Nomadland, Balada Pengembara di Tengah Resesi Amerika

Oleh AYU SULISTYOWATI

NOMADLAND bagaikan puisi sendu yang menusuk. Meski film ini kadang juga hadir bagaikan dokumenter pilu tentang para lansia di sebuah bagian Amerika, film juga ini menghujam dengan visualnya yang kadang kelewat riil. Film dibuka dengan text over tentang matinya sebuah kota bernama Empire gara-gara tutupnya tambang gypsum di situ: “On January 2011 due to a reduced demand for sheetrock, US Gypsum shut down its plant in Empire, Nevada, after 88 years. By July, the Empire zip code, 89045, was discontinued.” Memberi tahu kita akan dibawa ke mana….

Lalu kita berkenalan dengan perempuan 60 tahun bernama Fern. Meski usia nyaris lanjut Fern masih lincah, sehat, bahkan dengan rambut cepak dan wajahnya yang polos tanpa riasan, ia tampak tomboy dan perkasa. Fern ini hidup di dalam mobilnya. Dulu ketika Bo, suaminya masih hidup mereka tinggal di Empire. Tapi itu cerita lama. Kini Fern bekerja sebagai tukang packing untuk Amazon ketika musim dingin. Ia akan berganti lokasi dan pekerjaan ketika musim berganti. Kadang ia bertemu orang yang sama yang lantas berteman dengannya dari satu musim ke musim lain.

Setelah musim pekerjaan di Amazon kelar, ia bersama salah satu temannya, Linda May ikut bergabung dengan Bob Wells yang mengadakan sejenis ‘perkemahan’ bagi para nomad macam Fern. Bob memberi semangat kalau mereka masih bisa bertahan di great recession ini dengan cara mereka. Para pengunjung perkemahan ini rata-rata orang-orang yang mulai lanjut usia hingga manula. Kebanyakan dalam kondisi ekonomi pas-pasan, meski ada juga yang ingin hidup di jalanan karena ingin menikmati hidup sebelum ajal mengundang.

Fern, barangkali adalah salah satu yang paling kurang beruntung. Ia kehilangan suami, pekerjaan, tempat tinggalnya, bahkan kotanya. Tapi ia mulai menikmati hidupnya sebagai nomad. Meski juga mulai menghadapi kendala ketika ban mobilnya pecah dan tak punya ganti. Ia masih merasa beruntung, setidaknya ia masih sehat, tidak seperti Swankie, teman barunya yang mengatakan kalau mengidap kanker dan barangkali hidupnya tak lagi lama. Sebelum berpisah dengan teman-teman nomadnya Swankie bahkan menggelar garage sale.

Lalu Fern sendiri lagi, di jalan lagi, berjalan di kota-kota mati, menikmati berenang telanjang di sungai bening, sebelum bergabung dengan Linda May untuk pekerjaan selanjutnya: perkemahan dan spa musim panas. Di perkemahan ini ia kembali bertemu dengan sesama nomad bernama Dave, pria charming yang sebenarnya diam-diam tertarik padanya. Namun Fern yang selalu bilang masih teringat suaminya mengacuhkan Dave, sampai suatu kali ia terpaksa merawat laki-laki itu saat mendadak ususnya sakit. Sejak itu keduanya makin dekat. Dave bahkan mengajaknya mencari uang dengan bekerja di sebuah resto cepat saji.

Tapi begitu pekerjaan musiman itu kelar dan Dave ingin pulang ke anak-anaknya yang kini telah berumahtangga, Fern seperti kembali mengambil jarak. Dave pun tak sempat pamitan pada Fern, ia hanya meninggalkan secuil kertas yang berisikan undangan ke rumahnya bila Fern mau. Lalu Fern sendiri lagi.

Ia pun mencari petualangan berikutnya dengan bekerja sebagai tukang keruk bebatuan. Pekerjaan singkat yang tak mampu membiayai kerusakan mobilnya saat kembali di jalan. Pemilik bengkel menawari membayari mobil tuanya, tapi Fern menolak. “Aku tinggal di situ.”

Ia terpaksa menelpon Dolly, adiknya untuk meminta pinjaman. Tapi Dolly bersikeras akan memberinya uang kalau Fern datang sendiri ke rumahnya. Hanya semalam Fern di sana, padahal Dolly memintanya tinggal di situ. Toh Fern kenal baik suaminya, yang tak lain teman lama yang dulu ia jodohkan ke adiknya itu. Tapi Fern tetap menolak. Ia memilih kembali ke jalan dan kali ini mencoba mengunjungi Dave, yang di luar dugaan sudah merasa nyaman tinggal di rumah anak bersama cucu bayinya.

