Seraya menahan air mata saat mengumumkan hal ini pada hari Kamis (19/01), Perdana menteri termuda dalam sejarah Seladia Baru ini menyebutkan dirinya tidak memiliki energi untuk mencalonkan diri kembali.
Seide.id – Kabar mengejutkan datang dari Selandia Baru. Perdana menteri Jacinda Ardern secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya mulai 7 Februari mendatang. Ia tidak menyebutkan alasannya mengapa.
Selain menyatakan mundur dari jabatan PM, Jacinda Ardern menetapkan Pemilu pada 14 Oktober mendatang. Pengunduran dirinya akan berlaku terhitung mulai 7 Februari.
Seraya menahan air mata saat mengumumkan hal ini pada hari Kamis (19/01), Perdana menteri termuda dalam sejarah Selandia Baru ini menyebutkan dirinya tidak memiliki energi untuk mencalonkan diri kembali.
“Saya tahu apa yang dibutuhkan oleh pekerjaan ini. Saya sadar bahwa saya tidak lagi memiliki cukup persediaan bekal untuk dapat menjalankannya dengan baik,” katanya. Diungkapkannya, keluarga tetap mendukungnya untuk melanjutkan karir sebagai politisi, tapi mereka juga setuju dengan keputusannya ini.
“Memimpin suatu negara dalam masa damai itu hal biasa. Memimpin melalui masa krisis itu berbeda. Saya mendapat keistimewaan untuk bersama-sama warga Selandia Baru menghadapi krisis dan mereka menaruh kepercayaan pada saya,” katanya.
Terkait dengan Pemilu pada bulan Oktober, PM Ardern yakin partainya, Partai Buruh Selandia Baru, akan menang, tapi dia mengisyaratkan bahwa Wakil Perdana Menteri Grant Robertson tidak akan mencalonkan diri sebagai pemimpin partai.
Arden, yang kini berusia 42 tahun, mengatakan pertimbangan mundur dari jabatan perdana menteri sudah ia pikirkan selama liburan musim panas.
“Saya berharap, bahwa saya akan menemukan apa yang saya perlukan untuk melanjutkannya atau tidak, tapi sayangnya, saya belum bisa, dan saya akan merugikan Selandia Baru kalau melanjutkan,” katanya kepada wartawan.
Ardern menjadi perempuan paling muda di dunia yang memimpin sebuah negara, ketika ia terpilih menjadi perdana menteri pada 2017 di usia 37 tahun.
Dan setahun kemudian, ia menjadi pemimpin terpilih kedua dalam sejarah modern dunia yang melahirkan saat sedang menjabat.
Di masa kepemimpinannya, Ardern melewati masa-masa sulit seperti pandemi Covid-19, kasus penembakan masjid di Christchurch, dan letusan gunung api di Pulau Putih.
“Memimpin negara untuk melewati masa damai itu adalah satu hal, hal lainnya harus memimpinnya melalui masa kritis,” katanya.
“Peristiwa-peristiwa ini… telah menguras energi karena bobotnya, bobotnya yang besar dan sifatnya yang terus menerus. Tidak pernah ada momen di mana kami merasakan hanya memerintah.”
Ardern memimpin Partai Buruh untuk kemenangan telak pada pemilu 2020, tapi popularitasnya telah menurun ke posisi terendah dalam beberapa bulan terakhir, menurut sebuah survei.
Arden mengatakan dia mundur bukan karena dia yakin Partai Buruh tidak akan menang dalam pemilu, tapi karena memang itu akan terjadi.
Wakil ketua Partai Buruh, Grant Robertson mengatakan dia tidak akan mengikuti kontestasi dalam pemilihan ketua partai, yang akan berlangsung pada hari Minggu.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese memberi penghormatan kepada Ardern sebagai pemimpin cerdas, kuat dan memiliki empati.
“Jacinda telah menjadi penyokong bagi Selandia Baru, sebuah inspirasi bagi banyak orang, dan teman yang baik untuk saya,” tulisnya di Twitter.
“Saya harap, saya meninggalkan warga saya dengan satu keyakinan bahwa Anda bisa menjadi baik tapi kuat, empati tapi tegas, optimistis tapi fokus. Dan, Anda bisa menjadi pemimpin untuk diri Anda sendiri – seseorang yang tahu kapan waktunya untuk pergi,” katanya, Jacinda Ardern menyampaikan pesan pengundurannya sebagai perdana menteri. – ABC/BBC/dms