Seide.id – Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan sebuah bangunan bernama museum.
Museum secara sederhana diketahui sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno.
Apa itu Museum?
Definisi museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, pada 24 Agustus 2007 menyebutkan bahwa Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan, memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan tak benda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.
Mengutip dari laman museum.kemendikbud.go.id, adapun peran museum sebagai berikut:
Museum mengelola bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata untuk dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen, temporer, dan keliling.
Melihat peran dan fungsi museum yang memberikan banyak manfaat bagi dunia pendidikan, maka museum sangat cocok jika diterapkan sebagai Edu-tourism.
Apa itu Edu-tourism?
Berdasarkan pendapat dari Dr. Munir, M.IT, Edu-tourism atau Pariwisata Pendidikan dimaksudkan sebagai suatu program di mana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi.
Rahmat Priyanto dkk menambahkan informasi banwa wisata edukasi merupakan program inovasi terhadap destinasi wisata yang mengkombinasikan antara wisata (permainan) dan juga pendidikan, program inovasi ini mengemas kegiatan yang memiliki kualitas dan mendidik serta efektif untuk meningkatkan pola belajar dan sosialisasi bagi para pengunjung.
Wisata edukasi merupakan konsep wisata yang bernilai positif, dimana konsep ini memadukan antara kegiatan belajar dengan kegiatan berwisata.
Potret Museum Kretek Sebagai Edu-tourism
Bagaimana sejarah berdirinya Museum Kretek?
Berdasarkan data dari www.kuduskab.go.id,
Museum Kretek didirikan atas prakarsa dari Bapak Soepardjo Roestam sewaktu beliau menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Prakarsa itu timbul sewaktu beliau berkunjung ke kota Kudus pada tahun 1980 dan melihat secara langsung bahwa potensi yang dimiliki oleh perusahaan rokok Kudus sangat besar
konstribusinya dalam menggerakkan perekonomian daerah.
Potensi ini dilihat oleh Bapak Soepardjo Roestam, tidak saja dari segi penghasilan yang didapat oleh negara dari pita cukai rokok , tetapi dari segi tenaga kerja dan sumbangan sosial yang dikeluarkan perusahaan rokok sangat besar bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya.
Gagasan tersebut disambut baik oleh Persatuan Pabrik Rokok Kudus (PPRK) yang selanjutnya merencanakan dibangunnya Museum Kretek.
Salah satu anggota PPRK yang paling menyambut baik gagasan tersebut adalah Bapak H. Namawi Rusydi pemilik dari PR Jambu Bol, karena Bapak Namawi berteman baik dengan bapak Roestam, selain itu Namawi juga punya posisi yang cukup tinggi di PPRK.
Akhirnya pada tahun 1983 para pengusaha yang tergabung dalam PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kretek Kudus) sepakat
untuk melestarikan budaya dalam peradaban manusia pada masa lampau mengenai sejarah perkembangan rokok kretek melalui pendirian museum kretek.
Pada tanggal 11 Desember 1984, PPRK dan pemerintah daerah memulai pembangunan tersebut dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kudus yang pada masa itu masih dijabat oleh Bapak Hartono.
Museum Kretek diresmikan pada 3 Oktober 1986 oleh Soepardjo Roestam yang
saat itu telah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.
Apa saja objek yang ada di Museum Kretek?
Di dalam Museum Kretek terdapat banyak koleksi mengenai sejarah kretek di wilayah ini, antara lain dokumentasi kiprah Nitisemito yang mendirikan Pabrik Rokok Bal Tiga, ada juga peralatan tradisional rokok kretek, foto-foto para pendiri pabrik kretek dan hasil produksinya, benda-benda promosi rokok di masa lalu hingga sekarang, termasuk diorama proses pembuatan rokok kretek.
Pemanfaatan Museum Kretek sebagai Edu-tourism
Museum Kretek dimanfaatkan sebagai edu-tourism dengan sasaran pengunjung yakni peserta didik berbagai jenjang maupun masyarakat umum.
Berikut potret pengaplikasian konsep Edu-tourism di Museum Kretek, terdapat kunjungan salah satu Sekolah Dasar Swasta.
Peserta didik diarahkan oleh Tour Guide Museum yang menjadi fasilitator bagi para peserta didik untuk memudahkan dalam memahami sejarah rokok melalui objek-objek yang ada di museum.
Metode Belajar Dalam Kegiatan Kunjung Museum
Metode pembelajaran karyawisata
merupakan metode atau suatu cara atau
pembelajaran dimana pelaksanaan atau
proses pembelajarannya dilaksanakan dengan menggunakan lingkungan luar yang
mempunyai hubungan dengan isi materi pada materi pelajaran yang di ajarkan di sekolah
secara langsung sehingga siswa dapat melihat dan mengalami langsung materi yang disampaikan pada proses pembelajaran.
Selain metode pembelajaran karyawisata, metode yang dapat digunakan untuk kegiatan kunjung museum yakni metode pembelajaran kontekstual.
Kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian
mereka.
Menurut E.B Johnson, metode Pembelajaran Kontekstual adalah metode pembelajaran yang cocok untuk di berlakukan di museum. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang di pelajari di kehidupan nyata.
Oleh: Khoirunnis Salamah