Ada sedikit rasa kecewa saat melihat Dave sudah nyaman menetap. Dan sekali lagi, tak peduli betapa keluarga Dave menyambutnya dan menawarinya tempat tinggal, Fern memilih kembali ke dalam mobilnya yang sempit. Seperti kata Bob Wells, “See you on the road.”

Bisa jadi Dolly benar, kakaknya itu terlanjur menganggap semua orang tak semenarik yang ia temui di jalanan, di ‘kemah-kemah mobil’, pada manusia-manusia yang tak jarang makan tidur beralaskan rumput dan beratap bintang. Seperti yang dilakukan kaum Indian pada masanya, begitu kata Dolly. Jadi nomad adalah bagian dari tradisi Amerika. Ironisnya di saat great recession melanda, tradisi kuno itu lahir lagi lantaran himpitan ekonomi.

Terus terang satu-satunya kekurangan NOMADLAND adalah kurang menghibur. Tapi film ini timely-sensitive bagi manusia di Bumi, terutama saat ini ketika covid melanda dan mengacaukan ekonomi dunia. Bagaikan warning, kemungkinan kita akan berakhir seperti Fern di film bukan hal yang mustahil. Dinominasikan untuk enam kategori Oscar 2021: Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, Naskah Adaptasi Terbaik, Editing Terbaik dan Sinematografi Terbaik. NOMADLAND memenangkan tiga kategori: Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Chloe Zhao) dan Aktris Terbaik (Francis McDormand).

CHLOE ZHAO, sutradara perempuan asal China itu mengejutkan Hollywood dengan dua karyanya: The Rider” dan Nomadland. Zhao bahkan membuat Marvel bertekuk lulut, memberinya proyek yang sangat Hollywood, apa lagi kalau bukan deretan superhero menyelamatkan bumi dan seisinya. Saya tak bisa menyalahkan Zhao yang mengambil kesempatan langka untuk menjajal genre lain, ‘dunia’ lain: film blockbuster atau mainstream, dan tentu saja pemasukan lain. Tak ada salahnya toh ia cuma numpang lahir dan kecil di China, masa remajanya dihabiskan di London, sebelum hijrah ke Amerika untuk selamanya. Bahkan akhir tahun lalu, Zhao mengatakan, “America is my country.”

Lewat karya-karyanya, Zhao membuktikan ia sangat Amerika. Ia paham dunia native American (Indian), ia mendalami kehidupan koboi, sebelum akhirnya menggarap “Nomadland” yang sungguh Amerika sekali. Dengan piawai Zhao mengadaptasi buku non fiksi karangan Jessica Bruder menjadi sebuah film fiksi. Ini bukan hal yang mudah.

Fern yang diperankan Frances McDormand adalah tokoh rekaan yang diciptakan Zhao untuk menghidupkan filmnya. Hanya dua aktor di film ini, selain McDormand ada nominator Oscar David Strathairn pemeran Dave. Para pemeran pendukung di sini seperti Swankie, Linda May dan Bob Wells adalah ‘orang biasa’ yang bahkan tak tahu kalau McDormand adalah aktris pemenang Oscar. Saking hebatnya menyatu dengan para nomad, bahkan McDorrmand diterima saat bekerja di (jaringan supermarket) Target.

Dan barangkali hanya McDormand yang bisa memerankan karakter perempuan perkasa macam Fern ini. Bahkan saya tak bisa membayangkan Meryl Streep mampu memainkan karakter seperti ini sebaik McDormand. Ini adalah salah satu karakter paling penting yang pernah diperankan McDormand dalam karirnya, sama pentingnya dengan film ini untuk manusia. Saya rasa inilah yang membuat NOMADLAND dimenangkan juri Oscar: film yang penting bagi kemanusiaan, dan barangkali juga masa depan manusia.

Kesimpulan: Must watch bagi yang suka film serius. Namun bisa bikin boring untuk penggemar film slapstick atau superhero blockbuster.

Rating: A-
Genre: Drama
Sutradara: Chloe Zhao
Pemain: Francis McDormand, David Strathairn, Linda May, Charlene Swankie
Produksi: Cor Cordium Production, Highway Film, Hear/Say Production
Tayang di: Disney Hotstar

Avatar photo

About Ayu Sulistyowati

Mantan Senior Editor di Catchplay, Penulis Lepas Rumah Beruang Production, Penulis Naskah Lepas di Paso Film Centre, Editor Majalah Prodo, Editor In Chief kemana.com, Sekretaris di Bloomberg, Reporter di cewekbanget.id (1995-1997)