Seide.id – Kendati penting, nyatanya rutinitas yang satu ini sering terabaikan. Kelewat sibuk mengurus si kecil yang baru lahir, itulah yang kerap jadi alasan.
Ibu mana pun pasti sangat bahagia saat bayi yang selama 9 bulan dinanti-nantikannya lahir dengan selamat. Tak heran kalau seluruh perhatian dan waktunya tercurah buat si kecil. Namun para ibu juga jangan abai untuk memperhatikan dirinya sendiri lho. Termasuk meluangkan waktu untuk melakukan pemeriksaan pascapersalinan.
Diharapkan Kembali Nomal
Biasanya 2 minggu dan 40 hari setelah persalinan, ibu diminta untuk datang memeriksakan diri. Makanya, kurun waktu 40 hari yang juga dikenal dengan masa nifas merupakan the golden time. Disebut demikian karena setelah 40 hari diharapkan kondisi ibu sudah normal kembali seperti sebelum hamil.
Rahim yang semula “melar” pun diharapkan sudah kembali normal meski pemulihan secara keseluruhan memerlukan waktu 3 bulan. Di saat pemeriksaan kembali usai masa nifas ini, dokter/bidan umumnya akan menganjurkan ibu untuk ber-KB supaya tidak kebobolan alias hamil lagi.
Sayangnya, masa nifas tak selamanya berjalan mulus. Padahal, prinsipnya, sepanjang masa nifas, si ibu jangan sampai terjangkit penyakit apa pun. Jadi, begitu muncul gejala penyakit sedikit saja, sebaiknya langsung hubungi dokter. Entah itu demam, mual, mencret atau meriang. Dokter yang akan memutuskan apakah gejala tersebut merupakan manifestasi gangguan masa nifas ata gejala penyakit lain.
Jadi Single Fighter
Masalahnya, bayi lahir tak identik dengan berakhirnya kerepotan ibu. Bahkan boleh dibilang usai persalian, tugas ibu jadi luar biasa banyak dan sangat melelahkan. Si Ibu harus bangun tengah malam untuk memberi ASI atau si kecil menangis karena pipis, haus dan lainnya yang tak mengenal waktu. Pekerjaan “kecil” tapi berlangsung terus-menerus dan amat sangat melelahkan. Apalagi jika persalinan melalui sesar, hingga ibu masih merasakan nyeri akibat jahitan operasi.
Sebenarnya, semua beban tersebut bisa berkurang bila suami mau membantu. Sayangnya, tidak sedikit suami yang merasa ragu, takut salah, bahkan cuek. Alhasil, jadilah istri single fighter. Hal-hal inilah yang membuat masa nifas berlangsung tak nyaman. Si ibu jadi cenderung melupakan dirinya sendiri, hingga akhirnya “kecolongan”.
Mesti Diingatkan
Yang sering terjadi, si ibu lalai membersihkan vaginanya dengan seksama. Padahal bila tidak dibersihkan dengan benar, bisa saja terjadi luka infeksi pada jahitan di sela-sela vulva. Karena itulah, pemeriksaan setelah melahirkan amat penting. Supaya kalau terjadi sesuatu yang tak diharapkan, bisa diketahui sedini mungkin.
Dokter pun harus mengingatkan pasien melakukan pemeriksaan pascapersalian. Minimal menjelaskan manfaatnya. Saking pentingnya, di rumah-rumah sakit tingkat kabupaten, dibuat program home visit. Bidan akan mendatangi ibu yang baru melahirkan dari rumah ke rumah. Semoga saja program ini masih berlangsung, bahkan ditingkatkan.
Saat kontrol, biasanya dokter akan memeriksa tekanan darah, pulse pernapasan, keadaan vagina, termasuk bagaimana lochia atau cairan yang keluar dari vagina, maupun kondisi rahim. Untuk mereka yang menjalani persalinan sesar, prosedur pemeriksaan nifasnya pun tak jauh berbeda. Hanya saja jahitannya yang lebih panjang dan “dalam”, biasanya butuh penanganan lebih seksama dan waktu penyembuhan yang lebih panjang pula. Selain itu, akan dipantau pula kemampuan mobilisasi pasien. Mereka yang sesar biasanya lebih lama ketimbang pasien yang melahirkan normal.
(Puspa) – nakita