Apapun istilahnya, tapi maknanya sama, “pribadi baik dan murah hati itu dilindungi oleh karma baiknya.” Menurut RL, selama kita hidup jujur dan benar, kita akan dijauhkan dari yang jahat.
Rabu kemarin dulu, RL menyatroni saya ke toko, lalu mengajak pergi untuk bersantap siang. Alasannya, kebetulan ia membaca beberapa postingan saya di FB, dan merasa cocok.
“Jadi ini sekalian tugas kunjungan ke pelanggan, ya,” ledek saya. Oh ya, RL bekerja di bidang jasa cetak kemasan plastik. Saya pelanggan setia RL. Lalu FB mempertemukan kami.
RL tertarik tulisan saya tentang orangtua yang tidak menyalahkan anak yang berbuat salah, tapi menunjukkan salahnya dengan kasih. Dan memaafkan pencuri yang membobol rumahnya.
Pengalaman RL, ketika anaknya jatuh dari kursi. Karena anak itu disalahkan dan dimarahi, ia makin takut. Sehingga menyembunyikan jarinya yang terkilir dan sakit. Sebaliknya, saat dilemah-lembuti dan ditanya mana yang sakit, anak itu menangis sambil menunjukkan ruas jarinya yang lebam.
Begitu pula saat rumah RL dibobol maling. Rumahnya kosong. Karena ia tugas luar kota, dan istrinya sedang mengantar ibunya pulang.
Sehari setelah kejadian, sesampai di rumah, RL melihat hal yang janggal, yaitu gembok pagar dan kunci pintu rumah yang tidak rusak, kecuali pintu kamarnya yang dijebol. Lalu ART yang tidak masuk kerja, dan berhenti mendadak tanpa kabar.
Ia curiga ART itu menduplikatkan kunci rumah. Ia ingin melaporkan pada aparat agar diungkap. Tapi niat itu diurungkan. Karena urusan jadi panjang, ke luar biaya tak sedikit, anak ART yang masih kecil, dan lebih baik ia membuang prasangka jahat itu untuk ikhlas. Ke depan agar ia dan istri makin hati-hati.
“Ketika kita berani menerima realita itu, dan ikhlas, Puji Tuhan rejeki makin lancar,” jelas RL sambil menyeruput es alpokatnya.
“Kenapa? Kita tanpa beban. Hati ikhlas itu ibarat pintu rezeki yang terbuka lebar,” saya menambahi. “Saya jadi ingat, ketika serasehan temu kebatinan. Seorang peserta mensyeringkan pengalamannya. Ada orang pergi ke orang pintar (dukun). Ia menunjukkan selembar foto agar gambar orang itu terkena aji pengasihan. Sehingga mudah diperdaya. Tapi dukun itu tidak sanggup menembus aura kebaikan yang terpancar dari orang dalam foto itu.”
“Intinya, menurut pembicara itu, orang baik dan hidupnya ikhlas itu tidak mempan dari pengaruh jahat. Jika dipaksakan bisa berbalik nyerang sendiri pada orang yang ingin mencelakainya.”
RL mengantarkan saya langsung pulang ke rumah, karena jam telah menunjukkan pukul 4 sore.
Salah satu kerisauan RL, juga banyak orang adalah dalam menyikapi dan mengantisipasi gempuran teknologi yang berkaitan dengan pekerjaan. Karena berjuta orang terkena dampaknya, dan di-phk.
“Yang utama adalah kita berani berserah pada rencana Allah. Kita tidak perlu takut hanyut ke dalam pusaran kekhawatiran. Tapi kita mengapung ke atas permukaan untuk melihat ke depan. Sehingga kita dapat menghindari halangan atau tantangan besar yang menghadang. Kita mampu mengatasi semua itu hingga selamat ke tujuan.”
RL menjabat erat tanganku. Kulihat ada percik bahagia di matanya. Sikap keoptimistisan untuk menyambut masa depan yang lebih baik.
Foto : Leon Biss/ Unsplash