Catatan ANITA MARTHA HUTAGALUNG
HARI KE-25.
Waktu Oni mau mandi pagi, menuju kamar mandi melewati dapur tempat inang Boru Marbun masak. Aroma gulai ayam merebak ke mana-mana. Padahal masih pukul 06.00 pagi. Jam berapalah tadi Si Opung ini belanja ke pajak ya? Sehingga TIM 11 sarapan pagi dengan lauk gulai ayam kampung yang nikmat. Yang memimpin doa Amang Tagor Pakpahan sendiri.
Terimakasih buat kebaikan keluarga Pakpahan. Salam buat Lisna Mikha Pakpahan. Biarpun nggak bisa ketemu Oni, tapi Oni dan TIM 11 sudah datang dan menginap di rumah kalian.
Kami memulai jalan kaki menuju perbatasan Jambi – Sumatera Selatan. Belum satu jam berjalan, ada perempuan yang menghampiri dan memberi minuman Kesehatan serta masker. Lalu ada yang memberi 2 botol minyak urut. Ada yang antar air mineral, dan lain-lain. Aduh, nggak ada yang bisa Oni dan teman-teman TIM 11 lakukan selain mengucapkan terimakasih.
Sekitar dua jam berjalan, sampailah langkah kaki di bumi Sumatera Selatan. Di sini kami disapa anak muda berseragam bernama Mangutur Simangunsong. Katanya, dia berasal dari Porsea, dan di sana bekerja sebagai koordinator Satpam sebuah perusahaan. Dia mengajak TIM 11 makan. Tapi kami menolak karena masih jam 10 pagi, belum waktunya makan. Kami segera melanjutkan langkah kaki.
Cuaca lumayan, meskipun panas tapi tak seterik saat di Jambi. Jalan raya masih sama bagus, sepanjang jalan terlihat mulus. Sumatera Selatan terdiri dari 13 Kabupaten dan 4 Kota. Dan yang TIM lewati pertama itu di Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara.
Lagi asik berjalan, tiba-tiba Simangunsong tadi muncul lagi. Dia membawa mi instan, roti dan telur. Karena kami menolak diajak makan, maka dia bawa bahan makanannya. Aduh, tulusnya ito ini.
Perjalanan kali ini tetap menarik, meskipun yang kami lewati sebagian besar daerah hutan, kebun sawit, dan kebun karet. Sepiii…!
Kami makan siang dan beristirahat di sebuah rumah makan Minang. Di situ juga kami gunakan kesempatan untuk menjemur pakaian yang kami cuci tapi belum kering. Sekitar dua jam kami istirahat di situ.
Lanjut lagi berjalan, kali ini teman Oni “Si Abang Xpander” Ferry J Sihombing dan ito Christian Gultom. Masih suasana yang sama. Rumah penduduk jarang-jarang, lalu ada hutan, ada perkebunan. Sunyi. Bahkan saat melewati Kantor Bupatinya masih tampak sepi. Kantor-kantor dinas juga kebanyakan bentuknya kayak ruko begitu.
Katanya ini daerah otonomi baru di Sumatra Selatan yang merupakan pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Musi Rawas. Ibu kota kabupaten ini berada di Rupit.
Saat meninggalkan kota Rupit, TIM 11 yang lain bergerak mengupayakan tempat kita menginap, karena sudah dekat waktunya buat closing. Saat Oni lagi foto di petunjuk arah kota, ada mobil menghampiri dan berhenti tepat dibelakang mobil TIM 11.
Beliau Op. Dion Boru Sitorus, mau pulang ke rumahnya. Melihat Oni dan kawan-kawan berjalan kaki, beliau langsung menepi. Rumah beliau masih jauh banget. Kalau dekat kian, sudah diajaknya TIM 11 menginap di rumahnya. Sebelum pergi, inang Boru Torus menyalam Oni, tapi salamnya salam tempel. “Ini sekedar bantu buat makan,” katanya. Sumbangan beliau 500 ribu. Aku serahkan duitnya kepada Agustina Pandiangan untuk dicatat. Perjalanan TIM 11 ini selalu saja dihampiri oleh banyak kebaikan.
Malam ini kami menginap di rumah petak. Cukup lega dan nyaman. Kamar mandi dan airnya bersih. Perut juga sudah kenyang. Mata sudah 3 watt. Oni mau tidur dulu, yaaa. Supaya besok kita gurdak lagi Sumsel.
Oh ya, Oni lupa cerita. Sepanjang jalan tadi ada beberapa kali (hampir 20 kali) Oni dan kawan-kawan yang jalan mencium aroma bau. Bau kali, weei. Kadang seperti bau bangkai, kadang seperti bauk tai, kadang bau paret busuk. “Itu bau karet, ” kata Ito Togu Simorangkir.
Biarpun baunya kadang menyengat sampai ke tulang, tapi Oni tetap happy dan bersyukur. Itu pertanda kami masih sehat. Penciuman masih normal. Tapi, apapun aromanya yang penting TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya. *