Oleh SUNARADIAN WIRODONO
Upaya menyusun discography Konser Rakyat Leo Kristi, menjadi makin tidak mudah era lagu-lagu Leo Kristi non kaset. Setidaknya setelah ‘mini album’ Catur Paramitra (1994). Produksi album lagu Leo Kristi kemudian ditangani secara indie-label. Bahkan album seperti Warm, Fresh & Healthy (2010), diproduksi berkat perjuangan jihad komunitas allien penggemar Konser Rakyat Leo Kristi.
Komunitas ini dengan anggotanya yang tersebar di berbagai kota Indonesia, beberapa tinggal di luar negeri. Mereka patungan (mengumpulkan dana) sukarela, hingga bisa terkumpul duit Rp300 juta. Dan jadilah WFH (warm, fresh & healthy) itu, sebelum masa pandemi Pemerintah Indonesia menelorkan program work from home. Terimakasih para Lkers!
Urutan lagu dalam program videoisasi Leo Kristi ini akibatnya juga kadang acak, karena Leo acap memasukkan lagu-lagu lawasnya ke beberapa album non-kaset itu. Bahkan karena indie-label, juga amatiran, muncul seri album yang berjudul sama namun isi lagunya bisa berbeda. Dan semuanya, tanpa keterangan musisi dan penyanyi pengiring, apalagi diserta lyric.
Lyric dalam lagu Wha Wha Blues ini, ditulis berdasar pendengaran dari apa yang dinyanyikan Leo (terima kasih pada Nuswan di Ubud, yang telah bekerja keras untuk bisa menangkap lafal Leo, yang timbul-tenggelam dengan gaya falzetonya). Belum tentu benar lyric yang dituliskan dalam video ini, karena tak ada referensi sama sekali kecuali dari apa yang kami dengarkan dan diskusikan.
Apalagi lagu ini dibawakan dengan 5 bahasa (Indonesia, Inggris, Jepang, Spanyol, juga Jawa Suroboyoan),. Bahkan jika tak salah dengar juga Perancis, di akhir lagu, meski cuma satu kata. Apalagi ketika Leo melabeli dengan gaya ‘blues’, semangat improvisasinya akan terlihat tinggi sekali. Ia bahkan bisa saja gemremeng, ngomyang. Satu dan lainnya bisa tak berhubungan, namun enak didengar. Di situ kurang-ajarnya Leo Kristi. Dan penggemarnya nurut saja, larut dalam kemerdekaan Leo yang menjadi spiritualitasnya.
Satu-satunya qlue yang bisa ditangkap dari ‘makna’ lagu ini, penjudulan ‘dalam kurung’ untuk lagu ini. Sering disamping judul utama, Leo memakai sub-judul, yang dituliskan dalam ‘tanda kurung’. Sub judul lagu ini ‘Hati Merapi’. Beberapa baris liriknya, mengisyaratkan itu. Mengenai sawah ladang yang luas tapi hilang, mungkin karena keterjang Merapi (tahun 2010 beraksi besar-besaran dengan korban jiwa 353 tewas, termasuk Mbah Maridjan). Itu juga dituntun karena celetukan Leo pada interlude, dia bilang antara lain; ‘Aja nithili lahar Merapi, Rek’, jangan mencuri lava gunung Merapi (yang hal itu mengakibatkan alam terluka, Merapi memuntahkan lava seenak perutnya).
Tapi seperti biasa, bukan soal tidak fokus, Leo akan melebar ke mana-mana. Dari (Barrack) Obama, Osama (bin Laden) hingga (Miyabi) Ozawa. Permainan vocabulary khas Leo. Hingga ke gaya hidup baru, keadilan untuk semua, serta cinta dan kedamaian. Bahkan menurut Nuswan, Hey Wha (dengan penulisan ‘hei wha’, bahasa Jepang) itu, maknanya adalah damai. Cuma kita tidak ngerti, karena Leo juga dengan gampang menjuduli lagunya dengan nama sahabat atau orang terdekatnya, seperti Mey Mey
Demikianlah Leo Kristi, pemusik sejati yang tak lain tujuannya adalah bermusik. Mengajak kita semua bermusik. Dengan musik, ia mengabarkan kasih sayang, cinta, perdamaian, kemanusiaan. Tidak dalam rangka menjadi orang terkenal, populer, apalagi menjadi bagian dari sistem industri hiburan tanah air. Sesuatu yang tak mudah dijalani, tetapi sungguh menginspirasi.
Membebaskan diri dari beban bayang dunia. Apalagi Cuma ‘world thing Obama’, ‘worst thing Osama’, dan lebih apalagi Cuma ‘the world just think Ozawa’, Miyabi Ozawa bintang porno dari Jepang, yang pada jamannya menjadi pusat perhatian dunia (lelaki).