Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
LAMA nggak kelihatan batang hidungnya, mendadak Mak Wejang nongol mbari mesam-mesem, saat saya asyik membelai-belai tanaman sekulen ‘Janggut Musa’ yang menggelayut di pot gantung dibawah batang Bougenvile – Si Kembang Kertas di teras depan rumah.
Seperti biasa, tanpa diminta, segera saja dari lipatan bibirnya meluncur tumpah khabar berita:
“Bang…! Abang tahu nggak, siapa kiranya sosok paling ditunggu kehadirannya oleh para Ibu di kampung kita?” tanyanya. Dan seperti biasa, tanpa menunggu jawab, segera saja meluncur penelasannya. “Bukan Mas Jokowi, Presiden kita. Bang…! Bukan juga Bang Andika Perkasa, Panglima TNI kita, melainkan Kang Sayur, Bang! Kang Sayur pujaan para Ibu kita…! Noh, coba, lihat…!”
Berkata seperti itu, lirikan mata Mak Wejang langsung melompat ke gang depan rumah, dimana sebuah gerobak dorong berisi sayur-mayur plus kotak stereofoam berisi ikan segar dan ayam-potong, dengan seorang mas-mas bertubuh subur dan wajahnya murah senyum, tampak dirubung para Ibu, termasuk Resti yang tadi bilang mau bikin kopi pahit buat saya, hi…hi…hi…!
Mak Wejang ada berkata benar. Nyaris tiap pagi antara pukul tujuh dan delapan waktu Pamulang, di gang depan rumah akan selalu terdengar teriakan “Yuuur…! Sayuuur…!” Dan teriakan itu selalu saja dibalas teriakan lainnya, entah suara siapa: “Yeees…! We are coming, Kang…!” Dan pemandangan sebagaimana pagi ini pun tampak: para Ibu merubung Kang Sayur pujaan…
Siapa Kang Sayur itu? Dari mana asalnya? Rasanya tak seorangpun fans-nya yang ‘ngeh, selain bahwa dia ngendon di rumah petak yang dikontrak Mbakyunya di seberang batas parit air pinggir kampung, Mbakyu yang pengusaha kecil sayur-mayur, dan dia merypakan seorang dari SDM sang Mbakyu, dimodali gerobak dorong, berkeliling dari gang ke gang, mengkhabarkan: “Yuuur…! Sayuuur…!”
Sejak kapan Kang Sayur dikerumunin para Ibu? Saya tak ingat. Yang pasti fenomena itu sudah ada jauh sebelum Covid-19 mewabah menghantui masyarakat dunia. Kang Sayur yeng memang didamba. “Kita nggak perlu jalan jauh ke pasar. Harganya juga sama. Segarnya terjamin. Kita juga bisa pesan sayuran, daging, telor bebek. atau rangginang danlainnya. Besoknya dia bawain itu pesanan,” kata Resti.
Pernah saat Covid-19 merebak dan kampung kami masuk Zona Merah, PPKM diberlakukan, keluar-masuk orang diawasi, pedagang keliling dan ojol dilarang masuk, tapi Kang Sayur dan gerobaknya tetap bebas melenggang. Privilese atau ‘hak istimewa’ ini ditandatangani langsung oleh Mas RW atas desakan para Ibu yang akan ‘ngambek’ bila Kang Sayur nggak boleh masuk kampung, hi…hi…hi…! ***
10/12/2021 PK 08:24 WIB
10/12/2021 PK 08:24 WIB