Pemakaman PM Shinzo Abe Menuai Protes Warga Jepang

Pemakaman PM Shinzo Abe01

Biaya pemakaman politisi yang meninggal ditembak itu, melebihi pemakaman Ratu Elizabeth II yang Rp. 137 miliar. Sedangkan prosesi mantan pemimpin Jepang ini menghabiskan Rp.175 miliar. Dua kali biaya penyelenggaraan Olimpiade Tokyo.

Seide.id – Prosesi pemakaman mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe,  politisi yang meninggal ditembak pemuda, 8 Juli 2022 lalu, menuai kontroversi, karena biayanya yang sangat besar.

Upacara pemakaman yang dihadiri para pemimpin negara sahabat, berlangsung di tengah demonstrasi yang diikuti oleh ribuan orang di Tokyo terkait dengan jumlah biaya pemakaman kenegaraan. Jajak pendapat umum menunjukkan sekitar 60% menentangnya.

Namun banyak pula warga yang mengantre untuk menyampaikan penghormatan terakhir. Antrean terbentuk sepanjang 3 Km. Mereka membawa karangan bunga dan mengenakan pakaian serba hitam.

“Saya mencintai Abe dan segala sesuatu tentangnya, itu mengapa saya mengantre,” kata seorang warga berusia 19 tahun. Seorang pelayat lain mengatakan dia berada di sana untuk “menunjukkan rasa terima kasih atas jasanya sebagai perdana menteri”.

Warga Jepang memberikan penghormatan terakhir kepada Shinto Abe

Ribuan orang, termasuk puluhan pemimpin dunia, menghadiri pemakaman kenegaraan yang ditembak mati pada Juli. Istri Abe, Akie membawa abunya ke arena Budokan, tempat upacara pemakaman di Tokyo diiringi suara tembakan sebanyak 19 kali.

Pihak berwenang memberlakukan pengamanan ketat selama pemakaman kenegaraan pada Selasa (19/09). Di antara sekitar 700 tamu dari 217 negara yang hadir adalah Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Tetapi tak jauh dari lokasi upacara pemakaman, tepatnya di depan gedung parlemen, ribuan orang berkumpul untuk menggelar demonstrasi yang diwarnai keriuhan dan kemarahan.

Banyak dari pengunjuk rasa marah karena besarnya biaya pemakaman. Sebagian lainnya mengatakan Abe tidak pantas mendapat penghormatan pemakaman kenegaraan.

“Saya frustasi dan marah karena kita membiarkan pemerintah melakukan apa saja semaunya tanpa konsultasi dengan rakyat,” kata Fujiwara, 25. “Kami sebagai generasi muda perlu berbicara lebih tegas demi masa depan kita sendiri, oleh karena itu saya berada di sini.”

Banyak di antara pihak yang menentang pemakaman- dan warisan politik Abe – adalah golongan usia tua.

Biaya diprotes.

“Bagaimana bisa pemakaman Abe lebih mahal dari Ratu?” tanya sebuah tajuk surat kabar di Jepang.

Meskipun biaya sebenarnya pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth II belum resmi diungkap, artikel media Flash itu mengutip surat kabar Inggris Daily Mirror yang melaporkan angkanya £8 juta atau 1,3 miliar yen (Rp137 miliar) dan membandingkannya dengan perkiraan biaya pemakaman mantan PM Shinzo Abe yaitu 1,66 miliar yen (Rp175 miliar).

Kalkulasi biaya pemakaman mantan PM Shinzo Abe dan biaya hidup d warga di Jepang hari hari ini.Grafis BBC

Banyak yang memprediksi biaya sebenarnya jauh lebih besar, mengutip berbagai contoh seperti Olimpiade Tokyo yang akhirnya memakan biaya US$13 miliar – sekitar dua kali lipat dari perkiraan awal.

Lainnya bertanya apakah perbedaan antara biaya dua pemakaman kenegaraan itu, adalah akibat perusahaan swasta yang bertindak sebagai perantara ketika Jepang menggelar acara-acara akbar.

Ketika perusahaan event organiser yang berbasis di Tokyo, Murayama, terungkap sebagai satu-satunya yang mengajukan tender untuk pemakaman kenegaraan – belakangan terungkap kontraknya mencapai 176 juta yen (Rp18 miliar) – banyak pihak mempertanyakan, mengingat perusahaan tersebut pernah digunakan Abe untuk menggelar pesta piknik bunga sakura yang membuatnya menghadapi tuduhan kronisme.

Lebih dari 75% orang yang berpartisipasi dalam survei terbaru oleh kantor berita Kyodo mengatakan pemerintah Jepang menghabiskan terlalu banyak uang untuk pemakaman Abe.

Sekitar setengah dari biaya itu diperkirakan digunakan untuk pengamanan ketat sementara sepertiganya untuk akomodasi bagi tamu luar negeri.

Menjelang pemakaman kenegaraan pada hari Selasa (27/09), banyak tamu luar negeri tiba di Jepang untuk menemui perdana menteri yang saat ini menjabat, Fumio Kishida. Acara tiga hari ini disebut “diplomasi pemakaman”.

Namun banyak orang di Jepang menyoroti bahwa pemakaman kenegaraan Ratu di London dihadiri banyak pemimpin dunia yang sedang menjabat, sementara yang hadir di pemakaman Abe kebanyakan adalah mantan pemimpin.

Liputan pemakaman Ratu di televisi juga menunjukkan kepada pemirsa Jepang kecintaan Inggris pada mendiang ratu mereka, serta menyoroti betapa suasananya berbeda di Jepang.

Sebagai perdana menteri Jepang yang paling lama menjabat, Abe – yang tewas pada usia 67 tahun dalam insiden kekerasan yang mengejutkan dan jarang terjadi – adalah perdana menteri kedua yang mendapat pemakaman kenegaraan.

Yang pertama digelar 55 tahun yang lalu untuk Shigeru Yoshida, yang memimpin Jepang tak lama setelah akhir Perang Dunia II, dan secara luas dipuji sebagai orang yang menetapkan arah untuk Jepang pasca-perang.

Marah dengan ongkos pemakaman Abe, beberapa outlet media lokal melaporkan biaya pemakaman Yoshida hanyak 18 juta yen pada 1967 – setara dengan 70 juta yen (Rp7,3 miliar) hari ini.

Saat Jepang tengah berjuang melawan inflasi untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, para pengamat mengatakan anggaran negara akan lebih baik digunakan untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah dan yang paling menderita.

Ketidakpuasan terkait pemakaman kenegaraan untuk Abe turut menyebabkan turunnya popularitas pemerintahan saat ini, yang mencapai titik terendah sejak Kishida menjabat.

Kebijakan-kebijakan Abe sebagai perdana menteri telah memecah belah Jepang dan kekesalan mengenai kiprahnya di kehidupan publik Jepang, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. BBC/dms

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.