Orang Tua yang Disepelekan

model Deshun Wang usia 79 tahun ( Foto; YouTube)

Anda tak perlu kasihan melihat banyak orangtua di Singapore bekerja di restaurant, membersihkan sisa makanan dan mencuci piring. Pemerintah Singapore sengaja memberdayakan para orangtua untuk tetap bekerja menyambut hidup dengan lebih semangat dan sehat. Yang mau usa sendiri diberi kemudahan modal.

Singapore percaya dengan mengerahkan semua orang – termasuk lansia-untuk memberi sumbangan pada negara. Rakyat bisa mandiri, berkecukupan dan negara bertambah kuat ekonominya. Pemerintah memberi jalan kehidupan untuk orang tua. 

Tua, Bekerja, Terpaksa

Di banyak kota di negeri kita- terutama di desa- para orangtua usia di atas 60 tahun masih tetap bekerja. Bukan diminta pemerintah tapi karena keinginan mereka sendiri. Karena terpaksa agar bisa makan untuk hidup. 

Mbah Sukiyem, 90 tahun, asal Magetan, masih mampu mengaspal jalanan. Ibu Margaretha, 78 tahun, dari NTT masih bersemangat mengurus ternaknya sembari beracocok tanam. Kita pernah memiliki Mbak Lindu, penjual gudeg terlaris di Yogya yang masih tetap aktif di usia 97. Orang hanya ingin gudeg yang dilayani mbah LIndu. Semua orang tua ini bekerja karena kesadaran diri untuk bisa menyambung hidup.

Para orang tua itu bekerja, produktif dan tetap sehat. Namun lingkungan tidak mendukung. Ada kesan, usia tua menurut undang-undang sudah tidak dianggap produktif. Pembuat undang-undang ini ( UU No., 13 tahun 1998) lupa bahwa banyak pejabat, politisi usia di atas 60 tahun. Para taipan ekonomi Indonesia, rata-rata usianya di atas 70 tahun dan masih aktif, produktif dan menguasai berbagai kerajaan ekonomi di Indonesia. 

Sepuluh Persen Kekuatan

Orang tua yang kaya tetap produktif, bekerja dengan tersenyum. Orang tua miskin tetap bekerja dengan terengah-engah, tak bisa senyum karena beban ekonomi. Jika mereka tidak bekerja, sakit, maka negara yang rugi. Meski perannya kecil, mereka tetap menghasilkan. Namun jika diberi keleluasaan, banyak orang tua di kota punya peran membuat perubahan, 

Jumlah usia di atas 60 tahun di Indonesia ada 28 juta atau 10% dari jumlah populasi. Tetapi di Indonesia, para pengusaha, perbankan dan institusi keuangan, telah memasukkan orang dengan usia di atas 60 tahun sebagai orangtua yang tak berdaya. Tidak produktif. Itu sebabnya ide dan tenaganya disepelekan. Negara rugi jika menyepelekan orang di atas usia 60 tahun. 

Bukankah Presiden kita, Joko Widodo usianya sudah lebih dari 60 tahun. Tepatnya 61 tahun tapi masih produktif. Luhut Binsar Panjaitan usia 74 tetap produktif dan dipakai di berbagai tempat strategis. Usia Ma’ruf Amin, biarpun hanya sebagai pendamping presiden, lebih dari 79 tahun dan masih diberi kesempatan bekerja. 

Usia Tua Pilih Kasih

Apakah fasilitas bekerja hanya untuk orang penting sementara orang bawah dengan batasan lansia disepelekan ? Ini yang tidak adil. Negara tetap memberi posisi dan kesempatan kepada para pejabat, orang penting, namun mendakwa lansia dari kalangan bawah sebagai usia non-produktif dan mematikan ide dan karya mereka,. 

Bahkan untuk berusaha sendiri dengan modal sendiripun, mereka dihambat. Tidak mudah bagi orang usia di atas 60 tahun memperoleh fasilitas kredit perbankan atau institusi keuangan lain. Biarpun mereka memiliki semangat kerja, gagasan heibat dan produktif, tetap tidak dianggap. Tidak produktif. Tidak ada bank yang mau memberi pinjaman untuk usaha bagi orangtua, meski orang tua itu memiliki sebuah rumah ( collateral)  bernilai di atas Rp 10 miliar dengan ide perubahan sekitarnya, hanya untuk modal Rp 1 miliar.

Akibatnya, para orangtua yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang yang memberi sumbangan pada negara, tak tersalurkan. Jikapun ada yang nekad akan bekerja, maka seringnya masuk dalam perangkap lintah darat atau istilah sekarang Funder ( Pemodal). Mereka membebani para orangtua ini dengan bunga tinggi ( minimal 5% sebulan), administrasi mencekik  dan jangka waktu pendek. Dengan begitu, ketika mereka tak mampu mengembalikan modal si Funder, hartanya mudah disita.

Bank Sosial

Di India, beberapa pengusaha sukses malah memberi pinjaman untuk usaha tanpa jaminan. Adalah Muhammad Yunus, seorang aktivis dari Bangladesh yang memberi pinjaman tanpa jaminan keapda para orang tua miskin. Utamanya wanita tua dan janda. Yunus mempercayakan uangnya kepoada para orang tua itu untuk mengurus nasib mereka sendiri dengan berusaha apa yang mereka bisa. Ia percaya para orang tua sudah dilatih kerja keras dan menghasilkan. 

Sekarang ia memiliki 82,800 cabang Bank Grameen sebagai bank sosial dengan jutaan peminjam. Mereka diberdayakan dan memberi arti bagi lingkungan dan negara. Kini bank lain ingin meniru Yunus, namun para peminjam tidak peduli karena mereka pernah disepelekan sebagai orang yang tidak berguna. 

Kontribusi Orangtua

Apakah ada kontribusi orangtua yagn bekerja ? Di China, ada seseorang yang sudah tua, berkeriput, tapi tetap hot di usia tua. Namanya Deshun Wang. Usia ? Baru 85 tahun. Wang menjadi model pria terkenal justru di saat usia 79 tahun dan tetap aktif. Penampilannya di China Fashion Week membuat semua orang, bahkan dunia terbelalak. Mereka baru menyadari bahwa usia tua tidak membatasi mereka untuk tetap berkarya. Bank memberi modal ketika Wang ingin mendirikan toko fashion dan sekolah model. 

Perusahaan dan pemerintah mendukung orang semacam Deshun di usia rentanya tetap berkarya. Tetapi, memang kesempatan bagi orang tua ( baca: Lansia), tidak terjadi di semua negara. Para orang tua yang masih ingin produktif, aktif dan berguna, harus berjuang dengan caranya sendiri. 

FOTO: YOUTUBE

BACA JUGA:

Kripto Sebentar Lagi Menjadi Prioritas Utama Untuk Menghubungkan Mata Uang Digital dan Bisnis Lain

Bisnis Jalan Tol di Indonesia

Pertanian Masa Depan: Otomatisasi Pertanian

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.