Tanpa kita sadari sebuah pikiran- terlebih yang dipikirkan terus-menerus dan intens- akan menjadi buah pikir atau kenyataan. Jika pikiran menjadi kenyataan, dan semua orang harusnya sudah tahu, mengapa berpikir buruk dan jahat ? ( Foto:Seed Word)
Merokok dapat membunuhmu, kata iklan. Pesan ini dimasukkan dalam belanja iklan rokok sebesar Rp 6,5 triliun ( 2019). Lihatlah hasilnya. Banyak orang masih merokok. Mereka tetap sehat-sehat saja. Baik-baik saja.
Minum kopi hitam tiga kali sehari dapat menipiskan orang terpapar viruscorona, tapi dokter buru-buru bilang hati-hati dengan jantung. Harga kopi itu murah sementara obat mahal. Darimana para penimbun obat atau farmasi untung kalau semua minum kopi.
Jangan heran kalau DPR, Farmasi dan BPOM bahkan menteri Kesehatan tak pernah akur soal obat, sebab di sana ada harta karun yang siap dikeruk oleh kelompok kemaruk.
Tahu Tapi Tak Mau Tahu
Perselisihan soal obat terus berlanjut, tak disangka, usia kakek Jalidin saat ini 97 tahun. Ia masih merokok, tiap saat minum kopi hitam dicampur sedikit gula aren, agar terasa manisnya sekedar menghilangkan kepahitan hidup.
Apakah si kakek tak tahu ada gambar kerongkongan orang bolong di setiap bungkus rokok ? Dia tahu, tapi tak mau tahu. Sama tak mau tau dia soal viruscorona. Dia percaya virus itu ada, sebab itu ia divaksin. Dia hanya tak mau kata virus yang selalu dipikirkan orang, menjelma menjadi fisik, lalu menggerogoti tubuhnya yang sudah renta dimakan tiap senja .
Pikiran adalah embrio yang setiap saat menjelma menjadi bayi. Pikiran itu seperti sprema. Jika dibuahi, ia menjadi gumpalan darah, lalu menjadi embiro bayi dan menjadi wujud bayi secara fisik. Karena dipikirkan, ia tumbuh. Ini berlaku untuk apapun, sebab hukum alam mengatakann begitu.
Apapun itu, tetap berlaku. Cita-cita, harapan, uang, juga penyakit.
Viruscorona itu tak tampak. Pemuka agama paling canggih hafal Kitab Suci tak akan bisa melihat. Namun ilmu pengetahuan mudah melihat adanya virus. Kitab juga bicara percayalah pada ahlinya. Kalau anda lebih percaya pada ahlinya, tapi mengabaikan ilmu pengeahuan, nasib anda bisa masuk antrian dikubur tanpa layatan, tanpa upacara. Kecuali 4 tenaga pemakaman dengan hazmat lengkap.
Dikendalikan Obat
Kalau anda yakin bahwa agama dalah tentang percaya, cari satu orang berilmu untuk mengatakan bahwa ada mahluk tak kelihatan yang ganas. Jika ia bisa membuktikan, turuti apa katanya. Sebab ia nyata.
Obat saja tidak cukup. Anda toh tidak mau dikendalikan oleh obat, mafia obat, yang memberinya kekayaan mendadak di tengah orang terkapar corona.
Anda hanya ingin sehat. Jangan biarkan buah pikiran menjadi kenyataan fisik.
Ada sebuah cerita nyata tentang perjalanan dr. Moh Indro Cahyoni, pakar virus, yang melakukan perjalanan pandampingan pasien. Di sebuah tempat, ia menemukan seorang yang tergeletak di pembaringan. Nyaris tak bisa melakukan apapun. Waktu ditanya, ia terkena viruscorona. Badannya menggigil. Kadang batuk, sendi tulangnya nyeri luar biasa.
Waktu ditest, ia negatif. Waktu dibilang ia tak terkena virus, seketika langsung bangkit dari pembaringan. Ia terkena penyakit dari pikirannya sendiri.
Buah pikiran, dalam ilmu alam semesta mengagakan thought become things. Pikiran menjadi sesuatu. Sesuatu itu kenyataan. Hati-hati dengan pikiran kita sendiri….