Seide.id – Dulu saya termasuk yang senang melihat kelahiran sebuah ormas yang diniatkan murni sebagai wadah gerakan sosial kemasyarakatan. Namanya Nasional Demokrat.
Ormas ini katanya dibentuk untuk mengimbangi gerakan politik dari partai. Keren kan?
Tapi tujuan utama mulianya yaitu membangun komitmen bersama sebagai kontribusi sebesar-besarnya menciptakan kesejahteraan rakyat. Visioner banget, kan?
Ekonom dan pengamat politik Didik J. Rachbini yang waktu itu begitu bersemangat menyambut ormas Nasional Demokrat menegaskan bahwa ini adalah sebuah perwujudan kebebasan berserikat yang murni berada di luar gerakan politik. Gerakan politik perlu mendapat perimbangan gerakan moral, biar tidak melenceng. Katanya
Ormas ini pun bagai magnit langsung mampu menarik 45 tokoh nasional untuk segera bergabung dan mencatatkan namanya sebagai deklarator.
Para deklarator itu datang dari berbagai unsur dan latar belakang. Selain Suryo Paloh bersama Sultan Hamengku Buwono X sebagai penggagas, ada nama Syafii Maarif, Khofifah Indarparawansa, Siswono Yudohusodo, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua’rif, hingga Enggar Tyasto Lukito.
Ada juga deklarator yang berasal dari lintas profesi seperti budayawan, akademisi, termasuk anggota DPR dari berbagai fraksi. Misalnya, Akbar Faizal dari Hanura, Budiman Sudjatmiko dari FPDIP, dan Didik sendiri dari PAN.
Pada 1 Februari 2010, ormas ini pun dideklarasikan di Istora Senayan dan ditutup dengan pidato khas Surya Paloh yang menggebu-gebu, berapi-api, dan meledak-ledak.
Sayangnya, niat baik itu di tengah jalan berubah haluan. Ormas yang pernah tampil gegap gempita tersebut pada 11 November 2011 banting kemudi. Bukan lagi jadi wadah gerakan sosial kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengimbangi gerakan politik dari partai, tapi malah ikut-ikutan berubah jadi partai.
Mungkin serasa kena prank dan dikadalin, kontan sejumlah pengurus inti ormas Nasional Demokrat (Nasdem) termasuk Sri Sultan Hamengkubuwono X, ramai-ramai mengundurkan diri. Ambyar sudah.
Oh iya, lupa. Ternyata di antara 45 tokoh nasional itu tercatat juga ada seorang anggota deklarator bernama Anies Baswedan.
Saya tidqk tahu apa Anies juga ikut mengundurkan diri saat itu? Soalnya tidak ada beritanya. Maklum waktu itu belum banyak yang mengenal betul siapa Anies. Saya juga tahu namanya saat ada ribut-ribut perebutan rektor Paramadina dari rektor terpilih Yudhi Latief.
Anies justru mulai dikenal luas saat ikut jadi tim sukses Jokowi. Dan dia makin terkenal setelah dipercaya Jokowi jadi Menteri Pendidikan. Bahkan tambah terkenal seusai diberhentikan sebagai menteri. Lalu namanya kian berkibar saat berhasil mengalahkan Ahok dengan cara yang kontroversial.
Dan luar biasanya nama Anies terus melejit walau dianggap tidak becus mengurus Jakarta. Gubernur yang dijuluki rasa presiden itu lewat berbagai survei bakal capres 2024 pelan-pelan malah bisa berada di peringkat ketiga setelah Ganjar dan Prabowo.
Jadi sebetulnya bukan hal yang mengejutkan kalau Ketua Partai Nasdem, Surya Paloh, akhirnya kepincut juga mendeklarasikan mantan deklarator ormas Nasional Demokrat itu sebagai capres dari Partai Nasdem.
Perkara rekam jejak yang kata orang banyak minusnya, ah itu kan bisa dipoles sedemikian rupa, dan dibersihkan seiring perjalanan. Bahkan kalau perlu bisa digenjot tiap hari siang malam di Metro TV. Mumpung watak orang Indonesia yang gampang lupaan belum berubah.
Jangan-jangan banyak juga yang sudah pada lupa bahkan gak tahu bahwa Nasdem itu dulu adalah sebuah ormas. Ormas yang punya tujuan mulia. Ormas gerakan moral yang diniatkan untuk menjaga biar gerakan politik tidak melenceng. Makjleb banget, kan? Yeekaaan…?
Sebagaimana nasib ormas Nasional Demokrat yang akhirnya ditinggalkan ramai-ramai oleh para tokoh nasionalis ketika berubah jadi partai, agaknya Partai Nasdem bisa jadi bakal mengalami pengulangan nasib yang sama ketika mencalonkan Anies sebagai capres.
Dan aksi itu sudah langsung dimulai oleh Mbak Niluh Jelantik dan beberapa kader di daerah. Andai teman medsos saya Bang Birgaldo Sinaga masih hidup, pasti dia akan ikut sohibnya Niluh Djelantik bilang: Bye Nasdem
Ramadhan Syukur
Nasdem: Semasa masih ormas dan setelah jadi partai.