Catatan ANITA MARTHA HUTAGALUNG
HARI KE-32
Pagi tadi sebelum mulai start jalan kaki, Oni minta Yman Munthe memijat tengkuk dan pundakku. Lumayan ringan kurasa setelah dipijat. Soalnya tadi malam Oni terganggu tidur karena kepala terasa mendenyut-denyut. Sakitnya minta ampun.
Perjalanan Baturaja ke Martapura hanya 36 Km. Cuaca bagus. Jalanan juga bagus. Kami berjalan di bawah rindangnya pepohonan di sepanjang jalan. Hanya kali ini perjalanan terasa agak berbeda dari biasanya. Tak ada canda tawa dan saling ledek. Masing-masing berjalan dengan pikirannya sendiri.
Oni menyemangati diri sendiri karena sebenarnya kurang tidur. Ito Togu juga sebenarnya belum pulih betul. Tapi mau gimana lagi , dia ada jugul-jugulnya. Ito Christian Gultom tadi bilang, “Aku rasanya seperti mau meriang.”
Sungguh lumrah. Sebulan lebih kami berjalan kaki di cuaca panas, dingin, hujan, berdebu. Tidur dimana saja. Istirahat seadanya, makan sedapatnya. Mau tak mau tentu berpengaruh pada kesehatan kami. Tapi semangat kami tetap terjaga dan membara. Itu yang membuat kami bertahan. Ditambah dukungan dari kalian semua.
Tadi juga pas lagi jalan kaki, kami disapa oleh pemilik toko elektronik Bonana. “Saya pantau terus perjalanan kalian,” ujarnya. Dan beliau memberi kami sekedar beli air mineral.
.
Sewaktu istirahat makan siang tadi, Oni sempatkan ngobrol dengan sahabat baikku lewat video call. Mereka salah satu yang selalu care dan perhatian pada Oni.
Lanjut lagi perjalanan. Ada hal yang asing menurut Oni, karena berjam-jam berjalan aku tak lihat ada angkot di kota ini. Berbeda di kota Oni di Binjai. Angkot itu macam-macam nama dan nomer saking banyaknya jurusan. Dan lagi-lagi Oni cemburu pada kebersihan kota dan bagusnya jalan aspal yang mereka punya.
Akhirnya perjalanan kami, Oni, Ito Gultom dan Agustina Pandiangan berakhir di Taman Tani Merdeka Martapura. Sementara TIM11 yang lain sudah duluan cari penginapan, karena Ito Togu tadi sempat muntah. Jadi harus istirahat.
Kami menginap di Hotel Dewi. Semua personil TIM 11 masuk ke kamar masing-masing. Istirahat. Oni langsung rebahan, tidak mandi karena masih keringatan. Agus juga sudah beli makan malam. Tiba-tiba pintu kamar di ketuk-ketuk Bumi. “Bou Oni…. buka pintunya, ada yang cari Bou Oni!”
Kami tak langsung percaya. Kadang akal-akal si Bumi aja itu biar kami buka pintu. Biar dia bisa masuk, ganggu-ganggu kami. Lagian siapa pulak orang yang tahu Oni di Martapura ini? Makanya kami cuekin aja. Tapi Bumi makin semangat gedor-gedor pintu. Jadi terpaksa awak buka.
“Itu lho Bou… ada perempuan nyari bou, ” kata Bumi sambil menunjuk ke teras kamar Bumi dan bapaknya.
“Oniii…. aku cari-cari Oni dari tadi, syukurnya ketemu disini!” Seorang perempuan cantik tersenyum menyapa Oni. Matanya berbinar-binar senang.
Namanya Yanthy Siburian. Dia perkenalkan suaminya, marga Panjaitan, dan kerabatnya, yang sengaja diajaknya untuk ikut cari tahu keberadaan Oni. Mereka lihat live terakhir Ketua Jevri Manik tadi, jadi mereka telusuri hotel-hotel terdekat. Ampun.
Mereka sebenarnya mau mengajak TIM 11 makan malam. Berhubung kami sudah makan, kami dibelikan banyak buah-buahan dan macam-macam. Ada anggur, mangga, jeruk, melon, air mineral, pocari swet , tissue, dan snack buat cemilan di jalan.
“Kami sangat mendukung aksi kalian ini. Semoga saja makin terbuka mata hati orang-orang Batak dimana saja berada, bahwa Danau Toba dan sekitarnya sedang dalam keadaan yang tak baik,” ujar Panjaitan.
Pukul 21.00 WIB Oni pamit masuk kamar, karena mau rebahan. Oni butuh istirahat. Terimakasih buat dukungannya, ya.
“Aku sudah lama mengikuti postingan Oni. Setiap kalimat yang Oni tulis itu banyak yang mengena ke hatiku. Sehat-sehatlah, ya Oni. Teruslah Oni menulis ya. Oni itu selalu menginspirasiku.” Kata-kata Yanthy Siburian tadi masih terngiang-ngiang ditelingaku. Speechless jadinya. Karena Oni merasa tak sebaik itu.
Apapun ceritanya tetap yang penting TUTUP TPL. Oni memang kek gitu orangnya.