Papandayan: Ngemong Cucu dari Camp David ke Dead Forest (2)

Papandayan - 01E Menuju Kawah - Foto Heryus Saputro Samhudi

MENDAKI gunung sambiil lari marathon memang kadang dilakukan orang. Bahkan komunitas pencinta alam Indonesia kerap menggelar lomba ‘kebut gunung”, montain track marathon, sebagaimana pernah dilakukan pada “Rumpang Trail” serta “Kebut Gunung Gede” (keduanya di Jawa Barat) yang fisik pesertanya harus prima dan siap berlari turun naik di ketinggian gunung yang sering berudara tipis.

Namun bagi banyak orang, mendaki gunung adalah sebentuk aktivitas di ketinggian gunung yang (umumnya) dilakukan dengan berjalan kaki, selangkah demi selangkah (bila lelah berhenti sejenak, untuk kemudian melangkah lagi) ke titik sasaran yang kita tuju. Setiba di tujuan kita beristirahat sejenak (atau berkemah beberapa waktu) sambil menikmati saujana dan panorama sekitar, sebelum kembali turun gunung.

Siapa pun bisa mendaki gunung sebatas kemampuannya mencapai sasaran, asalkan (minimal) punya minat hiking atau jalan kaki ke sebuah ketinggian, fisik kuat dan memungkinkan mencapai target. Bahkan di banyak kesempatan di dalam dan luar negeri, ada banyak saya temukan seseorang berkebutuhan khusus mendaki gunung dengan kursi roda ataupun prosthetic legs alias berkaki palsu.

Naik gunung, perjalanan sehat buat balita – Foto Heryus Saputro Samhudi

Yang penting tubuh sehat dan hati senang melakukannya. Tentu butuh persiapan untuk naik gunung. Minimal harus cukup bekal makanan dan minuman selama rentang perjalanan. Jangan lupa obat pribadi dan vitamin, jas/jaket hujan, pakaian salin, alas tidur, kemah bila perlu, dan perlengkapan lain yang diperlukan, agar nggak ngerepotin orang lain. Semua harus masuk tas punggung dan daypack.

Gunakan alas kaki, pakaian yang pas, dan jangan lupa membawa tongkat, tua ataupun muda. Boleh tongkat kayu, boleh juga tongkat lipat yang bila tak sedang digunakan bisa disimpan aman dalam daypack. Tongkat ini penting untuk membuat langkah kita menjadi stabil saat mendaki yang menggunakan tumit sebagai tumpuan, atau saat menurun yang menggunakan lutut sebagai tumpuan.

Bagaimana mendaki Papandayan sambil ngemong cucu balita? Ini biasa dilakukan banyak orang di dalam dan luar negeri. Yang penting tubuh dalam keadaan sehat, santai dan gembira melakoninya. Sama seperti piknik ke mal atau ke pantai, bawa semua keperluan si balita, jangan lepas pengawasan, ajak terus berkomunikasi, dan cucu kami senang digedong dalam hangatnya kangoroo bag. ***

11/10/2021 PK 23:30 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.