Pelopor Seni Kaligrafi Islam di atas kanvas, pendiri Galeri Museum Nasional, A.D. Pirous tutup usia pada umur 92 tahun. Karya kaligrafinya terinspirasi dari nonton pameran di New York, saat dia belajar di sana. foto:meditasisamudra.blogspot.com
Oleh DIMAS SUPRIYANTO
Seide.id – Indonesia kehilangan seorang maestro seni rupa, pelopor senirupa kaligrafi di kanvas. Abdul Djalil Pirous yang dikenal dengan nama artis A.D Pirous telah meninggal dunia pada Selasa (16/4/2024) kemarin. A.D Pirous mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 20.00 WIB di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, Jawa Barat.
Abdul Djalil Pirous, yang dikenal sebagai A.D. Pirous, lahir di Meulaboh, Aceh, 11 March 1932. Almarhum, yang tutup usia pada umur 92 tahun adalah pelopor lukisan kaligrafi Islam. Dia juga salah satu tokoh perintis dan pendiri Galeri Nasional Indonesia itu .
“Dialah lokomotif yang menghela gerbong kaligrafi sehingga menjadi genre tersendiri dalam peta seni rupa di Indonesia, ” tulis Ilham Khoiri, jurnalis seni yang menulis profilnya di Kompas Minggu, 2017 lalu.
Selain dikenal sebagai lokomotif seni kaligrafi Islam, almarhum juga adalah salah satu tokoh perintis dan pendiri Galeri Nasional Indonesia, bersama Soedarso Sp (alm), Abas Alibasyah (alm), Edi Sedyawati (alm), Hildawati Soemantri (alm) dan Jim Supangkat 1998). Kemudian, bersama yang lain, dia juga diangkat sebagai Dewan Penasehat Galeri Nasional.
Ide menghadirkan kaligrafi Islam ke atas kanvas terinspirasi dari pameran koleksi seni Islam dari Timur Tengah New York Metropolitan Museum, Amerika Serikat, saat dia masih belajar desain dan seni grafis di Rochester Institute of Technology, di kota yang sama, pada tahun 1969-1970.
Karya kaligrafi Arab (Islam) yang indah membuatnya terperangah, tercenung, dan teringat pada artefak kaligrafi Islam yang banyak tersebar di kampung halamannya di Aceh. “Kenapa tidak menggali kekayaan tradisi untuk melahirkan identitas seni rupa modern Indonesia?”
Dia pun mengerjakannya dan menampilkannya dalam pameran tunggal di The Chase Manhattan Bank, Jakarta, tahun 1972. AD Pirous menghadirkan 13 lukisan kaligrafi di atas kanvas yang kemudian dianggap sebagai pameran tunggal pertama kaligrafi Islam di Indonesia. Eksplorasi lukisannya yang memberi perkembangan segar bagi tradisi seni rupa Islam (kaligrafi) dan seni grafis di Indonesia, mendirikan Jurusan Desain Grafis pertama di negeri ini, sampai kiprah pemikirannya menggagas awal Pasar Seni ITB tahun 1972.
Tahun 1976, di tempat yang sama, seniman ITB kelahiran Mualaboh – Aceh itu, kembali berpameran tunggal dengan menampilkan karya cetak saring (serigraphy), juga dengan tema kaligrafi. Kedua pameran itu jadi titik mula tumbuhnya seni lukis kaligrafi di Indonesia.
Amang Rachman seniman Surabaya Amang Rachman mengikuti jejaknya bersama sama dengan Amri Yahya di Jogyakarta. Sejak itu, tumbuh dan berkembang senirupa kaligrafi.
Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di dalam negeri maupun luar negeri, antara lain di Polandia dan Irak. Bahkan, lukisannya yang berjudul Al Kiyamah menjadi hadiah dari pemerintah Indonesia untuk Raja Khalid Saudi Arabia.
Jejak Karyanya..