Politisi Pecundang

Oleh ERIZELI JELY BANDARO

Kini China sedang memasuki krisis ekonomi yang serius. Setelah krisis global berlanjut ke perang dagang dengan AS. Belum usai itu semua, pandemi datang melanda. Kalau tahun-tahun sebelumnya upaya perbaikan ekonomi dilakukan dengan rasa optimis namun kini Pemerintah China tidak berharap banyak atas instrument kebijakan yang akan diambil. Mengapa ? Upah dinaikan tiga kali lipat dan berharap pasar domestik meningkat karena buruh punya uang lebih tapi buruh lebih suka menabung daripada konsumsi.

Stimulus ekonomi berupa intervensi sosial Pemerintah dalam bentuk penyediaan puluhan juta rumah bagi rakyat miskin , jaminan sosial kesehatan, revitalisasi desa dan sarana produksi pertanian ternyata berdampak inflasi sehingga upah yang meningkat drastis ternyata tidak berdampak orang untuk berkosumsi. Pasar domestik belum bisa menggantikan Pasar ekspor yang menyusut. Akibatnya banyak pabrik bangkrut.

Tapi apakah rakyat China terpuruk ? Hasil survei tingkat kepuasan rumah tangga terhadap perekonomian nasional justru meningkat dua kali lipat. Kan lucu ? Mengapa ? Ternyata krisis ekonomi ini mendorong terjadi migrasi besar besaran rakyat ke pedesaan dan ke daerah yang tadinya tidak tumbuh begitu pesat. Ini terjadi karena biaya hidup dikota semakin tinggi dan kesempatan semakin kecil. Sementara di desa semangat gotong royong berproduksi semakin meningkat sehingga mampu menghasilkan produk murah yang mudah diserap rakyat.

Krisis ekonomi telah dengan jelas mengembalikan prinsip dasar budaya China yang lebih mengutamakan gotong royong dan kebersamaan. Cara kapitalis memang mereka terima tadinya namun tidak membuat mereka manja sehingga meradang ketika uang semakin sulit didapat. Mereka tidak menyalahkan Pemerintah dan tidak pula mengutuk sistem yang ada. Mereka berprinsip selalu ada jalan pada setiap masalah selagi mereka bisa menerima kenyataan dan berpikir positif. China mampu bertahan bukan karena pemerintahnya hebat tapi karena memang rakyatnya hebat.

Kelemahan kita adalah para politisi oposan, yang kaya raya hidup bergelimang harta karena sistem politik, namun ketika krisis terjadi, pandemi melanda, mereka jadi corong syiar pesimisitis. Mereka justru memanfaatkan situasi sulit ini dengan menciptakan distrust rakyat kepada pemerintah. Kita jadi tahu bahwa mereka bukan politisi tetapi pecundang dalam sistem demokrasi. Berharap to good to be true berkuasa dengan alasan pemerintah gagal. Padahal rakyat semua tahu, mereka bukan siapa siapa. Mengapa ? Mereka pernah ada kesempatan jadi something tetapi hasilnya nothing.

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan