Parenting Bagi Anaknya Mertua? ~ Tepatkah?

Seide.id – Rupanya, banyak yang merasa perlu ‘mendidik-ulang’ ‘anaknya mertua’, yaitu orang dewasa yang terlanjur dinikahi tapi belum dipoles cukup kinclong untuk diajak hidup bersama.

Ada ‘anaknya mertua’, yang kalau potong kuku, bekas kukunya nyebaaarr di lantai. Nggak dikumpulin dan dibuang. Sehingga ‘menantunya mertua’ lah yang beresin…..

Ada ‘anaknya mertua’, yang ternyata kurang tangguh. Bolak-balik resign dari kerjaan dengan aneka alasan : kerjanya rodi, atasan pilih kasih, rekan kerja nggak asik, gaji sedikit dll. Sehingga ‘menantunya mertua’ lah yang bekerja (plus sekaligus mengurus anak dan membereskan rumah. Karena kuatir jika punya pembantu, bisa jadi cemilan ‘anaknya mertua’)

Ada ‘anaknya mertua’ yang hobinya suruh-suruh ‘menantunya mertua’. Bahkan menyuruh mengambilkan minum yang sudah disediakan di meja untuk dibawa ke teras. Menyuruh ambilkan sepatu buat jogging. Menyuruh ambilkan gunting dll. Padahal ‘menantunya mertua’ sedang sibuk masak, ngepel, dan mengerjakan lemburan dari tempat kerja.

Ada ‘anaknya mertua’ yang nggak peka. ‘Menantunya mertua’ sedang hamil besar, tetap saja dibiarkan seret-seret keranjang cucian yang berat… jalan kaki belanja ke pasar dengan menenteng 4 kilo bawaan di tangan kiri dan 3 kilo bawaan di tangan kanan…. ganti seprai sampai nungging-nungging padahal perut sudah mengganjal.

Ada ‘anaknya mertua’ yang baik siiiih. Bertanggung jawab secara nafkah dan sayang sama ‘menantunya mertua’. Tapi apa-apa musti diingatkan, dikasih tahu, diberi petunjuk, dan dihimbau.

Ada ‘anaknya mertua’ yang mengacaukan pola asuh bagi anaknya sendiri. ‘Menantunya mertua’ sedang mendidik si junior agar disiplin, eeeeeeh ‘anaknya mertua’ malah membebaskan si junior untuk woles aja.


Aku tetiba merenung :
Masak kita harus kayak bule? Hidup bersama dulu untuk mencari tahu pasangan model apakah, orang yang akan kita ajak ‘mengarungi kehidupan dan berjuang bersama ini?’ Supaya nggak salah pilih teamwork member?

Kan, jika salah pilih, bisa berakibat kita lah yang capeknya bakal dobel : berjuang hidup plus ‘menghadapi’ pasangan yang not well ‘function’ sebagai rekan berjuang.

Aku tetiba ketawa-kecut. Membayangkan kayak apa jika kungfu Panda bertarung, BUKAN berpasangan dengan sesama pesilat yang mumpuni… tapi bersama ‘anaknya mertua’ yang kelakuan dan mentalitasnya kayak di atas?

Si Panda bakal rempong nggak perlu-perlu. Dan kemungkinan besar, bisa kalah. Mampouz digilas kehidupan. Minimal pegel ati dan bengkak gondoknya.

Solusinya memang bukan mengirim pulang ‘anak mertua’ ini ke mamaknya sambil bilang, “Saya titip ya Mak, Day Care dulu anak mamak ni. Saya berjuang sendiri dulu.”

Tapi ada pilihan lain, kok :
Menggulung lengan baju, mengencangkan ikat pinggang, sepatu kets, pakai helm….

~ Lho mau kemana? Minggat?

Nggak kok. Cuma mau bikin kelas matrikulasi aja, sama pasangan. Mau menyamakan visi, misi dan menyelaraskan standar ilmu dan level asuhan yang berbeda.

Karenaaaaaa… lack of parenting itu adalah fenomena dunia. Bukan cuma ‘anaknya mertua’ bagian Indonesia aja yang mengalaminya.

Nggak percaya?

Ini ada link bule, yang membahasnya.
Bagaimana supaya ‘menantunya mertua’ menghadapi hasil lack of parentingnya mertua ke ‘anaknya mertua’

Monggo disimak, ada beberapa link :

https://www.google.co.id/amp/s/www.scarymommy.com/refuse-to-parent-my-spouse/%3famp

https://www.google.co.id/amp/s/www.chatelaine.com/health/sex-and-relationships/how-to-stop-parenting-your-partner/amp/

https://forthefamily.org/wives-stop-parenting-your-husband-and-10-ways-to-help/

Nana Padmosaputro

Ikuti : Tidak Akan Mengikat Dia di Peti Matiku

Avatar photo

About Nana Padmosaputro

Penulis, Professional Life Coach, Konsultan Tarot, Co.Founder L.I.K.E Indonesia, Penyiar Radio RPK, 96,3 FM.