PERJALANAN TOBA-ISTANA : Meski Kurang Fit tapi Tuhan Selalu Baik

Oleh ANITA MARTHA HUTAGALUNG

HARI KE-34.

Pagi hari sebelum berangkat Oni sempatkan dulu menyanyi. Buat menghibur hati aja, biar semangat. Hari ini yang turun ke jalan Oni bersama Ketua Tim Jevri Manik dan Yman Munthe. Kami hanya bisa life sebentar-sebentar karena signal lelet.

Tidak ada yang istimewa. Sepanjang jalan hanya hunian rumah penduduk, lalu kebun karet. Aku sudah mengkhayal, kalau ketemu kota akan cari bakery atau toko roti. Sudah dua hari mulutku pahit, nggak selera makan. Aku pengen roti gandum atau lapis legit, sepotong pun jadi.

Namun, percaya nggak percaya, ketika tiba di kota kecil yang namanya Baradatu, tidak ketemu toko kue/roti. Memang kagak ada. Mencari warung makan juga nggak gampang. Sepanjang jalan juga nggak ada tuh. Nggak tahu apakah karena PPKM.

Mampir di Rumah Panggung khas Lampung nan cantik

Akhirnya kami ketemu Pondok Seruit Ten’s, warung yang cukup bersih dan nyaman di pinggir jalan. Kami makan siang dan istirahat di situ. Walaupun menu yang ada… ya, begitu deh. Pak Su, pemilik Pondok banyak tanya-tanya karena melihat atribut di mobil TIM 11. Kami pun cerita garis besarnya. Beliau mendukung aksi AJAK TUTUP TPL.

Saat kami minta referensi hotel atau penginapan yang murah meriah di perbatasan Bukit Kemuning, kata Pak Su, “Ada dua hotel sih, tapi kurang layak buat kalian. Kalau untuk tidur malam doang, di sini saja kalian tidur. Di sini aman, kamar mandi ada 4, air bersih.”

Wah, Pak Su baik bangat, ya. Tapi usul Pak Su harus kami diskusikan dulu, apakah anggota TIM 11 setuju. Ternyata sebagian besar setuju, mengingat Ito Togu juga lagi tertidur (akibat obat yang dikonsumsi). Akhirnya Ketua ambil keputusan, satu mobil tinggal di Pondok, satu mobil mengikuti kami jalan.

Oni bersama pasangan Boru Sitepu-Sagala. Mereka mengejar dari Baradatu hanya untuk memberi support untuk TIM Tutup TPL

Kami melanjutkan perjalanan sehabis istirahat makan siang. Kami menuju Bukit Kemuning, 16 kilometer dari Pondok. Signal disini memang parah. Jangankan mau siaran live, mau balas-balas chat saja payah. Sepanjang jalan begitu. Mendekati Bukit Kemuning, Oni coba-coba live. Eh, ternyata bisa. Ketua Manik jadi bete, karena dia tetap nggak bisa live.

Kami closing di gapura Selamat Datang di Kabupaten Lampung Utara. Oni masuk mobil untuk kembali lagi ke Pondok tempat Ito Togu istirahat.

Keringat sudah lengket nyampur sama debu. Saat Oni bersiap-siap mau mandi, karena gerah banget, tiba-tiba ada perempuan yang panggil Oni. Katanya, dia sudah kejar Oni sampai ke Bukit Kemuning. Karena nggak ketemu, balik lagi. Eh, malah ketemu di Pondok ini. Dia boru Sinaga, kakaknya Sinaga yang kasih jeruk semalam. Kami hanya foto, karena Oni mau cepat-cepat mandi. Boru Sinaga ini memberikan uang, katanya untuk beli minum di jalan.

Saat mobil mereka bergerak pergi, Oni langsung ke kamar mandi. Harus cepat-cepat mandi biar nggak kedinginan. Kondisi Oni sedang kurang fit. Sehabis mandi, Oni pengen rebahan. Tapi, ada lagi tamu yang cari Oni. Boru Sitepu dan suaminya marga Sagala.

Mencari toko saat seperti ini di Baradatu nyaris tak ada.

Katanya, tadi siang kami lewat rumah mereka di Baradatu. Tapi terlambat, Oni sudah keburu berlalu. Karena itu mereka buru sampai ke Pondok ini. Mereka juga kasih duit. Katanya, buat beli minum TIM 11.

Oni percaya orang yang bermurah hati akan dibukakan pintu rejeki seluasnya. Luar biasa penyertaan Tuhan dalam hidupku. Dalam lemahku, tetap diberi kekuatan. Panjang Umur Perjuangan. TutupTPL.

Avatar photo

About Nestor Rico Tambun

Jurnalis, Penulis, LSM Edukasi Dasar. Karya : Remaja Remaja, Remaja Mandiri, Si Doel Anak Sekolahan, Longa Tinggal di Toba