Oleh HENRI NURCAHYO
Rasanya baru sekarang ini kita mengeluh oksigen langka dan mahal. Ini gara-gara pandemi Covid dimana pasien membutuhkan asupan oksigen secara langsung dari tabung.
Padahal, oksigen adalah elemen sangat mutlak dan dibutuhkan mahluk hidup. Dan kita juga tahu bahwa tanaman (tumbuhan secara umum) adalah pabrik oksigen yang bisa kita dapatkan secara gratis. Kita baru menyadari
sekarang bahwa ternyata sesuatu yang gratis tiba-tiba menjadi langka.
Ayo gerakkan hobi tanam menanam.
Memang benar oksigen dari tanaman tidak bisa langsung dihirup oleh pasien Covid. Tetapi dengan membiasakan diri mengirup oksigen dari tanaman membuat paru-paru sehat karena oksigen dalam paru sering berganti. Sirkulasi lancar. Kalau sudah begitu, kondisi kesehatan paru-paru akan terjaga, tidak mudah terserang virus. Rawatlah tanaman, rawatlah kehidupan, agar kehidupan kita bisa terjaga.
Saya memang hobi tanam menanam. Tanaman apa saja, baik tanaman hias, sayuran atau tanaman buah. Tapi saya jarang sengaja beli bibit tanaman, kecuali sangat saya butuhkan. Apalagi tanaman buah yang saya tanam dalam pot, tidak pernah saya sengaja membeli bibit hasil cangkokan
terus tidak lama kemudian berbuah lebat.
Saya lebih suka menikmati proses ketimbang langsung menghasilkan buah. Karena itu setiap kali saya memakan buah-buahan maka bijinya tidak pernah saya buang tapi saya taruh di pot tanaman yang sudah ada supaya ikut tersiram. Nah ketika biji tadi sudah tumbuh, saya cabut dan dipindahkan ke polibag atau langsung di pot.
Ada sirsak, buah nona, jeruk purut, belimbing, jambu air, jambu biji, sawo, asam, dan ada yang diberi tetangga misalnya tanaman salam, jambu merah dan jeruk Bali yang sekarang sudah berbunga. Duh senengnya.
Soal pemindahan bibit tanaman ini saya punya rumus sendiri yang saya adopsi dari teknik pembibitan bonsai.
Caranya, setelah dicabut bibit tanaman itu saya potong akar tunjangnya sehingga nanti akarnya tidak akan menembus pot melainkan melebar ke samping. Kalau bibit itu agak tinggi maka saya potong ujungnya supaya segera bercabang. Pemotongan ujung tanaman ini saya lakukan berulangkali sehingga tanaman tidak tumbuh lurus ke atas melainkan melebar ke samping.
Karena saya lebih menikmati proses maka saya tidak kecewa kalao tanaman buah tidak berbuah. Ya biarkan saja. Kalau nantinya berbuah ya syukur, tidak pun gak papa. Sementara di pot-pot itu tanpa saya sengaja banyak sekali tumbuh tanaman yang saya tidak pernah menanamnya.
Misalnya terong, cabai, tomat, kemangi dan sebagainya. Mungkin karena saya gunakan pupuk kandang bekas kotoran kelinci yang makan terong atau entah dari mana bibit itu. Bisa jadi sisa dapur.
Satu persatu saya pindahkan dalam polibag atau pot tersendiri. Ndilalah ada beberapa terong yang berbuah, duuh senangnya. Padahal masih kecil. Entah kenapa kok masih kecil sudah berbuah. Sepertinya polybag yang saya gunakan terlalu kecil sehingga terpaksa berbuah.
Soal pupuk, kadang saya gunakan pupuk NPK yang saya beli di penjual tanaman. Gak ada upaya beli perangsang buah atau daun yang banyak ditawarkan melalui online. Air sisa nyuci beras adalah pupuk alami yang bagus.
Berkebun adalah kebiasaan saya di pagi hari. Naik turun tangga ke lantai atas malah membuat saya harus bergerak sebagai pengganti olahraga. Maklum saya memang gak suka
olahraga. Jangankan berolahraga, membaca berita olahraga saja males.
Padahal, saya pernah menulis 3 (tiga) buku olahraga. Untuk ini saya harus berterima kasih pada sahabat Teguh Wahyu Utomo alias Tom. Bahkan selama hampir setahun saya pernah membantu Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga. Itu zaman Roy Suryo.
Saya merasa mendapatkan kepuasan tersendiri menyaksikan tumbuhnya tunas di pangkal pohon dalam pot, tumbuhnya biji, dan segarnya dedaunan. Kalau pingin buahnya, ya tinggal beli saja. Begitulah.
Berkebun adalah semacam olahraga yang cocok untuk saya. Berkebun adalah upaya untuk merawat kehidupan. Barangsiapa yang dengan ikhlas merawat kehidupan maka hidupnya akan terawat.
Dengan rajin berkebun maka otomatis saya mendapatkan pasokan oksigen
gratis sehingga ada sirkulasi yang bagus di paru-paru. Nah senyampang masih belum dihampiri oleh Corona, rajin-rajinlah berkebun, merawat beraneka tanaman di rumah. Santai dan murah meriah. Coba saja. Salam sehat