Pak Lurah

Pak lurah

Begitu Agus Harimukti Yudhoyono ( AHY) batal jadi cawapres Partai Nasdem, SBY langsung menuduh bahwa semua ini kerjaan Pak Lurah yang tinggal di istana. Siapa lagi kalau bukan Jokowi, tuduhan ini dilontarkan

Mantan Gubernur DKI, AB, yang sekarang sedang dicalonkan menjadi capres, batal berdampingan dengan Agus Harimukti Yudhoyono ( AHY) dari Partai Demokrat. Suryo Paloh , sebagai master mind AB, lebih memilih Muhaimin Iskandar (Cak Imin) PKB) sebagai cawapres mendampingi Mantan Gubernur DKI. Sang Mantan tidak bisa berbuat banyak meski punya hak pilih cawapres, mengingat beliau hanya boneka Paloh, satu-satunya orang yang nekat mencalonkan sang mantan.

Pembatalan sepihak ini membuat Susilo Bambang Yudoyono ( SBY) berang, dan mencak-mencak. Ia lalu menjatuhkan tuduhan bahwa semua ini kerjaan Pak Lurah sebagai Mastermind ( Dalang) dibalik batalnya pasangan AHY menjadi Cawapres. Sebagai catatan, sejak hangat-hangatnya Pemilu ini, Jokowi adalah nama yang paling enak dijadikan bahan fitnah maupun pihak yang disalahkan.

Pak Lurah yang disebut SBY adalah Presiden Jokowi ( Joko Widodo). Jokowi sendiri dengan bercanda menolak disebut Pak Lurah, “ Saya ini presiden. Bukan Lurah”. 

Istilah “Lurah” sebetulnya sudah ada sejak SBY menjadi Presiden. Dulu, para anggota DPR, jika sedang ngopi bersama atau ngobrol dan menyinggung presiden, rasanya kurang elok, mengingat presiden adalah kepala negara. Jika mau menyebut nama secara langsung, juga tiak etis. Kualat. Mau ngrasani Presiden kok pakai nama segala. Maka, merekapun mencari predikat yang tidak langsung menyinggung posisi presiden, dengan istilah Lurah. 

Sayangnya, para elite politik kurang berani menyebut SBY dengan istilah lurah, sehingga hanya disebut beberapa kali sambil sembunyi-sembunyi. Hanya  kepada aorang-orang tertentu saja, mereka berani menyebut Lurah mengingat SBY adalah militer. Berani ngomongin presiden, bisa diangkut. Setidaknya, tak akan didengar celotehan mereka.

Istilah lurah menjadi terkenal dan populer sejak kata tersebut muncul pertama kali pada 9 April 2014 lalu di Twitter ( sekarang X) oleh Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden Soeharto saat bertemu Jokowi di TPS Menteng, tempat Pak Try mencoblos. 

Di desa, jabatan lurah dianggap tertinggi, sebab ia dekat dengan rakyat. Setiap saat, rakyat bisa bertemu dengan lurah. Dan lurahlah yang bisa bertemu secara rutin dengan masyarakat. Lurah adalah penguasa desa.

Kedudukan seorang lurah di desa dianggap sakti sebab itu berkaitan.  dengan ekonomi, tanah dan nasib orang-orang desa. Itu salah satu cara menyebut kekuasaan di kota tanpa menyinggung kedudukan seorang presiden yang dijuluki Pak Lurah. 

Sekarang, SBY, mantan presiden yang dulu juga dijuluki Pak Lurah, kembali menjuluki Presiden Jokowi sebagai pak Lurah yang dituduh bermain dalam batalnya AHY sebagai cawapres koalisi perubahan. Jokowi seperti biasa cuek dan tak mau menanggapi hal-hal remeh. Apalai cuma soal sebutan lurah.

Beberapakali penampilan, SBY bertindak sebagai korban. Ini adalah kebiasaan SBY yang sudah diketahui banyak orang. Kebiasaan menyalahkan pihak lain ini yang oleh banyak kalangan pengamat politik, disebut belum dewasa dalam berpolitik. Kebiasaan orang baper. Kebiasaan orang tua yang mulai ditinggalkan orang-orang sekitarnya.

Keluhan SBY oleh banyak orang tak membuat mereka simpatik, tetapi justru kebalikannya. SBY disebut sebagai mantan lurah yang baperan. Jadi, sekarang ini ada dua lurah. Lurah pertama – Jokowi- dianggap pak mantan sebagai dalang, satunya lagi lurah baperan yang caper ( cari perhatian).

Ada juga lurah beneran di desa saya yang menjengkelkan. Disebut lurah meteran, sebab setiap mengurus surat tanah atau izin apapun soal tanah, beayanya adalah Rp 3,000 per M. Tak ada cap, tak ada kuitansi. Namanya, juga lurah Meteran.

Ban Serep Sebagai Pelengkap Politik

Siaran TV Perlu Diganti

Minta Jokowi Tiru SBY, Kapan JK Tiru Budiono ?

Rebutan Ban Serep Politik

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.