Posisi Indonesia Dalam Menghadapi Ancaman Krisis Dunia.

Seide.id -Dengan peristiwa rusaknya jembatan Krimea pada 8 Oktober 2022 oleh ledakan bom yang menghubungkan selat Kerch semakin membuat semakin buruk kondisi perdamaian dunia. Jembatan sepanjang 181 km yang dibangun Rusia menuju Krimea yang selalu di lindungi jelas membuat kemarahan Presiden Putin. Tidak seorangpun mampu menduga langkah apa yang akan diputuskan Presiden Putin, sama hal ketika memutuskan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, di depan Investor Daily Summit 12 Oktober 2022, menyampaikan “Jika sampai ada nuclear war [perang nuklir] itu juga sudah sangat berbahaya karena kalau sudah terdesak, bukan tidak mungkin apa saja dilakukan, jadi kita semua sekarang menghitung skenario-skenario yang terburuk yang mungkin terjadi”.

Krisis yang dihadapi dunia memang dipicu oleh terjadinya perang antara Rusia dengan Ukraina yang bermaksud menjadi bagian dari anggota NATO, dan ini dianggap bisa membahayakan kedaulatan wilayah Rusia, terjadi pada saat dunia belum lagi selesai memperbaiki ekonomi akibat pandemi virus Covid. Negara Ukraina sebagai pemasok besar gandum demikian juga Rusia penghasil gas terbesar ke Eropa. Tentu saja membuat kondisi dunia semakin buruk.

Hingga sekarang ini sudah terdapat 28 negara antre menjadi pasien International Monetary Fund (IMF), Lembaga Keuangan Dunia untuk Bantuan Keuangan. IMF juga menyebutkan 31 negara akan masuk dalam jurang resesi.

Inflasi di Argentina sudah hampir mencapai 100%, bahkan membuat ada warganya yang menjadi pemulung sampah untuk bisa makan atau antri di pasar barter untuk menukarkan barang-barang yang tersisa untuk hidup.

Pemerintah Inggris telah memutuskan akan mulai mengizinkan kenaikan retribusi bisnis dari 19 persen menjadi 25 persen pada 2023. Kondisi masyarakatnya juga semakin berat terlebih masyarakat bawah dimana bantuan pemerintah tidak naik, sedangkan harga-harga kebutuhan pokok semakin naik tajam. Tingkat inflasi Inggris telah menyentuh 9,4% pada bulan oktober 2022 yang menyebabkan harga komoditas makin tinggi.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022, sedangkan IHK inti mencapai 6,6 persen

Bagaimana dengan Indonesia dan ASEAN ?

Ketika dunia diramal resesi tahun depan oleh berbagai lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, akan ada beberapa negara yang lolos dari resesi.

Setidaknya ada 5 negara Asean yang bisa lolos dari jurang resesi karena ekonomi negara-negara tersebut mulai pulih dan tekanan inflasi mulai melandai yaitu Vietnam, Filipina, Kamboja, Indonesia, dan Malaysia.

ADB memperkirakan pada tahun depan pertumbuhan ekonomi Vietnam akan tumbuh 6,7%, Filipina 6,3%, Kamboja 5,3%, Indonesia 5% dan Malaysia 4,7% ini lebih baik dari Singapura dan Brunei Darussalam yang masing-masing diramal tumbuh 3% dan 3,6% pada 2023. Perlambatan ekonomi global menjadi alasan kuat dari kondisi ini.

Dengan demikian, Asean dipastikan menjadi wilayah yang masih tumbuh positif pada tahun 2023, di tengah gejolak ekonomi dunia yang diperkirakan bergeser ke arah resesi.

Di Indonesia, permintaan kebutuhan energi dalam negeri masih bisa dipenuhi dengan rantai pasok yang ada dan tidak terdampak langsung oleh perang Rusia dan Ukraina, meski dampak kenaikan harga energi juga turut dirasakan karena kenaikan harga minyak dunia.

Presiden Jokowi dalam pertemuan bersama seluruh jajaran Pusat hingga Daerah, bersama seluruh jajaran Kabinet, Lembaga-lembaga Negara juga, KPK, Kepolisian dan TNI telah memutuskan bahwa bahwa rantai pasokan logistik sangat perlu menjadi perhatian dalam pemerataan kesediaan pangan. Bahkan memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk dapat langsung menggunakan dana APBD guna pembelian pangan dari daerah lain secara langsung ketika terjadi gejala kenaikan harga pangan di wilayahnya.

Oleh sebab kenaikan harga kebutuhan pangan suatu daerah, yang sebenarnya akibat distribusi pangan juga dapat berpotensi terjadinya kenaikan inflasi nasional. Akan lebih baik jika pernyataan tetap mengadung optimisme, seperti meski menghadapi tantangan berat berat, Indonesia yakin akan bisa mengatasi kondisi resesi global dengan baik.

Tetap perlu dibangun juga kesadaran dalam masyarakat perlu turut mengantisipasi dampak resesi global dengan secara ketat menahan intensitas pembelian barang keperluan yang bukan menjadi kebutuhan pokok sejak mulai sekarang.

Adalah kabar yang menggembirakan bahwa kesediaan kebutuhan pangan masih mencukupi, dan Indonesia memiliki sistem ketahanan pangan cukup baik sehingga berhasil swasembada beras pada tahun 2019. Dan stok beras pada bulan April 2022 sebesar 10.2 juta ton.

Indonesia mendapat penghargaan International Rice Research Institute (IRRI), tentu saja penghargaan ini tidak lepas dari kerja keras seluruh Petani Indonesia. Partai Perindo dalam hal ini akan terus menerus berupaya bersama rakyat Indonesia memperjuangkan masa depan Indonesia yang lebih baik, menuju Indonesia Maju.

Penulis : Jeannie Latumahina
Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo

Merubah Perilaku Hidup Untuk Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2025

Avatar photo

About jeannie latumahina

Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo