Perjalanan Seorang Idealis

Persahabatan yang baik akan membawa hidup kita ke arah yang makin baik.”

Seide.id – Hal itu tidak sekadar saya percayai dan yakini, tapi, juga saya amini. Karena saya telah membuktikan sendiri.

Ketika ingin menjadi wartawan yang baik dan berhasil, saya lalu bergaul dengan wartawan. Dari mereka, saya belajar bagaimana menulis artikel dan laporan reportase yang menarik dan greget. Karena profesi saya sebelumnya adalah penulis fiksi. Alasan ingin menulis artikel atau laporan, karena cepat dimuat dan cepat mendapat honorarium.

Tidak hanya itu. Dari mereka saya juga memperoleh ilmu, bagaimana caranya jalan-jalan ke suatu kota (daerah) secara gratis, karena saya diongkosi oleh suatu media cetak. Tentunya laporan reportase yang harus ditulis itu sesuai dengan warna media itu. Istilahnya, honor diambil duluan.

Ketika ingin menjadi pebisnis, saya bergaul dengan para pebisnis agar pola pikir dan perilaku saya seperti mereka. Alasan menjadi pebisnis, karena saya ingin profesional.

Jika dulu saya idealisme, sekarang saya mau menjadi profesional untuk mendukung idealisme saya yang hobi mengarang. Selain itu, sejak menikah saya juga harus memenuhi kebutuhan keluarga.

Dari mereka saya memperoleh ilmu, bagaimana cara mencapai target demi target agar kelak saya ‘bebas finansial dan waktu’ tanpa mengganggu pekerjaan. Saya dapat leluasa pelesir. Karena sistemnya telah berjalan baik.

“Apakah dari profesi yang satu pindah ke profesi yang lain itu ibarat kutu loncat?”

Bagi sebagian orang bisa dibilang, iya. Tapi bagi saya hal itu tidak masalah. Karena saya harus mengeksplorasi talenta dan bakat yang dianugerahkan Allah. Saya. ingin mengetahui jalan hidup yang pas dan cocok untuk saya tekuni. Yang penting, saya menjalani profesi itu dengan gembira dan tanpa beban.

Tanpa saya sadari, pelan tapi pasti, waktu terus berlalu. Usia juga tidak dapat dibohongi.

Yang membuat saya bersyukur penuh hikmat adalah dari berbisnis secara profesional itu saya dapat mendukung idealisme di bidang tulis menulis.

Ternyata, hidup yang sesungguhnya itu tidak dinilai atau ditentukan dari prestasi, hasil capaian, atau bilangan umur seseorang. Tapi dari pemenuhan dan pemaknaan hidup itu yang berguna bagi sesama. Urip kuwi urup.

Berkah Dalem,

Mas Redjo / Red-Joss

Rekam Jejak

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang