Dialog sederhana antara ayah, ibu, dan anak berikut ini dengan jelas melukiskan betapa penting menjaga martabat Putra Allah yang diterima seseorang karena pembaptisan:
“John (nama samaran), pada saat kamu kecil, ayah dan ibumu membaptiskan kamu, agar kamu diberkati Tuhan Yesus. Dengan baptis, kamu menjadi Putra Allah. Berkat yang luhur sekali,” kata ayahnya.
“Kini kamu sudah dewasa, saatnya bertanggung jawab menjaga baptismu. Menjaga martabatmu sebagai Putra Allah. Menjadi orang Katolik yang tangguh. Itu pilihanmu, Nak,” tutur ibunya.
Ada kesaksian yang sangat mendalam yang melukiskan betapa luhurnya martabat hidup seseorang yang telah disucikan dengan darah Yesus dan diterima melalui pembaptisan.
Kesaksian ini bersumber dari kisah nyata Jim Caviezel, pemeran utama film The Passion, sebagaimana ditulis oleh Ratna Ariani.
Jim Caviezel bersaksi tentang betapa beratnya proses pembuatan film The Passion:
Bagian shooting yang paling mengerikan–bagi penonton dan juga bagi saya–adalah penyambukan Yesus. Saya bergetar menjalani adegan itu, karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara, punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm.
Satu saat, para pemeran prajurit Roma mencambuki tubuh saya, mengenai bagian yang tidak terlindung papan. Saya tersengat oleh rasa sakit yang tak tertahan dan berteriak, bergulingan, sambil memaki orang yang mencambuk saya.
Saya tak bisa menbayangkan bagaimana Yesus masih bisa mengampuni dan tidak ada sedikitpun makian ke luar dari mulut-Nya.
Dia bukan sekadar mati, melainkan mengalami derita luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan.
Bagian lainnya juga sangat sulit dilakukan, seperti salib yang harus dipikul ternyata sangat berat, sampai tulang bahu saya sempat lepas.
Dan, bagian waktu Yesus digantung di salib, di mana hampir melayang nyawa saya karena berjuang melawan dinginnya suhu dan angin tanpa pakaian selembarpun.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana Dia bisa bertahan, bahkan masih bisa mendoakan, mengampuni, memberkati, bahkan menyelamatkan orang lain (penjahat yang disalib di sebelah Yesus).
Saya bangga punya Yesus, yang kasih-Nya kepada manusia luar biasa. Karakter Kasih dan Pengampunan-Nya sungguh sempurna.
Pesan moral dari kesaksian itu: Tegakah kita meninggalkan Dia yang rela menderita dan wafat demi kasih-Nya kepada kita?
Salam sehat dan jangan ragu untuk berbagi cahaya.
Penulis: Jlitheng