Seide.id – Teriakan khas penjual kerupuk ikan tengiri itu membuat dada saya jadi sakit.
Sakit, karena sesungguhnya saya malu sekali dengan penjual keliling kerupuk ikan itu, Pak TR.
Yang membuat saya terpukul malu, karena semangat juang Pak TR yang gigih dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.
Lebih dari 10 tahun, Pak TR keliling di sekitaran komplek perumahan BRT.
Dalam keterbatasan gerak, karena penyakit stroke, Pak TR agak menyeret kakinya. Dengan jalan tertatih-tatih, ia berteriak menjajakan dagangannya.
Seharusnya, orang seusia Pak TR yang kondisi phisiknya lemah itu lebih baik berdiam dan istirahat di rumah. Kenyataannya, ia berjalan lebih dari 10 km untuk mengais rezeki demi menyambung hidup keluarga.
“Sekalian therapi, Mas,” jawab Pak TR sederhana. Tidak mengeluh, tapi berserah ikhlas.
Menurut Pak TR, ia terserang stroke sudah dua kali. Yang kedua kali itu yang parah. Karena separo anggota tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Beruntung, ia mempunyai tetangga yang pintar mengurut dan ringan tangan bersedia menolongnya. Sehingga kesehatannya makin membaik.
Beruntung pula, ia mempunyai tetangga baik yang mempunyai pabrik kerupuk Palembang yang memberi dagangan untuk dijualkan. Sehingga ia yang sudah biasa kerja serabutan, juga tidak kaget untuk menjajakan kerupuk. Selain berlatih jalan untuk therapi, sekaligus untuk mengais rezeki.
“Hidup ini berat, Mas, jika disyukuri dan dijalani dengan ikhlas, insya Allah, saya jadi dikuatkan,” kata Pak TR lirih.
Setiap pukul 06.00 pagi, Pak TR ke luar rumah menjajakan dagangan. Ia membawa 20 bungkus kerupuk. Dan ia mengambil keuntungan Rp 2.000,- per bungkus.
Sekali lagi, yang membuat saya kagum sekagumnya pada Pak TR adalah semangat dan perjuangan hidupnya yang tabah dan tidak mau bergantung pada anak-anaknya.
“Selain hidup kurang beruntung, mereka juga repot dengan keluarga. Dan kita sebagai orangtua jangan merepotinya lagi,” katanya sambil tersenyum.
Saya lihat sorot mata Pak TR yang sabar, tabah, dan ikhlas.
Seketika itu semangat hidup saya menyala. Saya tidak mau mencari kambing hitam atas kegagalan bisnis itu. Sekarang, saya harus bangkit berjuang untuk jadi pemenang.
“Terima kasih atas inspirasinya. Bapak telah menyalakan api semangat hidup saya untuk gigih berjuang,” bisik saya lirih. Tak terasa airmata saya mengembang.
( Mas Redjo)