Perlunya Menjaga Emosi

Seide.id – Sehat itu meliputi fisik, jiwa, sosial, dan spiritual. Bukan saja jiwa, sosial dan spiritual yang terkait dengan faktor emosional, fisik juga erat persahabatannya dengan emosi.

Hampir semua organ tubuh ikut menderita kalau emosi sedang tak normal. Lambung dan jantung paling merasakan. Begitu emosi, begitu pula yang lambung dan jantung alami. Maka agar sehat paripurna kita, tidak boleh ada satu pun unsur yang seharusnya sepenuhnya holistik itu yang boleh dibiarkan berada dalam ketidaknormalannya. Emosi kita salah satunya.

Dalam perjalanan hidup emosi bisa pasang surut. Bohong kalau orang tak boleh beremosi. Hidup menjadi kering tanpa menyertakan emosi. Perlu ada rasa di setiap facet kehidupan. Itulah emosi positif.

Emosi yang buruk, yang negatif, yang perlu selalu dikendalikan supaya kita cerdas ketika perlu berprestasi. Peran kecerdasan emosi melampuai kecerdasan lainnya. Untuk maksud itulah kita perlu terus mengasahnya.

Mengganggu kinerja

Sekecil apa pun emosi tentu mengganggu kinerja. Bagaimana tidak terganggu kalau sekadar letupan amarah saja berpotensi mencetuskan serangan jantung. Kasus kematian saat sedang meeting, di ajang bisnis, atau kehidupan berumah tangga, sering sebab saking kelewat bergemuruhnya emosi. Jantung berdegup lebih kencang, tensi darah mendadak naik hingga ke puncak. Bagi yang jantungnya bermasalah, beban emosi bisa membuatnya kalah.

Pada saat amarah datang, dan gusar meledak, adrenalin membanjir di dalam darah. Kerja hormon ini membombardir ke mana-mana organ tubuh. Semua otot tubuh menjadi lebih tegang-waspada, tangan mengepal, mata membelalak, dan peluh mengalir berlebih. Kalau pun jantung masih bisa menahan beban itu, setelah amarah usai, tubuh lalu menjadi letih. Tubuh yang tidak bugar begini tak mungkin memberikan performa prima.

Orang yang hidupnya selalu tegang, yang emosinya tidak ayem, otot-otot di batang lehernya ikut menegang juga. Dokter meraba ketegangan otot kuduk dan pundaknya lebih kaku. Tonus ototnya meninggi. Kondisi otot batang leher tegang kaku begitu yang bikin nyeri kepala berkepanjangan. Kita menyebutnya tension headache.
Nyeri kepala sebab ketegangan emosi tak mereda hanya dengan obat sakit kepala belaka, diperlukan upaya mengendurkan emosi juga.

Obat penenang diperlukan kalau orang sendiri tak mampu secara sadar menjadikan hidupnya lebih relaks. Kegiatan relaksasi sebut saja meditasi, dan yoga, kita perlukan.

Rasa dengki, iri, dendam, paranoid, atau kecemasan yang berlangsung terus menerus sudah pasti merugikan badan. Lambung menjadi lebih masam, lalu terluka. Lambung yang terluka mengurangi selera makan, asupan makan berkurang, uluhati tak nyaman, kepala terasa berat, selain badan jadi lesu, dan lemah. Kondisi begini tak mungkin bikin kita tampil prima.

Mengasah otak kanan

Emosi negatif yang sama berlangsung untuk waktu lama yang bikin orang jatuh stres (malstress). Itu yang tidak boleh terjadi demi kesehatan yang prima. Tak cukup membuat bugar fisik kalau emosi merongrong badan. Untuk itu kita perlu bijak.

Emosi negatif sering meledak umumnya karena salah sangka, salah persepsi, salah tafsir belaka. Bila hanya ketajaman otak kiri dalam menganalisis sedang emosi dibiarkan labil, itu yang bikin hidup tak seimbang. Kita membutuhkan kecerdasan otak kanan yang membuat kita lebih bijak. Sayang sekolah kita tidak, atau kurang mengasah otak kanan.

Berpikir sebelum merasa harus marah, berpikir sebelum memastikan itu bukan salah sangka, salah tafsir, salah persepsi, cara arif mematangkan jiwa. Makin matang jiwa kita, makin bijak kita di mata orang banyak.

Kegiatan berkesenian, mengapresiasi musik, menikmati karya seni, dan larut berkesenian melatih otak kanan lebih tajam. Kecerdasan emosi juga ada di sana. Kalau emotional quotient (EQ) yang hendak kita kejar, ledakan emosi bisa kita kekang, lalu membatalkannya terjadi. Kesemua itu yang membentuk pikir, rasa, dan laku kita menjadi betul insan yang bijaksana. ***

Dr Handrawan Nadesul

Infeksi Paru-Paru