Penjual Martabak

Seide.id – “Gimana Ko Ayung? Sehat dan lancar jaya?” sapa saya pada penjual martabak yang tengah melayani pembeli itu.

“Puji Tuhan. Selalu bersyukur, Pak,” Ko Ayung tersenyum renyah, ketika mengenali saya. “Tumben Bapak mampir. Menurut Mas P, usaha Bapak sukses. Jadi lupa sama kita.”

“Ah, bisa saja! Saya juga belajar dari Ko Ayung, dan untuk selalu bersyukur,” jawab saya sambil mengambil minuman dingin.

Sambil melayani pembeli, kami ngobrol asyik, setelah 5 tahun tidak bertemu, karena saya pindah dari Ciputat.

Saya salut sesalutnya pada Ko Ayung, meski telah mempunyai 5 gerai martabak, tapi ia tetap gesit melayani pembeli sendiri.

“Kata pelanggan, beda pelayanan beda rasa, Pak. Padahal resepnya sama.”

Saya tersenyum memaklumi. Meski usaha Ko Ayung maju, tapi ia rajin mengkontrol gerainya yang lain, dan tidak segan melayani pembeli sambil ngobrol.

Jika diminta, Ko Ayung tidak pelit berbagi resep martabaknya. Ia juga tidak takut bersaing, seandainya orang yang bertanya itu membuka usaha yang sama. Alasannya, beda tangan beda rasa dan rezeki. Bersahaja dan rendah hati.

Ketika sepulang dari gereja, saya mampir ke rumah Ko Ayung. Sambutan istrinya juga ramah dan hangat.

Dalam mengelola usaha martabak dan kue-kue itu, ia menerapkan dagangan harus habis dan tiada sisa setiap hari. Ia selalu menakar dagangannya. Misal, sehari ia harus menjual martabak untuk 50 loyang. Jika selepas Isya, martabak itu habis, ia tidak mengaduk resep lagi. Jika menjelang pulang, kue-kue itu ternyata sisa, maka akan dibagi-bagikan ke tetangga. Istilahnya, berbagi rezeki. Sehingga dagangannya selalu baru setiap hari.

“Bagaimana Ko Ayung menghadapi krisis pembeli sekarang ini?”

“Ketimbang menutup gerai, lebih baik kita mengurangi dagangan. Yang penting kita dapat membayar karyawan, numpang makan, dan dapat melewati krisis ini dengan selamat,” jawab Ko Ayung santai.

“Terima kasih, Ko, nasihatnya,” kata saya sambil membayar martabak itu untuk oleh-oleh di rumah.

Ikat pinggang untuk prihatin itu baik. Lebih baik lagi, jika tidak lapar mata dan menuruti keinginan yang konsumtif.

Semangat hidup prihatin untuk bijak berbelanja.

Mas Redjo/ Red-Joss

Jangan Merasa Sukses, jika Belum Membahagiakan Orang Lain

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang