Pribadi Jujur itu Hatinya Subur dan Hidupnya Makmur

Foto : Bethany Legg / Unsplash

Di suatu rembang petang yang basah, karena diguyur gerimis, seorang famili mampir ke rumah.

Dalam obrolan itu ia menceritakan perihal sahabatnya, B yang miliki pribadi jujur, ringan tangan, dan hidupnya mujur.

B anak bontot dari tiga bersaudara. Dibandingkan kedua kakaknya itu, penghasilan B terbilang kecil. Anehnya, B mampu membantu kebutuhan hidup orangtuanya yang nilainya lebih besar ketimbang kakaknya. Padahal B juga sudah berkeluarga, dan dikaruniai 3 orang putra.

Enam bulan lalu, kantor B terkena imbas pandemi. Tempatnya bekerja gulung tikar alias bangkrut, sehingga B terpaksa menganggur. Tapi belum 2 minggu menganggur, B diajak temannya bekerja serabutan di bidang jasa angkutan barang.

“Malang tak boleh ditolak, mujur tak boleh diraih.”

Begitulah dengan jalan hidup B. Nasib buruk tidak dapat dihindari, dan nasib baik tidak dapat dicari.
Belum lama bekerja di jasa angkutan barang itu, B dipercaya membidangi bagian_digital marketing yang jadi keahliannya, untuk menggantikan karyawan lama yang mengundurkan diri.

Mendengar cerita dari famili tentang nasib B, saya tidak kaget atau heran. Pribadi yang jujur, ringan membantu orang lain, dan bakti pada orangtua itu adalah kunci untuk membuka pintu anugerah Allah

Di zaman acakadut ini, pribadi jujur termasuk barang langka. Sulit dicari dan jauh lebih berharga ketimbang batu permata. Bahkan, konsekuensi memilih hidup jujur itu teramat berat tantangannya. Ibaratnya, kita dikelilingi tawaran kenikmatan daging, tapi kita memilih diuji di kawah candradimuka.

Begitu pula dengan B. Pribadi jujur itu dinafasi oleh rasa bersyukur untuk berani menjalani perannya dalam hidup. Tawakal dan ikhtiar adalah kekuatan jiwa untuk percaya pada rencana Allah.

B berani turun jabatan untuk bekerja serabutan. Ia tidak gengsi, tapi berani merendahkan diri, dan tanpa merasa hina.

Dengan hidup jujur, hidup ini tanpa was-was atau diburu ketakutan, tapi senantiasa damai.

Dengan hidup benar, hidup ini jadi ladang subur untuk ditanami pohon kebaikan.

Apakah kita berani hidup jujur dan benar pada sesama?

Lelaki yang Kehilangan Nyali

Berjuang Karena Tidak Hebat

Menghitung Butir Nasi, Mensyukuri Rejeki

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang