kapan saja.
Maka, harap berhati-hati jika sedang keluyuran di Sumsel sore-sore. Jangan mengajak orang menghabiskan waktu menjelang senja dengan cara ngabuburit.
Wah,…sampeyan bisa kena goco atau bogem mentah!. Bogem mentah..?Sudah lama sekali tidak mendengar atau membaca istilah ini.
( Aries Tanjung)