PBB: Afganistan Menghadapi Krisis Pangan Serius

Seide.id – PBB menaruh perhatian serius pada Afganistan. Setelah Amerika pergi, penguasa tunggal Taliban harus segera ‘move on’. Senjata mesti diletakkan, negara harus diurus. Ada 39 juta warga negara yang hidup dalam ketidakpastian.

Afganistan tahun 2001 saat Taliban menyingkir, berbeda sekali dengan Afganistan tahun 2021 saat mereka kembali.

Negara itu sekarang sudah tumbuh besar. Kabul, juga kota lain, telah bersolek. Bangunan tinggi menjulang terlihat dimana-mana.

Masalah yang dihadapi Afganistan juga kian rumit dan kompleks. Semua urusan tak bisa diselesaikan dengan senjata.

Warga antre panjang untuk ambil simpanan di bank

Eksodus

Trauma cara Taliban berkuasa di masa lalu membuat ribuan cendekiawan, profesional dan tenaga terampil Afganistan eksodus ke luar negeri. Taliban kini kelimpungan. Bahkan, untuk mengurus satu bandara, Hamid Karzai di Kabul saja mereka tak mampu!

Kantor berita AFP memberitakan, kemarin telah masuk satu pesawat berisi tehnisi dari Qatar. Mereka akan ditugasi membereskan bandara yang kotor dan rusak karena selama ini digunakan sebagai pusat evakuasi. Tim Qatar juga kelak akan mengoperasikan bandara.

Lapangan udara harus segera dibuka dan pesawat dari luar mesti diijinkan masuk, terutama pesawat dengan misi kemanusiaan.

Portal AlJazeera mengutip pernyataan pejabat PBB yang mewanti-wanti, di beberapa bulan ke depan Afganistan akan dilanda masalahh kelaparan serius, yang bila tidak ditangani dengan segera akan menimbulkan bencana kemanusiaan.

“Situasi di Afganistan dalam perspektif kemanusiaan sangat..sangat rawan” ujar Ramiz Alakbarov, Koodinator Masalah Kemanusiaan PBB yang berada di Afganistan.

Konflik berkepanjangan membuat satu dari tiga anak menderita kelaparan. Harga pangan mulai merembet naik, sebanyak 50 persen. Harga BBM lebih ekstrim, terus naik hingga mencapai 75 persen.

Warga secara serempak menarik sisa simpanan mereka di bank, hingga membuat lembaga keuangan itu goyang. Bank minim uang kontan. Para pegawai negeri juga sudah tidak menerima gaji.

Kesulitan itu semua bersumber dari Taliban sendiri.

Salah satunya, Taliban tidak bisa mengakses simpanan emas dan dollar milik bank sentral Republik Islam Afganistan yang jatuh tanggal 15 Agustus kemarin. Tabungan yang diparkir di bank sentral Amerika itu jumlahnya besar, sekitar 130 trilyun rupiah.

Menteri Keuangan Amerika Janet Yelllen mengunci brankas milik Afganistan karena Islam Emirat Afganistan, negara bentukan Taliban, belum diakui keberadaannya oleh warga dunia.

Bagi Amerika, Rusia, Inggris dan banyak negara lainnya masih memasukkan Taliban sebagai organisasi teroris.

Akibatnya, bantuan sekitar 42 trilyun rupiah per-tahun dari negara barat kepada Afganistan yang biasanya turun setiap tahun juga dihentikan.

Taliban kini harus merubah diri. Membentuk negara inklusif, siap menerima masukan dan siap bekerja sama dengan negara lain,  bila ingin menghapus stigma sebagai kelompok teroris.

Merubah diri, itu ujung semua simpul kemacetan. Seperti harapan warga di Kabul pada kamera tv-Aljazeera, “kami butuh tindakan nyata, bukan sekedar janji”

Ada masalah kemanusiaan serius di Afganistan yang harus ditangani dengan segera. (gun)

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.