Pers Dikibuli Ahli Bidang Komunikasi Binaan Sang Pembunuh 

Pers Dikibuli Ahli Bidang Komunikasi Binaan Sang Pembunuh 

Terjadi tembak-menembak antara polisi dengan polisi di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo. Sopir dan pengawal pribadi Sambo Brigadir J, tampaknya berusaha melakukan “ pelecehan” terhadap isteri Sambo. Karena terpaksa, pengawal Sambo lain Bharada E menembak Brigadir J, ketika melihat jeritan seorang perempuan. Tembak menembak terjadi dan Brigadir J terkapar. Mati. 

Skenario di atas adalah informasi yang dikeluarkan Polres Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya hingga secara detil diungkapkan Kadiv Humas Polri berkenan tertembakmua Brigadir J di rumah Irjen Ferdy Sambo. 

Informasi Penuh Rekayasa

Semua informasi itu bohong. Rekayasa. Dibuat untuk melindungi Sambo. Sebab begitulah perintah Sambo kepada timnya. Kepada orang kepercayaannya yang kebetulan dalam struktur menjadi orang dekat Kapolri. 

Otak dibalik perekayasa informasi sesat itu datang dari Fahmi Alamsyah sebagai Penasihat Ahli Bidang Komunikasi Kapolri Jendral Listryo Sigit Prabowo. Fahmi yang rahasianya terbongkar, mengundurkan diri dan dianggap tidak ada hubungan langsung dengan tugas dan kewajiban sebagai ahli Kapolri, yang mau tak mau akan terseret. Terlebih,Presden Jokowi pernah berucap, jika ingin tahu motivasi Sambo menyiksa dan membunuh Brigadir J, bisa ditanyakan Kapolri. Sebuah tanda tajam yang mengancam posisi Kapolri.

Tetapi pembuktian kasus penuh rekayasa ini tentu tak berhenti sampai di situ saja. Tak juga berhenti saat Ferdy Sambo mengaku semua ini karena ulahnhya. Juga tak berhenti di pembohongan pubilk buatan Fahmi yang berhasil mengelabuhi para penyidik, publik dan terutama para reporter berita. 

Masih ada misteri di balik semua kasus ini yang lebih seru dan saru.

Info Sesat Untuk Melindungi Atasan

Salah satu yang yang menyedihkan, kebohongan ini tak hanya disampaikan oleh polisi yang berwajib, yang entah mengapa, tanpa data, tanpa penyelidikan serius, juga menelan mentah-mentah, lalu dilahap pers dan reporter online. Publik menerima muntahan memalukan itu. Muntahan yang dibuat untuk melindungi seorang pembunuh sadis yang adalah orang berpangkat di kepolisoan. 

Semakin menyedihkan ketika keterangan pers ikhwal tembak menembak itu, jadi pegangan bagi pengacara keluarga ke Dewan Pers yang dijadikan rujukan Dewan Pers untuk menggiring wartawan agar menulis sesuai keinginan keluarga Ferdy Sambo. !

Mengapa pers mudah dibohongi dan memakan mentah-mentah informasi yang diberikan seseorang begitu saja ? Tentu, ini berkaitan dengan jam terbang atau kepekaan naluri dan intuisi jurnalis itu sendiri. Terlebih pers online yang senantiasa diburu dengan kuantita.Bukan kualitas. Tidak semua memang. Sebab beberapa media, termasuk Seide.id sangat kritis menulis peristiwa ini sebagai suatu peristiwa tak masuk akal dan penuh rekasaya sejak awal. 

Naluri Jurnalistik Sejati

Penulis Syah Sabur dalam tulisan berjudul “ Kejanggalan yang Telanjang dalam Adu Tembak Bharada Vs Brigadir di Rumah Dinas Polri” di Seide.id menulis bahwa ada beberapa kejanggalan yang sangat telanjang dalam kasus yang merenggut korban Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. 

Dia benar. Seorang jurnalis senior, wartawan sejati menulis bukan hanya dari apa kata nara sumber atau informasi resmi dari kepolisian. Ia mesti mencari fakta-fakta lain di balik itu. Ia menggali fakta, mencocokkan peristiwa satu dengan yang lain dengan naluri investigasi, dengan naluri wartawan dan intuisi seorang jurnalis. Bahkan dengan duduk di depan laptoppun, naluri seorang jurnalis akan bertanya-tanya. 

Apa yang terjadi pada pertiwa informasi “ tembak menembak antar polisi karena tuduhan asusila, akan sulit diterima oleh jurnalis yang memahami hirarki di militer dan polisi, dimana seorang bawahan, tidak serta-merta seenaknya sendiri “ menggagahi” wilayah sopan santun terhadap atasan. Penghormatan terhadap atasan sangat mutal dan itu sebabnya muncu; loyalitas untuk melindungi. 

Demi Kekuasan, Kepuasan dan Kekayaan

Selain itu, dari penelusuran di lapangan, wartawan yang pernah disuri dari lokasi, menemukan fakta, tak adanya bekas tembak-menembak di dinding, tembok di tempat kejadian, tak ada selongsong peluru serta tiba-tiba hilangnya CCTV dan ponsel yang hlang dengan berganti ponsel baru, adalah petunjuk investigasi ringan dalam mencocokkan kebenaran kejadian yang sesungguhnya. 

Semua ini rekayasa yang tidak sempurna dari seorang pejabat kepolisian yang menurut pengakuan sendiri, adalah pembunuh sadir hanya untuk melindungi selingkuhannya, menepiskan jabatan yang diembannya. Apalagi jika nanti terbongkar kejahatan lain di balik itu yang leih dasyat demi kekayaan. 

Kepekaan, naluri, indtuisi seoerang jurnalis sejati dalam mencari kebenaran, selalu terasah.  Dan itu, hanya bisa dilakukann oleh jurnalis senior dan berpengalaman. Bukan sekedar reporter yang menulis setiap kalimat yang muncul dari sumber informasi resmi atau pers conferences tanpa cek and recheck. itulah dasar naluri jurnalistik.  

BACA LAINNYA:
Irjen Pol Ferdy Sambo Ditahan di Mako Brimob

Kapolri Mutasi 15 Anggota Polri Termasuk Ferdy Sambo

Ferdy Sambo: Tidak Luput Dari Khilaf, Saya Minta Maaf

Menjaga Marwah Kepolisian Di Tengah Kasus Polisi “Kotor”

Korps Wartawan dalam Pusaran Kematian Ajudan

Kejanggalan yang Telanjang dalam Adu Tembak Bharada Vs Brigadir di Rumah Dinas Polri

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.