Foto : Gerd Altmann/Pixabay
Fr. M. Christoforus, BHK
Di Negeri Ansalusia, hidup sang murid yang melimpah kekayaannya, terutama melubernya buku di perpustakaan pribadinya.
Dia terobsesi untuk mengundang Sang Guru idolanya ke rumah, khusus demi memperlihatkan banyak buku koleksi miliknya.
Asanya pun terjawab, terpenuhi. Sang guru idola nan agung, kritis, serta berwibawa itu pun kini ada dan sungguh hadir di rumah sang murid tersayang.
Sambil menuntun Sang Guru yang mulai uzur itu dengan ramah untuk berkeliling ruangan perpustakaan. Sang murid pun bersemangat menjelaskan berbagai jenis buku koleksinya.
Dengan bangga dan antusias, ia menjelaskan ratusan, bahkan ribuan subjek buku yang telah dihimpunnya dari berbagai pelosok dunia.
Dialog interisan antar Sang guru dan murid.
“Sang Guruku, ini koleksi buku filsafat dari zaman Yunani kuno, dan di sebelah sana, ratusan buku kedokteran dari negeri ginseng Cina, dan di ujung sana, ratusan judul buku teologi dari negeri Persia.”
Sang Guru hebat itu pun hanya manggut-manggut tanpa berkata.
“Baik sekali, ini menandakan bahwa kamu, sungguh menyukai buku-buku,” kata Sang Guru.
“Aku tidak hanya menyukainya, Sang Guru, tapi saya juga dengan membelinya, walau dengan harga mahal.”
“Baik, berarti, kamu juga seorang kaya dan beruang,” kata Sang Guru. “Dari ribuan judul buku ini, berapa yang telah kau baca?”
“Oh ya, kira-kira seratus judul, Guru.”
“Baik, dari hanya seratus itu, berapa yang kau ingat.”
“Kira-kira sepuluh.”
“Baik juga, dari hanya sepuluh itu, berapa yang telah kau ajarkan kepada orang lain?”
“Oh ya, seingat saya, hanya satu.”
“Oh, itu berarti kau, sesungguhnya, hanya memiliki sebuah buku,” sahut Sang Guru penuh makna.
Saudara, non multa sed multus, yang utama adalah kualitas dan bukan jumlahnya. Ini adalah sebuah pertarungan klise antar isi dengan kulit. Pertarungan antar prestasi dan prestise. Antar mutu serta jumlah.
Mungkin warga masyarakat kita agak sering terjerembab dalam lembah kekhilafan ini. Pertentangan besar dalam masyarakat kita pun sering disebabkan oleh perbedaan persepsi dalam konteks ini, ya!
Sungguh,
tak ada bedanya,
jika keledai bebal
memukul
buku atau pun sejuta
batu permata, karena
toh tak berfaedah bagi
kehidupan ini.
Malang, 3 September 2022