MENULIS ITU ASYIK (27)
Oleh BELINDA GUNAWAN
Karena menulis adalah berkomunikasi, aku selalu menyarankan pada murid-muridku dulu untuk sesedikit mungkin menggunakan kata-kata Inggris atau bahasa asing lainnya. Kataku, pakailah itu sebagai bumbu penyedap saja. Untuk menambah “gaya”. Dan jangan pakai istilah yang keliru (surprise party, bukan surprised party yang artinya pesta yang terkejut; share, bukan mensharingkan) atau salah eja.
Salah eja dalam bahasa Indonesia bisa dianggap salah nutul saja, tetapi bila ada typo dalam bahasa asing, bisa-bisa kita dicap kurang menguasai bahasa Inggris.
Selain salah eja yang tidak sengaja, belakangan ini kulihat di medsos (mudah-mudahan bukan di media cetak resmi atau buku) banyak kata-kata bahasa Inggris sengaja diplesetkan sehingga tidak bisa dirunut di kamus, apa maknanya. Misalnya emejing (amazing), hensem (handsome), omaigot (oh my God).
Padahal tulisan kita tetap bisa ngepop tanpa plesetan-plesetan itu, dan dengan sesedikit mungkin menggunakan kata-kata bahasa asing. KECUALI… kalau kata-kata Indonesia yang kita gunakan justru membuat pembaca bingung.
Ini ada kisah pendek dari beberapa tahun lalu sebagai contoh. Mudah-mudahan sekarang kata-kata Indonesia itu sudah cukup populer karena sering digunakan dengan menyertakan penjelasan.
“Seorang wanita ingin mencoba resep kue. Ia pun pergi ke pasar swalayan (supermarket) dan mencari tepung swa muai (self raising flour) Sampai matanya jereng pun “Miss Muai” itu tidak ditemukannya!
“Pulanglah ia dengan lesu ke griya tawang (penthouse) miliknya. Diparkirnya mobil di rubanah (basement) lalu rebah di ranjang pegasnya (spring bed). Untuk menghibur hati ia mengeluarkan gawai (gadget) kesayangannya berupa telepon seluler (cell phone), dan membuat swafoto (selfie). Lalu diposkannya ke dinding (wall) buku wajah (facebook). Ia menunggu suka (like) dari teman-temannya yang sudah lama tidak mengirim surel (email) padanya.”