PBB

Ketika masih SMP, aku kerap menjadi anggota tim Cepat-Tepat, eh atau Cerdas-Cermat (ada yang masih ingat?).

Aku menjadi salah-seorang dari tim yang berjumlah 3 orang itu. Kami menganggap pertanyaan yang kerap terlontar adalah: pengetahuam umum, ilmu pasti dan…agama. Aku dianggap lumayan untuk mewakili jika ada pertanyaan tentang pengetahuan umum (dulu kami menyebutnya Ilmu Bumi, sekarang Geografi?), bahasa Indonesia, dan sedikit bahasa Inggris. 2 temanku, untuk menjawab pertanyaan tentang Ilmu pasti, matematika, geologi. Dan satu lagi…agama.

Aku suka mengetahui dan membaca kisah-kisah pemimpin dunia. Presiden, Perdana Menteri, Terbesar, Terkecil, Terkuat, Terlemah, Negara penghasil ini-itu dan…ketua PBB (hlo?). Hlaa iyaa,…waktu sekolah dulu, aku menganggap ketua PBB itu adalah pemimpin dunia. Seseorang yang bisa ‘menyuruh-nyuruh’ para para Presiden dan Perdana Mentri di seluruh dunia. Alangkah hebatnya jabatan itu.

Dulu, ketika aku jadi anggota tim Cepat-Tepat, nama sekjen PBB yang aku ingat adalah U-Than, Valery Giscard De’estaing dan Butros Butros Ghali. Sampai sekarang nama-nama itulah yang tetap ‘nyantel’ dalam benak. Mungkin karena nama-nama itu terdengar aneh di telingaku. Heran juga negara sebesar dan senetral Indonesia belum pernah ada salah-seorang tokohnya menjadi sekjen PBB. Pak Mochtar Kusuma Atmaja pernah menjadi salah-seorang petinggi PBB, tapi bukan sekjen.

Apa sebetulnya tugas-tugas sekjen PBB? Wah, ketika sekolah dulu, aku tak ‘merasa perlu’ mengetahui secara detail tentang tugas-tugas sekjen PBB. Mengetahui siapa sekjennya waktu itu saja, sudah keren rasanya. Paling-paling mengetahui lembaga-lembaga dunia apa saja yang berada di bawah naungan lembaga dunia itu.

Ada WHO (World Healt Organization), FAO (Food and Agricultural Organization), Unesco, Unicef, dll. WHO mengurusi soal kesehatan, FAO mengurusi soal pangan, Unesco mengurusi soal pendidikan dan kebudayaan (terimakasih pak Hendro Martono).

Unicef mengurusi persoalan anak-anak. Sudah, itu saja yang aku rasa perlu ketahui (rasanya itu juga pengetahuan banyak orang ya?). Ternyata lembaga-lembaga dunia di bawah PBB itu banyak sekali.

Ada: IMF (bank dunia?), IMO, UPU, UNWTO, WIPO, UNIDO, dll (dll itu…dan lain-lain, bukan lembaga PBB).

Semua Organisasi di bawah naungan PBB itu membantu mencari solusi kepada negara-negara di seluruh dunia jika memerlukan bantuan. Soal pangan, pendidikan, kesehatan kebudayaan dll. Tapi rasanya semua perkara itu, sejauh bisa ditanggulangi oleh negara bersangkutan tidakkah terlalu krusial benar.

Aku membayangkan, jauh lebih penting sebetulnya adalah mencegah terjadinya peperangan. Mencegah supaya suatu negara tidak mendominasi negara lain. Sejak dulu,…itulah yang tak pernah kita rasakan. Karena sepertinya lembaga dunia itu tak punya kewibawaan jika berhadapan dengan negara-negara besar dan kuat. Dari lembaga-lembaga itu, adakah yang mengurus tentang peperangan? Maksudku tentu bukan menyuruh berperang, tapi menghentikan perang.

Dulu aku tak terfikir, kenapa sekjen PBB itu selalu dijabat oleh orang-orang yang berasal dari dari negara-negara kecil atau ‘kurang dianggap’ di dunia. Myanmar, Mesir, Spanyol, eh ada juga ding dari Prancis. Kenapa tidak dari negara-negara kuat, kaya dan berpengaruh?

Mungkin negara-negara ‘tak terkenal’ itu dianggap netral. Tapi, konsekuensinya, apabolehbuat…jadi ‘tak berani’ mengatur-atur, menyuruh-nyuruh bahkan menghentikan perang.

Kemarin, ketika aku blanyongan tentang betapa beraninya Presiden kita, beserta ibu negara dan rombongan kecil menyatroni Ukraina dan Rusia, istriku bergumam.

“Berani benar Presiden kita, ibu negara dan rombongan kecilnya”.
Dipilihnya melalui jalan darat (dengan keretaapi selama sekitar 12 jam) itu pun, untuk meminimalisir bahaya, ketimbang lewat udara.

“Yaah,…pastilah ke-dua negara sudah sepakat untuk ‘gencatan senjata’ sebentar (ini pun ngeri-ngeri tanpa sedap!)” kataku agak sok tahu. Presiden Rusia pun, pasti sudah memerintahkan pasukan dan tentaranya untuk mensterilkan keretaapi dan rel sepanjang jalan itu”

“Tapi,…tetap saja mereka, para pemberani. Hla ‘gimana jika ada seorang tentara dari ke-dua negara yang sedang berperang, ada yang jenuh, lelah, kangen anak-istri, ngantuk, teler, sentimen atau teledor,…kalau salah info atau salah pencet,…lalu…jdueeerrr!”.

Semoga Presiden, ibu negara dan rombongan kecil dari negara kita baik-baik saja.

Eh,…pak sekjen PBB Antonio Guterres,…’ gimana pendapat sampeyan tentang keberanian Presiden negara kami?

Kayaknya setelah pensiun sebagai presiden,…pak Jokowi sangat layak untuk menjabat sekjen PBB, ya?…


Ilustrasi: Kemarin, seorang teman berkomentar (mungkin karena geregetan melihat keberanian Presiden kita), dia mengusulkan,.. untuk menggambar sekjen PBB. Tengkyu idenya Er (Ernawan B Prianggodo)…

(Aries Tanjung)