Memuji Tuhan di Jalanan

Memuji Tuhan di Jalanan

Para pemuda menggelar Pengajian Jalanan di sekitar Jalan Malioboro, Yogyakarta ( Foto: MI)

Di sebuah warung di pojok pedesaan ramai di Bangladesh, seorang remaja sedang khusuk membaca sambil memainkan tasbihnya. Saat ada tamu akan membeli rokok, remaja itu bergegas menutup bukunya yang terbaca Al Quran Alkarimah dan menyimpan tasbihnya. Ia tampak menyembunyikan Al Quran dan tasbih agar tak diketahui orang. Tapi, di scarf-nya masih terlihat tonjolan kitab dan tasbih.

Ia merasa tak enak membaca Kitab Suci diketahui orang lain.

Di lain tempat, di sebuah kafe nan sepi – sama sekali tak ada pengunjung lain – seorang Yahudi yang memakai atribut keagamaan duduk menyendiri di pojok kafe yang hampir tak diketahui orang posisinya. Ia mengenakan baju putih, rompi hitam tampak tzitzir berupa anyaman yang terjuntai dari ke empat sudut talilit katan yang digunakan sebagai pakaian dalaman. Kepalanya yang mengenakan yarmulke tampak tertunduk, mengangguk-anggukkan kepala di hadapan sebuah buku kecil yang penuh tulisan. Bibirnya komat-kamit membaca tulisah Hebrew yang sangat kecil yang ditaruh di antara halaman sebuah buku. Ia tenggelam dalam keasyikan. 

Begitu ada seseorang masuk ke kafe, orang Yahudi itu segera melipat Al kitab dan segera beralih membaca buku semacam majalah lokal. Agar tak diketahui orang lain bahwa ia tadi membaca Al Kitab. Itu memang kebiasaan mereka jika berhubungan dengan sesuatu yang khusuk; hanya dia dan Dang di Atas yang ada. 

Di lain tempat di Mexico. 

Di sebuah jalanan yang mulai sepi, seorang wanita tersenyum manis menyambut pembeli. Secarik scarf putih berenda yang menutupi kepalanya buru-buru dilepasnya. Terlihat di tangannya untaian rosario dengan salib patung Guru Isa menjadi penghias. 

Orang-orang Mexico biasanya adalah penganut La Luz del Mundo yang taat, yaitu aliran Pentakosta Cahaya Dunia yang saat ini merupakan salah satu denominasi Kristen yang berkembang cepat dan mencakup area yang sangat luas. (B Ustred Kadrisson di FB)

Hanya ada saya dan Dia

Orang-orang beragama di atas itu memahami bahwa urusan agama adalah urusan pribadi. Urusan khusuk dalam kediaman. Mereka memahami itu seperti apa yang mereka baca.

“Jika engkau ingin berdoa atau melakukan puji-pujian kepada Allahmu, masuklah kamar, kunci dan berdoalah dengan khusuk. Jangan seperti orang-orang munafik, berteriak di depan rumah mereka memuji Allah agar semua orang tahu, namun dalam kehidupan kesehariannya, ia tak pernah memanusiakan manusia lain. Allah tidak menyukai orang-orang munafik seperti itu”.

Pelopor baca Al Quran

Dulu, di Yogyakarta, pembelajaran Qur’an dipelopori Kiai Munawwir Krapyak, yang kelak menyebar tidak hanya di kawasan Yogya, tapi hampir di seluruh penjuru Indonesia. Banyak sekali murid Kiai Munawwir yang mengikuti jejak gurunya, menjadi para pejuang penjaga Qur’an. Diantara yang paling masyhur adalah Kiai Mufid yang mendirikan Pesantren Sunan Pandanaran Kaliurang dan Kiai Nawawi yang mendirikan Pesantren An Nur Ngrukem Bantul. 

Ciri khasnya adalah pengajian di dalam masjid, surau, atau langgar alias mushala yang sunyi dan suara mengajinya samar-samar, namun penuh keindahan. Syahdu.

Sekarang, sedikitnya sepekan ini, di sepanjang jalan Malioboro yang ramai, tempat para turis berjalan-jalan menikmati keindahan Yogyakarta, merasa risih dengan pemandangan baru ini. Sepanjang jalan itu, dipenuhi para pemuda-pemudi membaca Al Quran dengan lantang dan mengundang perhatian banyak orang. Penampilan mereka demonstratif dan ekshibis. 

Tentu ini tak membuat nyaman bagi pelancong atau mereka yang ingin menikmati keindahan suasana Yogya. Tapi siapa berani di negeri ini mengatakan mereka melanggar atau mengganggu. Bisa-bisa ramai-ramai didaulat menjadi penista agama. 

Melihat gaya radikalisasi pembacaan Al Quran, baik mengaji atau melafalkan ayat-ayat suci Al Quran, tak seorangpun tahu, murid siapakah yang memiliki gaya memamerkan keahlian kepintaran mengaji ini. Bukankah ada tempat tersendiri bagi penghafal Al Quran yang pasti akan diapresiasi. Apakah 800.000 masjid di Indonesia tak mampu menampung dan dijadikan lokasi yang paling pas dalam melafalkan ayat-ayat suci yang mestinya ditempatkan yang suci pula?

BACAAN LAIN

Bangkitnya Muslim Radikalis di Jogya

Umat Islam di Australia Tarawih Pertama Malam Ini

Penceramah Radikal di Lingkungan Tentara

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.