Nonton Film ‘Anwar, The Untold Story’ di Bioskop TGV Menara Petronas

Anwar Ibrahim - Mahathir Mohammad

Mengisahkan momen momen penting dan bersejarah dalam perjalanan politik orang nomor satu di Malaysia saat ini, film garapan Viva Weti, wanita sutradara Indonesia ini menempatkan Anwar Ibrahim sebagai protagonis dan Dr. Mahathir Mohamad sebagai Antagonis.

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

SAAT saya mendarat di Kuala Lumpur, bioskop bioskop di negeri jiran kita, Malaysia, sedang memutar film Anwar, The Untold Story, yang menampilkan perjalanan Dato Seri Anwar Ibrahim di panggung politik – yang kini menjadi Perdana Menteri Malaysia.

Kamarul, sahabat saya, jurnalis Bernama, yang baru menonton film Anwar, menyebut film itu bukan untold story melainkan, glorify story .

Dalam obrolan di sebuah cafe di lobby Hotel Hilton – Petaling Jaya, KL – bersama sama aktor Kamal Affendi, jurnalis yang saya kenal sejak 2019 di ASEAN Internasional Film Festival (AIFFA) di Kuching – Serawak, ini menyebut alasannya, film itu keseluruhannya, “mengalu alukan” sosok Anwar sebagai politisi indealis, pejuang anti korupsi dan bercitra bersih dari Malaysia.

Lantaran penasaran bin kepo, saya nonton juga bersama kawan di bioskop TGV dalam gedung menara kembar Petronas (KLCC – Kuala Lumpur City Center). Tepatnya di dalam Mall Suria yang sangat dingin.

Film ini digarap sineas wanita Indonesia yaitu Viva Westi – yang mengawali karir akting sebagai pemeran guru dalam film ‘Surat untuk Bidadari’ (Garin Nugroho, 1992), dan terjun ke penyutradaraan sejak 2005.

Setelah menonton sendiri, saya setuju dengan pernyataannya. “Padahal, Acha Septriasa, pemeran Wan Azizah Ismail, isteri Anwar – pernah lama kuliah di Malaysia, ” kata Kamarul menyesali.

Lebih jauh, Kam – sahabat saya itu – menyebut Anwar bukan film Malaysia, melainkan film Indonesia beraksen Malaysia yang menampilkan cerita orang Malaysia. Sebab, meski beraksen Melayu, logat para pemerannya yang banyak melibatkan aktor aktris Indonesia kentara masih Indonesia.

Selain Acha Septriasa, ada aktor dan artis senior Indonesia Piet Pagau dan Dewi Irawan (berperan sebagai orangtua Anwar Ibrahim), Joshua Pandelaki, Arswendy Beningswara, dll.

Di bangku bioskop dengan kedinginan karena hanya pakai T.Shirt, saya mendengar penonton mengikik, menirukan aksen aktor aktor Indonesia “sok beraksen Malaysia” dan kedengaran lucu di telinga mereka.

Anwar: The Untold Story menghadirkan momen momen paling terkenal dalam karir politik Anwar antara tahun 1993 hingga 1998, dimulai dengan pengangkatannya sebagai Menteri Keuangan di bawah Kabinet Tun Mahathir hingga pemecatan dan pemenjaraannya dari tuduhan sodomi pertamanya.

Film yang mengambil gambar sebagian besar di Indonesia dan Malaysia ini juga bersemangat menawarkan pandangan yang lebih dalam kepada penonton – di luar hiruk pikuk berita utama media yang berputar-putar di sekitar ikon perlawanan pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan waktu Anwar di balik jeruji besi.

Dengan gelontoran biaya RM10 juta, film kolosal ini menampilkan aktor aktris Malaysia dan Indonesia, dimana aktor tampan Farid Kamil berperan sebagai Anwar Ibrahim, berpasangan dengan Acha Septriasa, artis kita, yang berperan sebagai istri Anwar, Datuk Seri Dr Wan Azizah Ismail.

Mengutip laman Malaysiakini, ide dan pembicaraan produk film Anwar dengan sutradara Indonesia Viva Westi sudah dicetuskan sejak Agustus 2011, yaitu 12 tahun lalu.

Film Anwar dibuka dengan penangkapan oleh polisi untuknya, dan saat masuk dalam jeruji besi dipukuli oleh penjaga hingga berdarah darah, dan dibiarkan berhari hari tanpa perawatan.

Dalam erangan rasa sakit, ditampilkan flash back perjuangannya, menegakkan kebenaran dan idealismenya. Alur cerita film Anwar, The Untold Story menggambarkan sikap Anwar yang tegas dan konsisten menolak berbagai jenis remunerasi dan uang tunai dari pihak tertentu.

Dalam cerita berdurai 108 menit ini, tergambar korupsi dan KKN di Malaysia tak jauh beda dengan Indonesia, yang sudah berurat berakar, mendarah-daging (istilah Malaysia, “berakar umbi” . pen. ) . Juga di kalangan keluarga Anwar Ibrahim sendiri.

Konflik memuncak, ketika Anwar Ibrahim menolak tekanan Mahathir Muhamad untuk untuk talangan bagi anak perusahaan dari kroninya yang kehilangan miliaran ringgit. Saat teguran halus diabaikan, Anwar diminta menghadap dan didesak mengundurkan diri, tapi menolak.

Lalu, fitnah pun datang dengan konspirasi besar, yang menyebabkannya dipecat, dipukuli secara brutal, tergeletak dalam kurungan dan dibiarkan tanpa perawatan medis selama beberapa hari.

Aktor Malaysia Farid Kamil memerankan Anwar Ibrahim dalam film yang diproduksi Bianglala Entertainment tersebut. Farid Kamil adalah aktor kawakan dengan reputasi lebih dari 40 judul film yang dimainkan sejak 2003, dan memulai debutnya di dunia hiburan sebagai model.

Dengan tinggi 184 Cm dan berat 70 Kg , dia lebih jangkung dan lebih gemuk dibanding sosok Anwar yang sesungguhnya.

Sedangkan Artis Indonesia Acha Septriasa berperan sebagai Wan Azizah Ismail, istri dari Anwar Ibrahim.

Selain mereka berdua, ada pula aktor Malaysia Hasnul Rahmat yang berperan sebagi Tun Dr Mahathir Mohamad. Film ini diproduseri oleh Mohammed Nolizam dengan Zulkiflee Anwar Haq sebagai Eksekutif Produser,

Viva Westi yang dipercaya menyutradari film kolosal ini, sejak 2002 terlibat dalam 19 produksi film, sebanyak 9 judul di antaranya menjadi sutradara, 8 film cerita satu dokumenter. Anwar merupakan filmnya yang ke 10 yang disutradarainya.

Mengutip rilis Rakyat Media Sdn Bhd, selaku perusahaan pemegang hak distribusi di Malaysia, film biopik ini menelan biaya hingga 10 juta ringgit (RM) atau sekitar Rp34,17 miliar, sudah dimulai digarap sejak 2011.

FIlm Anwar The Untold Story yang digarap kolosal tayang serentak di 140 layar di Malaysia dan setidaknya di bioskop bioskop Mei 2023 ini, juga di bioskop bioskop di Brunei Darussalam dan Singapura.

Saya musti menceritakan rinci, lantaran Anda di sini belum berkesempatan menontonnya.

Untuk apresiasi karya sinematik, saya memberi angka 7 di antara 10 point. Alias lumayan. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.