Saat parpol tak ada yang menjagokan seorang ganjar, Jokowi tampil ke depan membawa Ganjar kemana-mana sebagai sebuah sinyal jelas, kepada siapa calon presiden layak disandangkan. PDI-P pun mengukuti sinyal Jokowi
Jokowi itu kalau tak ada PDI-P, kasihan. Ini kelakar Megawati saat menyampaikan pidato pada peringatan ulangtajun PDI-P ke 50. Maksudnya, mungkin legal formal pemilihan presiden itu harus melalui parpol. Tapi ketika di belakangnya ada kata “ kasihan, kelakar itu terkesan angkuh. Sombong. Jumawa. Sekaligus merendahkan posisi seorang presiden. Terlebih dalam beberapa kesempatan, Mega maupun sang putri, Puan selalu menyebut bahwa Jokowi itu petugas Partai.
Dalam beberapa acara pula, Jokowi memang tampak seperti petugas partai. Sangat hormat dan selalu memberi peluang kepada Mega untuk berada “ di depan”. Penghormatan seorang presiden terhadap ketua partai, menunjukkan presiden patuh pada ketua partai. Kesan petugas memang melekat pada Jokowi dalam beberapa pertemuan.
Suatu kali, ketika Mega, Puan dan seluruh kader PDI-P sepakat untuk membuat statemen yang menolak Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, dengan terang-terangan, Jokowi mbalelo alias membangkang dari keputasan partai. Jokowi tidak patuh sebagai petugas partai. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bukan petugas partai. Ia seorang presiden
Di sinilah permainan Jokowo yang selalu menyebar sanepo atau sinyal-sinyal politik yang tidak mudah ditebak. Seorang teman dekat Jokowi di Solo, mengatakan Jokowo tidak ingin membiarkan PDI-P memilih calon lain yang berakibat buruk terhadap negara dan bangsa ini. Jokowi melihat Ganjar sebagai orang yang saat ini tepat menggantikan dirinya.
Dengan membawa Ganjar ke mana-mana dalam pertemuan penting, Jokowi sedang menunjukan pada partai bahwa ini lho ( Ganjar) yang pantas menjadi Calon Presiden di antara calon yang ada.
Tak lebih sebulan sejak peristiwa itu, cukup mengejutkan ketika kemarin, Megawati bersama jajaran kader PDI-P mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden resmi dari PDI-P. Serta merta, kesan Jokowi adalah petugas partai tertepis. PDI-P mendukung Jokowi.
Petugas Partai atau Presiden
Jika Jokowi seorang presiden dan bukan petugas partai, bagaimana dengan Ganjar Pranowo ?
Awalnya, Ganjar tak pernah peduli sebagai petugas partai. Tatkala hampir seluruh kader PDI-P tak berkenan padanya maju paling depan mengungguli Puan, Ganjar nyaris dianggap melanggar kebijakan partai. Ganjar nyaris tersingkirkan. Dalam kesempatan rapat penting di Jawa Tengah dan di tempat lain, Ganjar tidak diundang. Ini tentu sinyal bahwa Puan tidak suka pada Ganjar. Semua akder PDI tak suka dengan Ganjar.
Adalah Jokowo yang menjadi jembatan rukunnya Ganjar dengan Mega dan Puan, yang membuat Ganjar harus berani melunakkan sikapnya untuk setia kepada arahan partai. Ujianpun dilakukan. Mega mengetest Ganjang melalui sebuah isu apakah ia setia dan penurut kepada partai atau setidaknya patuh sebagai petugas partai.
Mega melontarkan ujian untuk menolak kehadiran tim sepakbola Israel di Indonesia saat ramai-ramainya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023. Ganjarpun termakan umpan. Ia gencar menolak tim Israel dalam ikut dalam Piala Dunia U-20. FIFA gusar dan membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah.
Strategi yang semula diharapkan PDI-P akan menuai dukungan dari masyrakat pecinta sepakbola yang anti Israel, justru berbalik arah. Ganjar dikritik habis-habisan sebagai petugas partai yang penurut.
Strateti yang salah, namun Mega mulai melihat celah, bahwa Ganjar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan PDI-P. Ganjar kemungkinan akan patuh pada partai sebagai petugas mereka. Tetapi kita belum tahu. Ingat, Ganjar adalah “ bawaan” Jokowi yang memiliki karakter tak jauh berbeda.
Yang Lebih Baik Dari yang Terburuk
Megawati Soekarnoputri : Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024-2029
Janji Parpol, Jika Menang Pemilu Tiap Orang Diberi 4,5 Juta Kripto