Peluncuran Buku Musik dan Perayaan 70 Tahun Iin Parlina

Iin Parlina-01

Bertambah lagi, buku tentang dunia musik perjalanan karir penyanyi. Kali ini buku diskografi Iin Parlina, vokalis Bimbo – yang merayakan 70 tahun usianya, dengan meluncurkan buku perjalanan musiknya.

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

GAGASAN menerbitkan buku lux, yang penulisannya digarap Heryus Saputro, jurnalis senior Seide.id setebal 365 halaman itu, bermula dari pindahan rumah, dimana ketika dibongkar bongkar ditemukan dokumen lama, LP, kaset, kliping berita, dan lain lain, yang kesemuanya bernilai sejarah, dan saksi perjalanan karirnya sebagai penyanyi, dengan rentang 60 tahun, sejak usia 10 tahun hingga kini.

Suaminya lah, Ir. Syahril Anwar, yang menggagas penerbitan buku sebagai hadiah ultah ke 70 itu, dan menugaskan diam diam kepada dua putranya, Fathir Utama Ismail dan Fajar Utama Hidayat, untuk mengerjakannya. Merekrut penulis, designer dan tim produksi lainnya.

“Sebenarnya Trio Bimbo – Sam, Acil dan Jaka –  juga akan menerbitkan buku, tapi Iin keduluan karena bahannya paling siap, “ kata Heryus Saputro dalam obrolan di tengah acara di Magnolia Room, Grand Hotel Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (19/10/2022) pagi hingga siang kemarin.

Buku bertajuk “Sebuah Discography, Alinan Nada Iin Parlina”, memaparkan data, fakta, foto foto serta kliping, kisah kisah selama Iin Parlina berkarir, sebagai penyanyi,  yang mencakup 428 lagu, 58 LP (long play) dan 7 EP (extended play) dan 4 album kompilasi.

IIN PARLINA, saya kenangkan sebagai vokalis pembawa lagu berbagai genre. Terutama setelah bergabung  tiga kakaknya, Trio Bimbo di awal 1970-an.  Awalnya dia pembawa lagu syahdu, romantis, melankolis, bersama Bimbo.  

Lagu lagu balada, seperti  ‘Melati dari Jayagiri’ – ‘Jumpa untuk Berpisah’ – ‘Salam Sayang’ – ‘Telah Berdaun Rimba Jati ‘ – ‘Tajam Tak Bertepi’ – ‘Balada Seorang Biduan’ –  ‘Hitam Kelam’ ‘Laut Cinta’ sangat meresap dan berkesan.   

Lagu lagu Iin Parlina bersama Bimbo, membawa ke alam lain.

Saya mulai mendengar lagu lagunya di radio transistor Telesonic 2 band di kampung halaman, di Banyumas, Jawa Tengah,  dengan suara hilang timbul terbawa angin dalam gelombang SW/MW. Nuansa vokal dan petikan gitar pengiringnya sangat bernuansa musik Latin.

Sebelum itu, dia memiliki grup sendiri, seluruhnya cewek, Yanti Bersaudara atau Sisters. Dengan Yanti Sisters, selain merilis lagu lagu berbahasa Sunda, Pop Indonesia. Bahkan pernah merilis juga album lagu lagu Natal, berisi ‘Marys Boy Child’ – ‘White Christmas’ – ‘Silent Night,  Holy Night’ dan ‘Silver Bells’.

Ketika saya hijrah ke ibukota, akhir 1975,  Bimbo sudah masuk grup besar, andalan label PT Remaco, bersama Koes Plus, Mercys, D’loyd, Panbers, Favourite Grup, dll. Lagu lagunya berkembang dan menjajal berbagai genre, seperti Melayu, Dangdut, Pop Komedi, diantaranya yang terkenal, ‘Cinta Kilat, ‘Singkatan’, ‘Pacarku Manis’,   ‘Tangan’,  ‘Oom Boyke’ – ‘Calon Mertua’.

Yang paling populer tentu saja, lagu ‘Tante Sun’  – yang konon sempat dilarang di zaman Orde Baru karena video klipnya di TVRI menampilkan nyonya nyonya snob yang diperankan bergaya komedi oleh pelawak Karjo AC/DC.

Belakangan Iin dan Bimbo merajai lagu lagu religi dengan judul judul yang meresap di komunitas muslim, seperti ‘Sajadah Panjang’ – ‘Rindu Kami Padamu’ – ‘Ada Anak Bertanya kepada Bapak’ –  ‘Bermata Tapi Tak Melihat’  –  yang jadi langganan diputar di bulan Ramadhan di mall mall, hotel dan restoran.

