Foto : Lexie Barnhorn / Unsplash
Percaya mistis? Boleh percaya atau tidak, itu hak setiap orang. Tapi kejadian yang kami alami, piring yang dibanting di meja itu bukan hoax, melainkan nyata!
Kejadian ini sebenarnya sudah lama, awal Januari 2013, tapi entah kenapa muncul kembali dalam ingatan saya.
Jelang tengah malam, dua Minggu setelah kami menempati rumah baru, 3 ekor anjing yang dilepas di halaman samping rumah, menyalak keras tiada henti. Kendati ditenangkan, anjing-anjing itu tetap menggeram dan menatap tajam ke arah atas kandang.
Saya menemani anjing-anjing itu hingga tenang, karena takut gonggongannya mengganggu tetangga. Lalu saya masuk ke rumah untuk tidur kembali.
Pagi harinya, ketika kami, saya dan istri tengah beberes pekerjaan untuk persiapan berangkat ke toko, ketiga anak kami turun dari lantai dua, dan bertanya, “Apakah semalam kami ribut, dan membanting piring di meja?”
Kami terperangah, melongo seperti orang bodoh, lalu beranjak menuju meja makan.
“Le, apa kalian percaya, kami cekcok hingga membanting piring…?!” saya balik bertanya, dan mengamati anak-anak. Gantian mereka yang melongo, heran. “Kalau piring itu dibanting di meja kaca, tentu piringnya hancur berantakan, bisa jadi kaca meja tergores, atau retak … Coba kalian lihat, juga cari pecahan piring itu…”
Saya makin penasaran. Bagaimana tidak penasaran, karena kamar saya bersebelahan dengan ruang makan. Sekiranya piring dibanting di meja kaca, saya dan istri tentu mendengar bunyi ‘praang!’ yang keras. Anehnya, kami seperti disirep, terlelap dalam tidur. Lalu?
“Barangkali ada orang yang tidak menyukai kita membeli rumah ini…,” kata anak saya.
Kami beradu pandang, dalam diam, heran, dan penasaran.
“Jangan berpikir negatif dan berprasangka buruk. Bisa saja kalian salah dengar. Nyatanya Ibu Bapak tidak mendengar…,” saya menenangkan mereka, lalu mengalihkan pembicaraan ke hal lain.
Ada orang tidak senang, karena saya membeli rumah ini? Kata-kata anak saya mengantarkan ingatan saya pada kejadian setahun yang lalu. Ketika saya hendak membeli rumah yang jaraknya selang enam dari rumah yang saya tempati sekarang ini.
Padahal rumah itu sudah saya depei, bahkan kita mengikat perjajian di atas materai. Si empunya rumah yang manula dan tinggal berdua itu diteror orang yang ingin membeli rumahnya.
Untuk kedua kalinya pihak bank yang hendak mensurvei rumah itu dengan saya, digagalkan oleh alasan si empunya yang ingin kontrol kesehatan ke RS, dan alasan lainnya.
Saking penasaran ingin tahu alasan sebenarnya si empunya rumah dan karena jengkel, sepulang dari toko, saya dan istri menemuinya.
Ternyata pagi tadi rumah itu sudah dijual ke pihak lain. Saya mulai emosi, tapi dapat ditenangkan oleh istri. Sehingga saya mampu menahan diri, dan sabar.
Semula saya ingin mengkasuskan masalah itu perlahan-lahan sirna, ketika istri sambil memegang lengan saya meminta agar saya mengikhlaskan rumah itu, jika belum rejeki.
Begitu pula dengan rumah yang kami tempati sekarang ini.
Tempo hari yang empunya rumah juga diteror oleh orang yang sama. Kebetulan yang empunya rumah itu melek hukum dan terpelajar, sehingga, jika rumah itu dibeli harus berani membayar harga mahal untuk mengembalikan 2 kali lipat DP dari calon pembeli.
Lalu, kejadian dini hari pagi tadi, apakah ulah orang yang sama agar kami tidak kerasan, agar kami menjual rumah itu kepadanya?
Jujur, kami tidak mau berprasangka buruk dan berpikir negatif pada orang lain. Apalagi pikiran kami dicekoki hal yang berbau mistis yang hanya meruntuhkan iman.
Satu hal yang kami sangat yakini, bahkan ainul yakin adalah, rumah tangga yang rukun, tentram, dan bahagia itu jika anggota keluarga saling mengasihi satu dengan yang lain. Sehingga kekuatan jahat tidak mampu menjebol keluarga yang hidupnya dilimpahi kasih. Karena selalu dijagai dan dilindungi Allah.
Ada kata bijak, keluarga yang saling mengasihi itu ibarat sapu lidi yang terikat kuat. Sebatang lidi itu tidak mampu untuk menyapu sampah. Tapi, jika segenggam lidi yang diikat kuat mampu digunakan untuk menyapu sampah.
Begitu pula dengan anggota keluarga yang saling mengasihi itu mampu membersihkan sampah hati dari pengaruh yang jahat.
Semoga keluarga kita semua selalu dilimpahi kasih, dan bahagia
Mengapa Lampu Kamar Mandi Harus Selalu Menyala
Lebih Baik Menjadi Semut, Ketimbang Menjadi Ekor Gajah
Nyalo itu Modalnya Kecil dan Resikonya Kecil, tapi Hasilnya Wow!