Perjalanan Toba – Istana Satu Jam Dua Kali Makan

Catatan ANITA MARTHA HUTAGALUNG

HARI KE-26.

Bangun pagi Oni minta tolong tetangga merebuskan telur ayam 3 butir. Sebelum meninggalkan tempat menginap, sempatkan basa-basi dengan warga sekitar. Kami sarapan nasi goreng di warung depan Polsek. Langsung gas melangkah maju menuju Lubuk Linggau.

Jalannya lurus melulu. Naik turun, tak ada belokan. Setiap jalan menaik, aku selalu berharap pas tiba di puncak tanjakan jalan akan menemukan belokan atau persimpangan. Ternyata nggak tuh. Oni jadi kayak di-PHP (pemberi harapan palsu) sama tuh jalan.

Tapi nggak membuat Oni jadi baper. Terus melangkah dan melangkah. Meskipun di hutan-hutan sepi. Meskipun tak ada yang live. Meskipun nggak ada lagi yang tiba-tiba berteriak, “Oni…! Oni…!” Oni tetap berjalan dengan happy. Karena tujuan Oni dan TIM 11 berjalan kaki itu bukan untuk cari rating. Tapi untuk AJAK TUTUP TPL.

Jalanan bagus, lurus dan lengang, membuat mobil, bus dan truk yang lewat rata-rata berkecepatan tinggi. Kencang-kencang kali wei. Nah, pas sepi Oni sempatkan video call dengan beberapa sahabat. Di antaranya Mak Ifani Ifani di Bali, yang selalu suport TIM 11. Beliau yang menyimpan seluruh foto-foto dan video yang dikirim ke WAG Jalan Kaki Toba- Jakarta.

Langsung Cari Colokan

Oni juga dapat suport dari para Nakes yang sedang merawat pasien Covid. Saling menguatkan kita, ya. Oni juga dapat suport dari ito dari PBB (Persatuan Batak Bersatu) Lampung. Dan temannya yang katanya ngefans juga sama Oni.

Langkah kaki kami berhenti di rumah makan Istana Bundo. Yang pertama dilakukan bukan pesan makanan atau minuman, tapi langsung cari colokan buat colokan raun untuk ngecas seluruh HP milik TIM 11. Terus cari lokasi buat jemur pakaian basah cucian semalam. Setelah itu baru istirahat, sebelum pesan makanan dan minuman.

Oni baring-baring di bangku sambil meluruskan kaki. Tiba-tiba ada mobil masuk dan parkir dekat mobil TIM 11. Belum pun penumpangnya keluar, teman-teman TIM 11 sudah teriak-teriak, “Oni…! Oni…! Oniii…!” Mereka mangalesengi (becandain) Oni, menirukan orang-orang yang biasa cari Oni. Suara Ito Togu paling kencang, “Fans mu itu Oni!”

Aku menggeleng kuat-kuat. Mana mungkin ada orang yang kenal Oni di tempat yang sepi begini, di Sumsel pulak. Nggak mungkinlah. Tapi, “Oniii…!” Tiba-tiba terdengar suara perempuan-perempuan yang keluar dari mobil.

Hahaha. Langsung meledak tawa teman-teman TIM 11. Ternyata yang datang memang benar-benar nyari Oni. E, tahe. Mereka mengikutinya live Ito Togu. Pas live-nya berhenti, mereka menyusuri jalan sambil celingak-celinguk mencari keberadaan kami. Dan akhirnya keluarga Sianturi itu menemukan kami. Setelah ngobrol sebentar dan foto-foto, mereka melanjutkan perjalanan. Mereka juga kasi duit buat beli minum.

Tak lama masuk lagi mobil dan parkir di halaman rumah makan. Ternyata marga Sibarani/Boru Simarmata yang selalu ikuti live-nya Togu. Mereka mampir untuk sapa dan ketemu langsung dengan TIM11, dan kasi duit juga.

Semangat Amunisi

Masuk lagi mobil lain. Sitanggang/Boru Gutom ini, kalau kalian ingat waktu mereka mencegat Oni di perjalanan, minta berfoto dan memberi kue tart. Mereka mampir dan bertanya, di Muara Bungo nginap dimana. Kalau belum ada, mereka mau meminjamkan rumah untuk kami.

