Seide. Id –Aku jarang menasehati anak. Hampir 90% perilakunya adalah hasil meniru ibunya.
Suka membaca, suka memasak, mampu mandiri, berani traveling sendirian… termasuk tidak suka mandi, juga niru ibunya
Intinya, jadi orangtua itu Gampang.
Kita tinggal menjadi diri kita sendiri, dan anak akan niru. Bagiku gampang. Karena aku single parent.
Tantangan besar memang timbul, kalau pasangan kita memiliki tabiat dan kebiasaan buruk. Ditambah : kita masih nebeng orangtua atau mertua yang memanjakan cucu-cucunya. Lebih parah lagi : mereka memiliki konsep parenting yang keliru, tapi kita tak kuasa mengoreksi. Karena beda ‘kasta’. Nasib orang nebeng itu memang tidak enak. Jadi warga kelas dua. Maka, berat memang menjadi orangtua, jika sikonnya begitu.
Tapi itu kan pilihanmu to? Memutuskan punya anak sebelum bisa punya rumah sendiri dan sebelum mengelola hidup atas tata nilai dan konsep diri sendiri. Maka hadapilah. Jadilah orang yang ksatria. Konsekuen. Setiap orang tidak pernah lepas dari konsekuensi atas semua yang dilakukannya.
Maka isi masa pacaranmu dengan diskusi bernas tentang perencanaan masa depan.
- Konsep rumah tangganya kelak, seperti apa..? Akan membangun rumah tangga yang pasutrinya sama-sama bekerja? Atau hanya salah satu yang bekerja?
- Akan mendidik anak agar menjadi seperti apa? Harus punya lho gambarannya… Misalnya anak yang cerdas, openminded, mandiri, berani menjelajah…. itu beda pola parentingnya jika ingin memiliki anak yang nurutan, tidak banyak bertanya, tidak pergi-pergi kemana pun, anteng di rumah…
- Akan mendidik anak dengan pola parenting seperti apa? Ilmunya sudah punya atau belum? Kalian masing-masing sudah ‘selesai’ dengan ego, trauma, kemalasan, ketidakmampuan mengelola diri atau belum..? Jika masih sulit menahan emosi, cari cara untuk mematangkan kontrol diri. Mau jadi orangtua kok masih lebay, panikan, mudah meledak. Kan kasihan anak kalian.
- Akan menyekolahkan anak ke mana? Sekolah yang bagus itu biayanya mahal lho… coba deh cek. Butuh berapa juta sebulan.
- Akan ngasih makan anak dengan pola makan seperti apa? Banyak jajan di luar atau masak sendiri…? Pengetahuan soal gizi gimana..? Sudahkah kita miliki?
- Setelah mengevaluasi semua itu, baru deh tentukan jumlah anak. Jangan pernah menentukan jumlah anak, Sebelum kamu yakin akan kemampuanmu dan kemampuan pasanganmu. Itu sama konyolnya seperti bercita-cita punya 3 toko, padahal sekedar mengelola 1 toko saja hampir bangkrut…
Maka, persiapkan diri sematang-matangnya. Lalu bikin 1 anak dulu… besarkan sampai usia 3-5 tahun. Lalu evaluasi dirimu, evaluasi diri pasanganmu, evaluasi sikon kalian…. Baru deh, kalau semua memadai : tambah anak lagi satu orang…
Itu namanya Rasional.
Pacaran jangan cuma makan bakso, liat-liatan, cipokan lalu menggerayangi payudara dan penis.
Kamu pacaran kan untuk :
- Memilah dan memilih : siapa yang bisa menjadi teman terbaik dan paling bisa diandalkan untuk berjuang bersama mengarungi kehidupan.
- Memilah dan memilih siapa yang bisa menjadi ayah terbaik dan ibu terbaik bagi anak-anakmu.
Maka cara seleksinya adalah : cari orang yang bisa diajak omong dan merencana dan membangun masa depan. Bakal lain lagi caranya, kalau tujuan menikah memang untuk child free, alias tidak punya anak. Dan bakal lain lagi, kalau mencari istri atau suami untuk pemenuhan kebutuhan syahwat doang…..
Menjadi orang yang rasional itu harus mampu berpikir menyeluruh. Mempertimbangkan banyak hal. Menyiapkan antisipasi-antisipasi. Sebelum Bertindak.
Orang dewasa yang rasional, besar kemungkinannya akan mampu menjadi orangtua yang juga rasional.
Nana Padmosaputro