Penelitian Bahaya Makan Kambing Menurut Mukidi

Seide.id – Ada dua penelitian yang pernah dilakukan ihwal bahaya makan daging kambing menurut Mukidi. Pertama di sebuah lapas. Dibagi dua kelompok penghuni lapas. Kelompok pertama diberi makan daging kambing.

Kelompok kedua tidak diberi makan daging kambing. Setelah selesai makan, kelompok kedua langsung brutal dan marah-marah.

Peneliti Mukidi menyimpulkan, bahwa bila tidak makan daging kambing justru bikin orang jadi marah-marah. Yang diberi makan daging kambing malah tertawa lebar sambil mengusap-usap perutnya. Gendang-gendut tali kecapi, kenyang perut senanglah hati, mereka ramai-ramai bersenandung.

Penelitian kedua, menyantap masakan gulai kambing-singkong. Kambing digulai dicampur dengan singkong. Kelompok pertama boleh menyantap gulai hanya daging kambingnya. Sedang kelompok kedua, hanya boleh menyantap singkongnya saja.

Kelompok kedua yang hanya boleh makan singkongnya tanpa daging kambingnya kurang berselera makannya. Kesimpulannya daging kambing meningkatkan selera makan. Semenjak itu Mukidi jadi doyan kambing.

MITOS. Seperti halnya durian, makan daging kambing masih jadi mitos. Banyak orang termakan mitos takut makan daging kambing.

Di mata medis, daging kambing seperti halnya daging sapi, kerbau, dan daging lainnya, kandungan kolesterolnya bukanlah yang terbilang tinggi. Yang tinggi kolesterol itu otak, hati, usus, limpa,dan jerohan lainnya dari hewan ternak apa pun.

Dagingnya sendiri hanya 70mg kolesterol untuk setiap 100 Gram daging. Sedang dalam otak kambing dan semua otak hewan terkandung 2.500 mg kolesterol untuk setiap 100 Gram bahan.

Jadi tidak masuk akal medis untuk takut makan daging kambing. Lagi pula tubuh sejatinya tetap membutuhkan kolesterol untuk membuat homon selain kesehatan sel.

Hal kedua, andai pun seseorang menyantap menu dengan kolesterol yang tinggi sekalipun, tidak bisa diterangkan medis, pengaruh makan kolesterol tinggi akibatnya akan langsung muncul seketika itu juga.

Kita tahu bahwa metabolisme kolesterol memerlukan waktu untuk berpengaruh terhadap tubuh. Dan pengaruh buruk kolesterol berlebih dalam darah itu bukan memunculkan serangan jantung atau stroke seperti dikira orang, melainkan proses bertambah tebalnya tumpukan lemak dinding pembuluh darah bernama plaque. Dan itu terjadi beberapa hari setelah asupan menu berkolesterol tinggi.

Bukan hanya satu faktor lipid atau lemak darah saja tumpukan lemak itu terbentuk, melainkan ada beberapa faktor lain (multifactorial). Jadi tidak masuk akal medis kalau dituduh sehabis makan daging kambing bisa stroke atau serangan jantung.

Orang Maroko dan negara dengan konsumsi kambing tinggi, hampir setiap malam menyantap daging kambing bakar, dan angka kejadian stroke atau serangan jantung di sana tidak lebih tinggi dari negara lain. Belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa semua yang mengonsumsi kambing secara signifikan terserang jantung dan atau stroke. Kalaupun ada hanya kasuistik.

Apa salahnya kambing, tanya Mukidi.
Kalau ada cerita kasus terserang stroke atau jantung sehabis menyantap kambing, barangkali sehabis makan kambing masuk kamar hotel bukan dengan istri sendiri.

Aktivitas seksual bukan dengan pasangan sendiri meningkatkan kerja jantung lebih giat dibanding kalau dengan pasangan sendiri, dan itu yang masuk akal medis, dan kemudian Mukidi percaya itu.

Maka itu sebab Mukidi lalu tetap setia berpasangan seks sekalipun dengan nenek-nenek supaya kendati doyan makan kambing, masih tetap sehat dan tidak berisiko terserang stroke atau jantung bila sedang berdua di kamar tidurnya.

Mukidi sibuk membeli lipstik dan parfum buat mendadani nenek-nenek teman tidurnya supaya bisa membayangkan seolah-olah di sebelahnya itu Krisdayanti..

Salam sehat dari Mukidi,
Dr Handrawan Nadesul

Ikuti : Sesat Pikir