Robert Redford, memerankan Tucker dengan penuh pesona. Kharismatik, cool dan sangat charming. Bisa jadi lebih charming dari tokoh aslinya.
Oleh AYU SULISTYOWATI
LAKI LAKI tua itu menodongkan pistolnya sembari tersenyum dan mengangguk sopan. Lalu, sang manager bank antara kaget dan ketakutan mulai menjalankan perintahnya untuk mengisi tas si perampok dengan uang. Setelah itu, ia akan mengucapkan terima kasih dan meminta manager bank agar memberitahu nasabah kalau bank mereka baru saja dirampok.
Maka ketika polisi datang ke TKP, semua korban yang dirampok mengatakan satu hal yang sama: “Perampoknya sopan, bahkan bajunya pun rapi penuh gaya.”
Lalu siapa sih perampok nan charming tadi? Ini yang membuat detektif John Hunt tak bisa tidur memikirkannya. Memikirkan bagaimana bisa menangkap laki-laki tua yang ternyata dalam satu tahun belakangan ini melakukan aksi merampok sambil tebar pesona tadi dari satu bank ke bank lainnya. Yang paling menjengkelkan bagi Hunt adalah ia ada di bank saat perampokan berlangsung! Hunt belum tahu kalau ia menghadapi penjahat licin, yang sialnya juga tak jahat-jahat amat. Ia hanya ‘mencuri’. Tak pernah melukai apalagi membunuh.
Soal rampok merampok dan curi mencuri tadi, Forrest Tucker sudah berpuluh tahun melakukannya. Kadang sendirian, kadang bersama dua ‘koleganya’ yang sama-sama sudah manula: Teddy dan Waller. Tucker adalah kriminal veteran. Bahkan di usianya yang baru 15 tahun, Tucker sudah dipenjara lantaran nyolong sepeda. Ia juga pernah dijebloskan ke Alcatraz. Terakhir ia dibui di San Quentin sebelum bisa meloloskan diri dengan perahu kayak buatan, dan akhirnya kembali beraksi seperti belakangan.
Sial, peristiwa ini terjadi di awal dekade ’80-an, CCTV masih hitam putih dan gambarnya kurang jernih, namun Hunt yang penasaran tetap bisa melihat Tucker tersenyum dari kejauhan. Ia pun makin gemas, terutama karena ia belum tahu siapa perampok licin yang kini diburunya itu. Dan ketika rasa penasarannya memuncak, pihak FBI memaksa mengambil alih kasusnya, dengan dalih Tucker sudah kelamaan beraksi di beberapa kota tanpa ketahuan.
Namun saat memberesi berkas Tucker, Hunt ternyata menemukan sebuah surat untuknya. Dari seorang perempuan bernama Dorothy yang memberinya alamat dan foto lawas — yang ia duga tak lain adalah Tucker muda. Dari Dorothy sepenggal kehidupan Tucker terkuak. Tapi itu kisah puluhan tahun silam ketika Dorothy masih bayi dan saat itu Tucker sedang dijebloskan ke penjara.
Sementara itu Tucker, Waller dan Teddy malah tengah bersiap melakukan aksi perampokan berikutnya. Aksi pamungkas di sebuah bank besar. “Aku ingin pensiun,” begitu kata Teddy. Lalu bertiga mereka survei, mencatat kapan kiriman uang datang di pagi hari dan seterusnya. Tucker sendiri, juga tengah menjalin hubungan dengan Jewel, janda pemilik peternakan yang ia bantu saat mobilnya mogok beberapa waktu sebelumnya.
Gara-gara menyambangi Jewel inilah akhirnya Tucker tertangkap, kembali dibui, lalu dilepaskan… sebelum beraksi lagi! “Saya merampok bukan karena kebutuhan, merampok adalah hidup saya.” Dan tak ada satu pun yang bisa menghalanginya.
Selanjutnya, diangkat dari kisah nyata