Iin Parlina adalah vokalis satu satunya di Bimbo dan bertahan hingga kini. Dan tak terduga, dia sudah 70 tahun usianya. Kakak kakaknya lebih tua lagi, sudah 80-an tahun, dan mereka masih utuh, kompak, dan masih bernyanyi.

Lahir di Bandung, Jawa Barat, 1 November 1952, IIn Parlina merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dari keluarga Dajat Hardjakusumah.  Ayahnya seorang wartawan dan pecinta seni.

Iin mulai menyanyi sejak kelas enam SR (Sekolah Rakyat). Bersama saudara perempuannya Yani (anak kelima) dan Tina (anak keenam) membentuk grup Yanti Bersaudara (‘Yanti’ merupakan gabungan dari ‘Yani’, ‘Tina’ dan ‘Iin’) – menambah grup bersaudara yang sudah ada yakni Pretty Sisters dan Sitompul Sisters. Dia merekam lagunya sejak masih 1 track, yang harus dilakukan berulang ulang, sehingga bosan dan kerap menangis. Belum ada ruang kedap suara, di studio Mas Yos Elshinta di kawasan Cikini, Jakarta, dengan suara kereta sering melintas membuat rekaman mendadak berhenti.

Iin Parlina, mengawali karis sejak 10 tahun, bergabung dengan saudaranya, sebagai personil Yanti Bersaudara alias Yanti Sisters, menjadi grup trio vokal pertama yang rekaman di Singapura, dibawah label Polydor – Philips.

Iin Parlina melewati masa penyanyi yang rekaman dengan piringan hitam, EP (extended play) dan LP (long play), kaset hingga CD (compact disc). Masih duduk di bangkut klas 2 SMP, bersama Yanti Sister,  menjadi trio pertama yang direkam suaranya di Singapura, yaitu Philips Singapore lewat label ‘Polydor’.

DI USIA 70 TAHUN, Iin Parlina hidup berbahagia bersama keluarganya. Suaminya pengusaha tambang yang kaya raya. Tinggal di rumah megah di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan .

Ibu dari 4 orang anak ini dengan belasan cucu ini dimanjakan oleh suaminya yang urang awak, Ir. Syahril Anwar. Anak anaknya ada yang meneruskan jejaknya mengurus studio, kuliah di film, jadi pengacara dan mendalami komunikasi.

Di usia 70 tahun, saya mengenangkannya sebagai penyanyi pop bersuara “serak serak centil”  – sebagaimana julukan yang diberikan majalah TEMPO di era 1980-an.

Perjalanan karir musik Iin Parlina bersama Yanti Bersaudara dan Tri Bimbo digarap oleh jurnalis senior, yang kini redaktur di Seide.id, Heryus Saputro. Penggarapan seluruh buku memerlukan waktu setahun, ” katanya. (foto : dok/Heryus S)

Kini di ibukota dia nyonya yang kumpul kumpul bersama sesama penyanyi, arisan, dan kegiatan sosial dan amal, dimana  setiap Jumat menyebarkan ratusan bahkan ribuan box makan untuk warga tak mampu.   Dia mengaku punya “geng emak emak” bernama Scorpion, yaitu mereka yang punya zodiac Scorpio, sesama penyanyi era 1970-an: Marini, Anna Mathovani, Alice Ishak, Henny Purwonegoro, Nur Afni Octavia, Tatiek Barce Van Houten, Tutty Kirana dan Ria Likumahua.

Acara 70 tahun Iin Parlina di Hotel Gran Mahakam dipandu oleh MC Irgy Ahmad Fahrezy yang ternyata masih kerabatnya,  dihadiri sederet penyanyi lagendaris seperti Tetty Kadi, Ernie Djohan, Fenty Effendi, Titiek Sandora dan Vina Panduwinata. Ada juga Peter Gontha, pebisnis, musisi dan pendiri RCTI, pencetus Java Jazz. Vina ikut menyumbangkan suara.

Iin Parlina menyampaikan syukur dan bahagia dengan membagikan bingkisan kepada orang orang yang mendukung karirnya, termasuk kepada Hamid Gruno, ayah dari peragawan Pierre Gruno, yang memberikan nama grup Bimbo bagi grup musiknya. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.