Kisah Perempuan Afghan yang Dipotong Hidung dan Telinganya Karena Lari dari Rumah (1)

Bibi Aisha

Ini kisah seorang perempuan asal Afghanistan yang akrab dipanggil Bibi Aisha, dan diangkat sebagai berita utama Majalah Times edisi 9 Agustus 2010. Peristiwa ini terjadi dua tahun lalu sebelum di bulan yang sama tahun ini, pasukan Taliban kembali masuk Afghanistan. 

Kisah dimulai saat Aisha usia umur 8 tahun. Saat itu, ayahnya menikahkan dia dengan anak keluarga lain , yang dalam praktik disebut baad. Baad adalah praktik tradisional untuk menyelesaikan sengketa antara suku Pashtun dengan suku lain di Afghanistan. Tradisi ini melibatkan perempuan muda yang dijadkan upeti dari pihak yang merasa bersalah, sebagai jalan keluar pertikaian.

Aisha tidak tahu apa-apa di usia seperti itu akan arti pernikahan, perkawinan maupun rumahtangga. Ia hanyalah anak kecil perempuan yang ingin bermain di luar rumah, namun tidak bisa karena berbagai larangan. 

Perempuan Sebagai Upeti Perselisihan

Usia 16 tahun, Aisha diserahkan pada keluarga ayah dan 10  saudara suaminya, pengikut Taliban di propinsi Aruzgan. Hiduppun berubah seperti neraka bagi perempuan Aisha ini. Saat serah terima, Asiha bahkan tidak bertemu dengan suaminya karena sang suami yang dihadiahi upeti perempuan ini, sedang berjuang di Pakistan.

Dua tahun bersama keluarga Taliban ini, hanya penderitaan yang dialami Aisha. Dirinya tidak dianggap manusia, melainkan tempat keluarga ini memuntahkan kekesalan, kekecewaan dan kemarahannya. Setiap hari adalah hari-hari penyiksaan, pelecehan seksual dan pelecehan dirinya sebagai manusia. Ia mengibaratkan, seperti yang didengar dari omongan keluarga ini, lebih hina daripada anjing yang ada di jalanan.

Tak tahan dengan penderitaan luar biasa ini, Aisha memutuskan lari dari kerangkengan keluarga ini. Dua tetangga yang dinggap baik oleh Aisha, mendengar apa yang dialami Aisha. Kedua tetangga ini berjanji akan  membantu lari ke Kandahar. Pelarian ini justru menimbulkan cerita lain yang mengerikan. Aisha dikhianati.

Malam Hari Teror di Depan Pintu Rumah

Sampai di Kandahar, dua teman Aisha ini malah menjual Aisha ke pria lain. Namun, kedua perempuan ini, kepergok polisi sedang melakukan transaksi menjual Aisha. Ketiganya ditahan.

Aisha ditahan karena dianggap lari dari suaminya, sedang dua teman perempuannya dibebaskan. Konon, keduanya dibebaskan karena ada jaminan dan telah memberikan info tentang Aisha yang melarikan diri. 

Aisha dipenjara selama 3 tahun, kemudian dikurangi beberapa bulan, usai Presiden Hamid Karzai memberi pengampunan pada Aisha. Sayangnya, ayah mertua Aisha secara tak sengaja menemukan jejak Aisha dan membawa pulang ke rumah. Saat itulah Aisha dipertemukan dengan suaminya yang sudah pulang dari Pakistan. 

Malam hari, tiba-tiba rumahnya digedor. Sejumlah tentara militer Taliban masuk ke rumah dan menyeret Aisha dengan tuduhan berani melarikan diri dari rumah. Suami Aisha melaporkan Aisha pada Taliban. Lelaki Taliban itu menyeret Aisha ke pengadilan Taliban dengan tuduhan serius : tidak menghormati keluarga dan dianggap mempermalukan keluarga Taliban ini. 

Hukuman menanti Aisha. Pengadilan memutuskan : hidung dan telinga Aisha harus dipotong. Hukuman itu harus dilakukan sendiri oleh suaminya di sebuah pegunungan di Uruzgan. Aisha menunggu nasib perempuan di Afghanistan di bawah Taliban. BERSAMBUNG  ( mas)

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.