Setelah ada Rakhmat Hidayat, temanya Togu di konservasi. Ia datang memberi semangat dan amunisi logistik juga. Jadi selama istirahat itu saja sudah 4 yang ngantar “peluru” logistik untuk kita.

Lanjut lagi jalan kaki di panas-panas matahari. Sangking panasnya meleleh keringat sepanjang jalan. Tenggorokan pun kering. Sampai Oni tanya-tanya pedagang di seberang jalan, dimana ada orang yang jualan kelapa muda. Ternyata tak ada. Yang ada cuma kelapa sawit.

Handuk yang kubasahi untuk penutup kepala peredam panas sudah kering sangking panasnya. Tapi belum waktunya closing, ya terus berjalan. Pas lewat sebuah SPBU tiba-tiba muncul orang yang kasih minuman kaleng dingin. Mak jang! “Kok.. Tuhan becandanya ngeri kali, pengen kelapa muda, malah dikirim pocari swet dingin,” kata ito Togu. Pas pulak dia sedang siaran live.

Jadi, bukan rekayasa ya, kayak yang dipikirkan si nyinyir. Tak sempat pulak kami mereka-reka naskah drama. Untuk balas komen aja Oni kadang tak sempat, hanya nge-like doang. Jangankan menghapal naskah, mengingat marga orang aja Oni payah.

Akhirnya kami closing di ramba-ramba, karena ito Togu udah kelelahan. Cuaca panasnya memang luar biasa. Dari tempat closing kami naik mobil ke markas PBB Lubuk Linggau. Disana Amang Situmorang menjamu TIM 11. Menyediakan makanan dan tempat istirahat. Di situ kami ketemu dengan Pdt. Maruli Simarmata dan Pemuda GMKI yang datang dari Bengkulu.

Nah, yang menjadi persoalan ada 3 orang yang mengundang/menjamu TIM 11. Dan ketiha alamat ini berdekatan tempatnya. Keluarga Siagian/Boru Hutagalung mengundang makan dan menginap di rumahnya. Bahkan sudah mengirim foto-foto makanan yang sudah disiapkan. Keluarga Sitanggang menyediakan 1 rumah kosong buat kami menginap. Kalau makanan bisa tinggal pesan saja. Kek manalah nggak pening kepala memilihnya? Bagaimana supaya jangan ada yang merasa diabaikan?

Dipijat Boru Siagian

Akhirnya kami ambil keputusan makan di markas PBB. Sebenarnya masih kesorean buat makan malam. Tapi karena ada ikan mas arsik yang mengiurkan dan daun ubi tumbuk. Oni pun makan. Semua kami makan.

Dari situ kami ke rumah keluarga Siagian/Boru Hutagalung. Di sana makan lagi. Ada rendang, capcay, ikan goreng, dan lain-lain. Baru sekali inilah kejadian, dalam tempo 1 jam makan 2 kali. Ngeri kali kan wei. Habis itu disediakan kopi, mpek-mpek Palembang dan pisang gede-gede. Habis itu Oni dipijat lagi sama Boru Siagian,

Sudah perut sesak kekenyangan, badan enak sudah dikusuk, kami permisi pulang. Eh, bukan pulang deng. Kami permisi meninggalkan rumah mereka, lanjut ke rumah Sitanggang untuk mandi dan beristirahat.

Tapi karena kami mandi bergiliran, maka sambil menunggu giliran Oni menemui orang-orang yang datang dan sudah menunggu di halaman untuk sekedar bertemu dan menyapa kami. Kami menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka seputar AJAK TUTUP TPL.

Sehabis mandi ternyata Oni belum bisa tidur. Karena secerek bandrek susu dan 1 baskom jagung rebus sudah hadir di depan mata. Nggk tahu lagi mau diapain. Kalau kalian mau, kemarilah ya, biar kusulangi. Apapun jagungnya, tetap TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya. *

Avatar photo

About Nestor Rico Tambun

Jurnalis, Penulis, LSM Edukasi Dasar. Karya : Remaja Remaja, Remaja Mandiri, Si Doel Anak Sekolahan, Longa Tinggal di Toba