Seide Apa pun usaha dan profesinya, pos anggaran itu tidak boleh dilupakan, apalagi dilanggar. Jika besar pasak daripada tiang, kita wajib waspada agar perahu rumah tangga itu tidak karam dan tenggelam.
Pos anggaran itu harus dimiliki oleh tiap keluarga maupun wirausaha. Kita tidak harus mengada-ada, memaksakan diri demi gengsi, dan agar dianggap wow. Akibatnya kita lupa diri, dan berujung pada penyesalan yang tiada guna.
Pos anggaran itu saya terapkan dalam hidup saya, ketika berumah tangga. Saya mulai menata diri, karena mempunyai keluarga. Masa depan mereka harus diutamakan dan diprioritaskan, melebihi kepentingan sendiri. Tujuannya, agar hidup berumah tangga jadi mapan dan sejahtera.
Pendem Duwit
Langkah utama dan penting dalam membina rumah tangga adalah hidup hemat dengan pendem duwit (menabung). Ketika membujang hidup boros itu hal biasa. Kini, kita menabung demi masa depan keluarga itu luar biasa.
Saya mulai membiasakan pendem duwit, karena saya melihat hal itu biasa dilakukan oleh banyak teman yang keturunan peranakan. Hidup hemat demi masa depan.
Tidak hanya hidup prihatin dengan menabung, mereka juga bekerja itu sekadar mencari pengalaman dan peluang bisnis. Maksudnya, dengan bekerja mereka mengamati sistem usaha, sumber dan aliran barang, dan seterusnya. Sekaligus mereka mengumpulkan uang untuk modal berwira usaha, dan mandiri.
Antisipasi Harga
Mempunyai usaha sendiri dan mandiri itu cita-cita saya, setelah berumah tangga. Prinsip saya, tidak selamanya saya bekerja dan ikut orang. Lebih baik saya jadi kepala semut, ketimbang ekor gajah.
Sadar diri, karena tidak pandai dan modal usaha minim, saya berjuang dengan ekstra keras. Karena usaha di bidang plastik, saya belajar seluk belum perplastikan dan faktor yang mempengaruhi perubahan harga. Misalnya, harga minyak dunia, US$, situasi negara penghasil minyak, atau ekonomi dunia. Sekaligus saya mengasah kepekaan hati dalam mengantisipasi perubahan harga.
Langkah antisipasi, ya, dengan variabel kemungkinan yang terjadi, saya mengasah insting. Membeli untuk stock karena harga bakal naik, dan melepas stock karena harga bakal turun.
Saya juga menagih diri sendiri lebih tinggi dari harga modal. Artinya, harga dari pabrik Rp 10,- nagih ke diri sendiri Rp 11,- Selisih Rp 1,- ini dikumpulkan dan ditabung untuk penguatanan modal, pengembangan usaha, atau investasi lain.
Trik antisipasi harga ini, juga saya bagikan pada mitra usaha, seperti pabrik roti, kerupuk, bakso, sosis, dan sebagainya. Tujuannya, ketika harga-harga bahan naik, mereka tidak panik. Untuk mengecilkan produk, mengurangi bumbu, atau segera menaikkan harga. Jika pasaran ramai dan laris manis itu tidak masalah, pelanggan tidak memperhatilan. Sebaliknya pasaran yang sepi membuat dagangan tidak laku, dan banyak ‘be-es’.
Berbeda, jika kita tetap komitmen menjaga kualitas maupun besaran produk itu.
Kenaikan bahan-bahan baku tidak melebihi selisih harga pabrik yang ditagih pada diri sendiri. Dengan menjaga besaran dan kualitas produk itu, kita tidak ditinggalkan pembeli. Sebaliknya, produk itu banyak dicari, sehingga omset penjualan makin meningkat.
Untung kecil tidak masalah, asalkan omset penjualan terus meroket.
Selamat berjuang di dunia wirausaha. Semoga sukses!
Mas Redjo