“Ini kenalkan saudara saya dari Indonesia, ” kata Syah Embun bicara keras, memperkenalkan saya kepada Wakil PM itu. Kami berbincang beberapa kata. Sekeliling kami pengawal dan staf PM mengerubung. Bagaimana pun dia pejabat tinggi yang mendapat pengawalan lengkap. Mobil polisi dan pengiring lainnya telah siap membawanya pulang.
OLEH DIMAS SUPRIYANTO
ORANG Jawa dan keturunan Jawa yang sukses di Malaysia bukan hanya pekerja perkebunan, penunggu toko dan pembantu rumah tangga serta pekerja kasar lainnya – melainkan juga politisi. Salahsatunya adalah Dato’ Seri Zahid Hamidi. Beliau kini wakil Perdana Menteri, orang ke dua yang berkuasa di Malaysia dan juga Presiden UMNO, partai tertua di Malaysia – boleh disebut ‘Golkar-nya Malaysia’ – yang mengantarkan pemimpin Malaysia legendaris seperti Tunku Abdul Rahman, Tun Hussein On, Dr. Mahathir Mohammad ke tampuk kekuasaan.
Datok Zahid Hamidi masih fasih bicara bahasa Jawa. Di stasiun teve swasta Indonesia, semasa masih menjadi Menteri Dalam Negeri, dia memamerkan kefasihannya bicara Jawa.
Di satu malam, pekan lalu, beliau menyambut salam saya dalam bahasa Jawa juga. Saya mendapat peruntungan ketika mendadak dipertemukan dengannya.
“Kula tiyang Jawi, ” kata saya saat menggenggam tangannya.
“Jawane endi?” tanyanya.
“Banyumas, Jawa Tengah, ” jawab saya. Dan dia tersenyum sambil mengguncang-guncang tangan saya. Kami pun sempat foto bareng.
Awalnya saya menemui rekan pendukung UMNO militan Shahbuddin Embun, sahabat dua tahun terakhir. Setiap kali bertandang ke Kuala Lumpur, kami menyambanginya. Malam itu, kami makan makan, seperti biasanya.
Tak lama, Shah Embun, berkata: “Saya ada janji mau jumpa Dato’ Zahid. Mau ikut tak?” tanyanya. Tentu saja saya mengangguk keras. Tak lama kemudian kami meluncur ke gedung WTC (World Trade Center) di Jalan Tun Ismail, Kuala Lumpur, dimana Datuk Zahid sedang ada acara di sana.
Syah Embun, 71, sedang ada urusan pribadi dengannya. Sengaja kami menunggu di ‘basement’. “Semua menteri berkumpul kalau kita jumpai di hall, saya tak bisa cakap lama di sana, dia dikerubuti terus, ” kata Shah Embun. Benar saja, setelah muncul dia bisa lama berbincang dengannya.
“Mengapa tidak ke rumah?” saya mencuri dengar percakapan Dato Zahid dengan Shah Embun. keduanya nampak sebagai sahabat. Selanjutnya Shah Embun bicara pelan dengannya dan saya tak dengar. Cukup lama juga.
Sengaja saya tidak buru buru bergabung, sampai kemudian Shah Embun melambaikan tangannya, memanggil.
“Ini kenalkan saudara saya dari Indonesia, ” kata Syah Embun bicara keras, memperkenalkan saya kepada Wakil PM itu. Kami berbincang beberapa kata. Sekeliling kami pengawal dan staf PM mengerubung. Bagaimana pun dia pejabat tinggi yang mendapat pengawalan lengkap. Mobil polisi dan pengiring lainnya telah siap membawanya pulang.
DATO’ Seri Zahid Hamidi adalah Wakil Perdana Menteri Malaysia ke-14 yang menjabat sejak 3 Desember 2022 lalu. Dia pernah menduduki posisi yang sama, sebagai Wakil PM ke-11 semasa pemerintahan PM Ismail Sabri Yaakob (2015 – 2018).
Posisi bergengsi lain yang pernah dijabat olehnya adalah Menteri Pembangunan Desa dan Wilayah Malaysia (2022, Menteri Dalam Negeri Malaysia (2013 – 2018), Menteri Pertahanan Malaysia (2009 – 2013).
Dato’ Zahid memiliki riwayat di pemerintahan dengan mengawali karier sebagai Wakil Menteri Pariwisata di masa pemerintahan Abdullah Badawi. Dalam kiprah politiknya saat ini, ia memegang jabatan Presiden Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO – United Malays National Organisation) setelah berhasil terpilih dalam pemilihan internal partai.
Raden Ahmad Zahid Hamidi merupakan tokoh Malaysia berketurunan Jawa, di mana ayahnya memiliki darah keturunan bangsawan Jawa (Ponorogo – Jatim dari pihak Bapak dan Kulon Progo – Jogya, dari pihak Ibu) dengan menyandang gelar raden. Bahkan, kedua orang tuanya dilahirkan di Hindia Belanda (saat ini bernama Indonesia), lalu berdiaspora ke Malasyia, semasa masih bernama Federasi Malaya di tahun 1932.
Lahir dengan nama Ahmad Zahid bin Hamidi, 4 Januari 1953 (umur 71) di Bagan Datuk, Perak, Malaya, bergabung dengan Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) sejak 1973 dan berafiliasi politik dengan Barisan Nasional (BN, sejak 1973), Muafakat Nasional (MN, 2019–2022), Perikatan Nasional (PN,2020–2021), Pakatan Harapan (PH, 2022–sekarang).
Selain dipertemukan dengan Dato’ Zahid, di Kuala Lumpur, saya diperkenalkan juga dengan adiknya, Dato’ Abdul Hakim yang kini menyeberang ke PAS, partai oposisi, partai Islam. Dengan Dato Hakim kami berbincang lama, di cafe hotel di kawasan Bukit Bintang, berlanjut dengan makan makan resto Arab di Pavilion dan kembali berdiskusi di Double Tree – Hilton, KL di hari berikutnya.
Dato Hakim, notabene adik kandung Dato’ Zahid, kini berseberangan dan banyak mengritik kebijakan UMNO yang dipimpin abangnya sendiri. Mirip Rachmawati Sukarno yang menjadi pengritik bagi Megawati, kakaknya.
“Kami sekeluarga 9 bersaudara. Dato Zahid anak pertama, saya ke dua. Dulu saya banyak bantu Dato Zahid, sekarang saya mengritik dia, ” akuinya. ***