Sesungguhnya iman seorang itu tercermin dari perilaku hidup kesehariannya.
Tidak perlu dipungkiri, didustakan, disembunyikan, atau berkamuflase dengan mengenakan topeng. Sepandai-pandainya bermain sandiwara, kita tidak bisa menipu diri sendiri.
Kita boleh beda pendapat tentang perilaku keseharian sebagai cerminan iman dan kualitas hidup kita yang sebenarnya. Tetapi, ketimbang kita reaktif dan menolak keras realita itu, jauh lebih baik kita mawas diri dan merenungkannya.
Kita belajar menyikapi dengan bijak. Kita tentu tidak mau, jika perilaku buruk sebagai cerminan jelek dari kepribadian dan keimanan insani. Karena hidup kita mengejawantahkan ajaran dan keteladanan iman.
Semua agama itu mengajarkan kebaikan agar hidup ini semakin baik, dan bertambah baik.
Dengan berperilaku baik, kita belajar mengendalikan diri agar tidak mudah korslet, ketika menghadapi perselisihan atau hal buruk yang memancing emosi.
Dengan bersikap sabar, kita belajar mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain.
Dengan rendah hati, kita belajar memahami orang lain.
Dengan berprasangka baik dan berpikir positif, peristiwa yang kita dengar atau lihat itu memberi warna hidup kita agar semakin bermakna.
Urip iku urup, ketika perilaku kita mampu mencerminkan keteladanan iman yang berkualitas. Hidup ikhlas untuk memberi.