Oleh MAS SOEGENG
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam jumpa pers di Kabul semalam mengatakan bahwa Taliban berjanji akan mengadakan rekonsiliasi. Rekonsiliasi ini termasuk janji mereka untuk memberi amnesti kepada siapapun yang berseberangan dengan Taliban. Termasuk para penerjemah, kontraktor dan pasukan asing yang ada di Afghanistan sejak 2001.
“ Tak ada yang akan melukai atau membunuh anda. Bahkan tak ada yang akan mengetuk pintu rumah anda untuk menakut-nakuti. Taliban sekarang sudah berubah. Kami tak ingin mengulangi konflik dan perang dengan siapapun,” ujar jubir Taliban.
Pemimpin Taliban tetap memberikan garis besar bahwa Afghanistan akan dikelola sesuai Hukum dan Syariat Islam. Namun, dijanjikan, wanita sekarang boleh bekerja, belajar atau aktif di masyarakat, tapi harus tetap dengan wajah tertutup.
Kami akan mengaja dan mengakkan perempuan untuk memeproleh akses kepada pendidikan, pekerjaan dan kegiatan sosial. Kami akan memperlakukan lebih layak lagi, ujar Jubir Taliban dengan wajah datar.
Jika benar Taliban berubah, janji pengampunan kepada siapapun, hal ini agak mengejutkan. Mengingat Taliban selama ini dikenal sebagai kelompok yang intoleran, tidak mengakui hak-hak perempuan, mudah memperkosa perempuan, gampang membunuh. Mereka juga mudah melakukan teror seperti yang mereka tunjukkan pada masa mereka berkuasa pada 1996 hingga 2001.
Paradok inilah yang saat ini membuat perempuan Afghanistan yang masih bertahan di negeri itu memendam kecemasan dan ketakutan. Sebagian berbicara dengan pihak Amerika dan meminta jaminan itu dilaksanakan. Beberapa anggota Kongres yang cukup berani menjalin hubungan dengan berbagai pihak, termasuk pengacara, HAM agar tetap berada di Afghanistan melihat janji Taliban saat mereka berkuasa nanti.
