Foto : wal 172619/Pixabay
Kemajuan zaman adalah hasil budi daya manusia untuk kehidupan. Hasilnya antara lain modernitas dan model kehidupan perkotaan. Metropolitan menjadi salah satu jenis kota yang sperti wajan raksasa menampung aneka profesi. Sangat berbeda dengan model tradisi di komunitas adat budaya.
Aneka pekerjaan fisik maupun jasa terjadi 24 jam agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Banyak yang mengadu nasib di metropolitan, meskipun penuh tantangan zaman. Rindu pada kampung halaman, namun tetap kembali mengadu nasib di metropolitan. Saya tuliskan renungan itu dalam sajak:
Hingar-bingar Metropolitan
Sejenak menarik nafas
teguk rindu di pusara Ibu
cicip kangen ketemu ayah
bergurau dengan sanak keluarga
Dan
langkah kembali kuayun
berlari menerjang kilau metropolitan
di malam kegelisahan
antara lelah lara pergulatan
dan tuntutan keharusan
demi melukis harapan
Berkelahi dengan deru debu
Bergumul dengan problemaku
Berjuang mewujudkan impianku
Berpadu dalam irama rutin
hingar-bingar metropolitan
tanpa kenal siang malam
Irama dinamika kehidupan
yang telah bertahun-tahun
menjadi lagu rutinitas
nyanyian yang mengiring nafasku
musik pemandu detak jantungku
Antara rindu damba
dan hingar-bingar fakta
terbentang rel pilihan
antarkan keretaku berjalan
setiap hari pergi pulang
merajut benang kehidupan
agar jadi kain persembahan
Membalut harkat martabat
sebagai insan bermanfaat
Ketika karsa dan karya
terlahir dari jemari jiwa
menjelma jadi buah berkat
meskipun raga lelah penat
biarpun rasa lara derita
karena pikiran dikuras problema
jiwa lapar nurani dahaga
berpacu dalam arus zaman
berbekal doa dan iman
Simply da Flores Harmony Institute
Perjuangan Merawat Pilihan Kehidupan – Menulis Kehidupan 219