Nasi dari beras/padi memang bisa disebut sebagai primadona pangqn.pokok Indonesia. Tapi sampai kapan? Kita tahu, dari waktu ke waktu, kebutuhan nasional akan beras/padi kian meningkat, sementara swasembada beras yang dicanangkan pemerintah masih belum stabil.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id 21/12/2022 – Indonesia dikenal sebagai negara pemilik tumbuh-tumbuhan sumber pangan karbohidratutqmq dunia. Kita misalnya tak cumapunya beragam jenis tumbuhan buah pisang, talas-talasan, umbi-umbian, tapi juga pemilik 70% hutan sagu (Metroxylon sagoo) dunia. Bahkan di banyak pulau di Nusantara tumbuh pohon Sukun penghasil buah roti alias Bread Fruit.
Sereal atau padi-padian juga tumbuh subur dan beragam jenisnya. Dqri jawawut hingga jali-jali. Dengan keberagaman sumber bahan pangan.pokok tersebutmanusia Indonesia hidup dan tumbuh dari zaman ke zaman.
Namun ada masa dimana pada akhirnya orang Indonesia lebih cenderung menjadikan bulir padi (yang dilepas sekamnya menjadi beras dan lantas ditanak menjadi NASI) sebagai bahan pangan pokok dan nasional, seolah melupakan potensi bahan pangan lainnya selain padi / beras yang diolah jadi Nasi.
Bahkan wilayah-wilayah budaya yang tradisinyamenjadikan sagu atau ubi atau jagung sebagai bahan pangan pokok, merasa tidak ‘modern’ jika dalqm.keseharian tidak menikmati Nasi yang diolah dari beras / padi. Nasi Jagung alias nasi yang diolah dari butir Jagung ? Aha…, itu makanan orang kampung.
Nasi Jagung, sebagaimana diungkap dalam syair lagu lama Hidup di Bui Bagaikan Burung, bisa jadi contoh betapa jenis bahan pangan pokok bagi saudara-saudara kita di Madura ataupun Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur inikerap dianggap sebagai pqngan kelas dua dibawah nasi aseli dari beras/padi.
Nasi dari beras/padi memang bisa disebut sebagai primadona panganpokok Indonesia. Tapi sampai kapan? Kita tahu, dari waktu ke waktu, kebutuhan nasional akan beras / padi kian meningkat, sementara swasembada beras yang dicanangkan pemerintah masih belum stabil.
Karena itu sudah waktunya kita semua, orang Indonesia, mengubah main-set bahwa beras/padi adalah segala-galanya. Kita semua harus mau balik ke asal bahwa negeri kita tak cuma punya padi.kita juga punya umbi-umbian, talas-talasan, ragam.jenis buah pisang, sukun alias Bread Fruit, empelur batang sagu dan aren, serta jagung yang melimpah, yqng kesemuanya bisa jadi alternatif atau setidaknyamenjadi subtitusi, bahan.pangan alternatif selain padi/beras.
Kabar gembira datang dari lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalqm sebuah Pameran Flora di Tamqn Kota Bogor sebulan lalu ada diperkenalkan sebuah produk bahan pangan karbohidrat baru bertajuk Beras Analog Jagung dalam kemasan kantong plastik kedap udara.
Beras analog adalah beras buatan, terbuat dari bahan berkarbohidrat, diolah di pabrik menjadi bentuk butir-butir seperti beras. Di Jawa Timur beberapa waktu lalu Indonesia sudah berhasil memproduksi beras analok dari bahan tepung singkong (cassava), dan kini dari Bogor hadir Beras Analog Jagung.
Beras Analog Jagung dibuat dari bahan tepung jagung air, sagu, gliseril mono stearat, minyak nabati, dan jelly powder. Rice Corn Analog, begitu nama internasionalnya, dengan Indek Glikemat (IG) lebih rendah dari beras biasa, namun kandungan seratnya lebih tinggi dan lebih pratis, karena tak harus dicuci lebih dulu saat hendak menanaknya.
Menanak beras analog jagung menjadi nasi jagung memang praktis. Kedalalam wadah panci rice-cooker kita cukup menuang 2 gelas air, operasikan dan biarkan hingga air mendidih. Lalu tuang beras analog jagung (ukuran 2 gelas) dari kantong kemasannya ke air mendidih. Tutup rapat rice-cooker, masak sebagaimana kita memasak beras biasa hingga tombol matang menyala, dan dihasilkan Nasi Jagung berwarna kekuning-kuningan seperti nasi kunyit. Rasanya, ya…rasa jagung.
Beras Analog Jagung relatif memang.masih lebih mahal dari umumnya beras biasa. Tapi produk ini bisa disebut sebagai teroboson nasional dari ketergantungan kita akan produk pagi. Dan mengenai mutu dan rasa, kita tak usah lagi bersedih (seperti syair lagu) saat menikmati nasi jagung. ***
24/12/2022 PK 17:00 WIB.